Three

1.1K 186 29
                                    

Sasuke, Hinata dan Ino memang sudah saling mengenal sejak anak-anak. Ketiga ayah mereka pun bersahabat sejak lama. Hubungan yang kemudian diwarisi pada anak-anak. Fugaku meneruskan usaha keluarga besarnya. Bergerak di industri hiburan yang seakan tidak ada kata jeda dalam bisnis. Inoichi pun sama. Perusahaan properti milik keluarganya juga menjadi hak waris baginya. Hiashi berbeda. Dia mendirikan perusahaan sekuritas bersama dengan saudara kembarnya dan pensiun lebih dini untuk menikmati masa tua bersama sang istri di pedesaan. Impian yang telah menjadi obsesinya sejak lama. Seorang pekerja keras seperti Hiashi sudah pasti akrab dengan kepenatan dan kekacauan dunia kerja. Karena itu, pensiun dini menjadi keputusan paling tepat baginya. Kini perusahaannya ditangani Neji yang Hiashi tunjuk sebagai penerus tunggal dirinya dan Hizashi. Apakah Hinata tidak merasa kecewa dengan hal itu? Sama sekali tidak. Hinata dibesarkan untuk menjadi mandiri di bawah didikan dan kedisiplinan ayahnya. Porsinya berbanding tepat dengan kasih sayang dari sang ayah. Begitu juga dengan bimbingan dan cinta kasih ibunya. Mungkin itulah sebabnya Hinata menjadi sosok perempuan muda yang tangguh tapi juga lembut.

Circle pertemanan mereka nyaris tak berubah, hanya diisi oleh tiga orang yang pribadinya saling bertolak belakang namun anehnya tetap akur bahkan hingga kini. Seringnya, Hinata yang jadi penengah. Memasuki masa SMA, ketiganya berpisah. Hinata melanjutkan studinya di UK dan masuk sekolah asrama putri. Ino lanjut ke L.A dan menjalani kehidupannya dengan pesta-pesta khas remaja Amerika. Sementara Sasuke digempur di sekolah swasta elit Tokyo khusus untuk kelas atas. Cerita-cerita klasik yang biasa kita temui dalam cerita-cerita sungguh-sungguh terjadi. Hal ini pula yang kemudian menjadi bahan obrolan mereka saat liburan bersama.

Sesuai agendanya hari ini, Hinata duduk di ruang tengah rumahnya. Ada dua tumpukan naskah yang harus dia review satu-persatu. Red Star akan membuat drama lagi. Tim produksi dari drama sebelumnya, merekomendasikan Hinata untuk memilih naskah paling tepat. Ini akan butuh waktu lama. Analisisnya tidak akan semudah dan selancar saat ia memilih model di kantor agensi. Visual dan naskah adalah dua hal yang saling berlawanan. 

Hinata memikirkan rencananya untuk hari ini. Dia tidak akan punya waktu untuk masak dan menyiapkan makanan. Selain nihilnya bahan-bahan mentah di kulkas, Hinata kehilangan mood untuk sekedar sibuk di dapur. Dia sedang dalam mode 'bekerja'; bukan multi-tasking. Sederhana, Hinata bisa pesan makanan dengan jasa kirim, atau mampir ke toko 24 jam di area perumahannya. Pilihan terakhir sepertinya lebih menarik, mengingat di sana juga ada glaze donat yang menggoda selera.

Jadi Hyuuga muda itu keluar rumah dan berjalan menuju surga kecilnya di ujung jalan. 

.

.

.

"Hanya ini?" Tanya Itachi.

Ruang kerja Itachi ada di lantai sembilan. Di sana, semua divisi tim produksi berada. Mulai dari drama, acara ragam, dan reality show. Ruang-ruang meeting tidak sebanyak di lantai-lantai lain. Ukurannya juga tidak seberapa, mungkin untuk mengakomodir ruang audisi yang merupakan inti di lantai sembilan.

Hinata duduk santai di hadapan Itachi. Sofanya tidak terlalu nyaman. Laki-laki Uchiha itu juga terlihat sangat butuh tidur dan asupan kafein lebih.

Dua naskah yang lolos dari pengamatan Hinata kini telah berpindah tangan pada sang Uchiha. Sisa naskah yang lain berakhir di pembuangan sampah.

"Rencananya mau tayang kapan, Kak?"

"Tahun depan. Musim semi." Hinata tak menyahut. Itachi mengangkat wajah dan menatapnya, "Terlalu cepat?"

"Nggak sih. Cuma kupikir untuk musim semi itu agak riskan. Persaingannya ketat. Ditambah lagi dengan masa liburan."

"Hey, that's why you're here."

My Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang