SIX
Eric terbangun secara automatis ketika mendengar suara alarmnya berbunyi. Ia mengusap matanya, untuk menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang masuk ke kamarnya melalui celah jendela yang terletak di bagian samping kanan ranjangnya. Eric dengan otomatis langsung menghempaskan bedcover-nya yang berwarna hitam lalu bergerak menuju kamar mandi. Ia melakukan aktifitas paginya seperti biasa, menggosok giginya dengan sikat gigi dan pasta mint yang segar.
Eric lalu membasuh wajahnya dengan air dari kran wastafel untuk menghilangkan sisa rasa kantuknya. Lalu tiba tiba terdengar suara bel unit apartemennya dari luar. Dengan rambut yang masih acak-acakan, ia memaksakan diri membukakan pintu untuk seseorang yang ada diluar.
Ketika Eric membuka pintu, yang dilihatnya terlebih dahulu adalah sosok Elena yang sedang mondar mandir gelisah didepan pintunya. Gadis itu tampaknya tidak sadar bahwa Eric sudah membukakan pintu untuknya. Eric lalu berdehem, membuat gadis itu tersadar. Elena memandangi Eric yang tampak belum bersiap-siap memulai harinya. Pria itu masih menggunakan piyama berwarna biru dongker dengan garis-garis. Rambutnya yang acak-acakan menutupi dahinya yang biasanya selalu dibiarkan terbuka dan untuk sesaat Elena merasa terpesona dengannya.
"Maaf aku lama membukakan pintunya." Ujar Eric merasa bersalah melihat Elena yang tampak gelisah. "Ah tidak, aku yang harusnya minta maaf telah menganggu pagimu." Sahut Elena setelah tersadar dari lamunannya. Gadis itu lalu menyerahkan bungkusan paper bag berisi makanan. "Sedikit tanda terimakasihku. Ham & cheese sandwich. Semoga kau suka."
"Kau tidak perlu repot-repot membuatkanku sarapan seperti ini, Elena."
"Tidak apa-apa, aku sekalian membuat sarapan dan tiba tiba terpikir untuk membuatkanmu juga."
Elena lalu melirik jam tangannya, "aku harus segera pergi. Ada urusan di butik yang sangat penting."
"Kau berangkat pagi sekali, Apa kau mau ke hall wedding fair lagi?"
"Tidak, aku harus menangani klien penting di butik jadi sementara tugasku di wedding fair akan diambil alih oleh temanku." Eric hanya mengangguk-mengangguk mengerti.
"Kalau begitu, aku pergi dulu." Elena dengan terburu-buru pergi meninggalkan Eric yang sedikit mengangkat senyumnya. Pria itu lalu memperhatikan paper bag berisi sandwich yang dibuatkan untuknya. Ternyata Elena benar benar berusaha berterimakasih padanya. Padahal ia hanya mengantar gadis itu pulang sampai ke rumah.
Eric masuk lalu membuka bungkusan itu. Ham & cheese sandwich buatan Elena terlihat menggoda di perutnya yang sedang kosong. Rotinya terlihat masih hangat dan aroma menteganya memenuhi penciuman pria itu. Pada gigitan pertama, Eric langsung terkesiap karena rasa hamnya sedikit terlalu asin. Eric tertawa kecil melihat sandwich yang rasanya tidak seindah penampilannya lalu menepuk jidatnya. Gadis yang dikiranya selalu teliti sejak SMA bisa ceroboh juga. Gadis itu sudah berusaha membuatkan sesuatu untuknya. Eric tetap melahap roti itu hingga habis. Pria itu setidaknya menghargai effort Elena.
"Dia lucu juga ya?"
**
Elena merasa pusing dan ingin sekali cepat-cepat menemui Rafael untuk makan siang. Ia butuh mengisi perutnya. Sandwich yang hendak ia santap saat sarapan di butik tadi rasanya terlalu asin dan Elena tidak berminat sama sekali untuk dimakan. Ia benar benar merasa bersalah sekaligus malu karena sandwich yang ia berikan untuk Eric pasti sama tidak layaknya untuk dimakan. Pulang nanti ia harus benar benar meminta maaf pada Eric.
"Elena!"
Suara Rafael menyapanya dari arah restoran. Elena langsung tersenyum cerah melihat Rafael. "Ayo kita makan! aku lapar sekali." ujar Elena. "Baiklah, aku sudah menyiapkan menu yang spesial untuk kau coba." Rafael mengeluarkan dua piring yang sudah ia siapkan sejak tadi dan menyajikan makanan yang baru saja ia buat. Aromanya begitu menggoda perut Elena yang sudah keroncongan sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever & Ever
RomanceThe summer seasons has come, Everything changes, so do i. My feelings for you grow even stronger than before. When your eyes met mine, i cant stop telling myself how much i missed you. Once More we met again under the same sky, and you said "long ti...