3. How Have You Been?

13 0 0
                                    

THREE

Danesha dan Christella yang baru saja datang menyambut Elisha yang baru selesai mengenakan gaun pengantinnya di ruang ganti. Dua gadis itu merupakan teman Elisha sejak SMA dan ketiganya tidak pernah berpisah satu sama lain.

Christella menyapa Elena dengan menyunggingkan senyum ramahnya sementara Danesha hanya melirik sekilas gadis itu. Entah karena Danesha melupakan eksistensinya atau memang Danesha tidak ingin menyapanya. Kedua gadis itu langsung memeluk Elisha dan memberikan ucapan selamat untuk pernikahannya. Savier yang sejak tadi menunggu diluar

"Maaf aku terlambat, Elisha."

Nafas Elena tertahan untuk sesaat setelah melihat pria lain yang masuk ke ruangan itu bersama dengan Savier. Elena tiba tiba membatu karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria yang ia rindukan selama ini berada di hadapannya. Tepat dihadapannya.

"Eric?" Sapaan itu meluncur dari mulut Elena secara refleks. Eric yang mendengar seseorang memanggil namanya lalu menoleh ke sumber suara, "eh.. Elena kan? Am I right?" tanyanya Eric memastikan. Elena mengiyakan lalu tersenyum ditengah keterkejutannya "Ah, kau kembali ke Surabaya karena pernikahan Elisha ya?" tanya Elena membuka pembicaraan diantara mereka. "Tidak, aku pindah ke cabang hotel di Surabaya beberapa bulan yang lalu. Aku akan kembali menetap di Surabaya tepatnya di hotel Palazzo." Elena langsung teringat kejadian beberapa bulan yang lalu dimana ia bertemu dengan seseorang yang mirip dengan pria di lift.

"Kurasa aku pernah bertemu denganmu di hotel Palazzo empat bulan yang lalu." Ujar Elena memberanikan diri untuk mengatakan pada Eric bahwa ia sempat bertemu dengan pria itu. Eric berusaha mengingat-ingat tetapi Elisha tiba-tiba memanggilnya untuk berfoto-foto. "Eric! ayo segera foto!"

Eric langsung ijin untuk menghentikan percakapan singkat mereka karena Elisha sudah memanggilnya. Sementara Elena memutuskan untuk menemui Karina yang sedari tadi berada diluar. Dengan heelsnya, ia bergerak cepat dan menghentak-hentakkan kakinya. Ia tidak bisa mengontrol emosinya saking terkejutnya.

"El tadi--"

Belum sempat Karina menyelesaikan kalimatnya, Elena dengan cepat langsung menyeretnya ke toilet terdekat disana. Karina yang menggunakan heels mulai kesulitan dan tergopoh-gopoh mengikuti Elena yang entah kenapa hari ini jalannya begitu cepat dengan kaki pendeknya itu.

Sesampainya di toilet, Elena menarik nafas panjang dan matanya mulai berkaca-kaca. Air mata perlahan mulai mengaliri wajahnya. "Karina.. I met him.. Ini bukan mimpi kan? aku tidak sedang berhalusinasi lagi kan?" tubuh gadis itu bergetar sehingga Karina bergerak untuk memeluknya. "Iya, itu Eric. Sudah jangan menangis.. nanti makeup mu luntur." Ujar Karina sambil mengelus rambut Elena, berusaha memberikan ketenangan pada sahabatnya. Karina tahu betapa lamanya Elena menunggu kesempatan ini untuk datang. She finally met him, her first love. He's the reason why she's not interested to start a relationship.

Saat dirasa Elena mulai tenang, Karina dengan sigap lalu mengeluarkan tisu untuk Elena lalu menyeka sisa air mata Elena. "Dia sudah kembali El, jadi jangan sia-siakan kesempatan ini ya? kejar dia." Ujar Karina memberi dorongan semangat untuk Elena. Gadis itu lalu mengangguk, "terimakasih Karina."

**

Janji pernikahan Elisha dan Riel -Suami Elisha, serta acara lempar buket bunga pengantin telah dilaksanakan. Kini para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati makanan. Elena dimintai tolong Elisha untuk membetulkan Hiasan beading di veil yang nyaris copot karena terkena hiasan kuku panjangnya.

"Thankyou Elena, maaf harus merepotkanmu. Aku agak ceroboh." Ucap Elisha dengan nada bersalah. "Tidak apa-apa. Payet yang kau pakai ini memang agak rapuh tapi ini salah satu payet terumit yang pernah aku rangkai." Elena lalu memasukkan box peralatan jahit mininya ke sling bag putih yang ia kenakan.

Forever & EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang