[TRY] : 4 - Tiffany

594 58 11
                                    

[ TRY ]

4. That Voice

Sepulang sekolah secepatnya aku berjalan menuju taman belakang sekolah. Bukannya apa, aku hanya tidak ingin terlambat untuk segera menjadi anggota cheerleader. Karena ujar Yuri aku dipilih menjadi anggota cheers. 

Yuri adalah ketua cheers. Dia berperawakan tinggi, tubuhnya langsing, kulitnya keemasan, dia sangat pandai menari dan ngerap. DIa berasal dari kelas 11-C, semua lelaki menyukai dan mengaguminya.

Sesampainya di taman belakang sekolah, aku melihat Yuri dan kedua temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di taman belakang sekolah, aku melihat Yuri dan kedua temannya. Yoona dan Hyoyeon. Aku tersenyum pada mereka bertiga lalu mendekatkan diri pada mereka bertiga

 Aku tersenyum pada mereka bertiga lalu mendekatkan diri pada mereka bertiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai!" sapaku, lalu tersenyum manis pada mereka bertiga.

"Hai juga," ujar mereka bertiga nyaris bersamaan dengan senyum masam.

Kenapa mereka tersenyum masam?

"Jadi... aku dipilih menjadi anggota cheers?" tanyaku menatap Yuri dengan mata berbinar, mencoba berpikir positif.

"Tentu saja... tidak bodoh!" jawab Yuri dengan nada mengejek, selanjutnya mereka bertiga tertawa dengan nada menyebalkan.

"A-apa maksudmu?" tanyaku dengan terbata-bata menatap mereka takut.

"Yoona, Hyoyeon... lakukan sekarang!" ujar Yuri tersenyum sinis. Lalu memerintahkan Yoona dan Hyoyeon untuk melakukan sesuatu yang tidak kutahu apa itu. 

Yoona dan Hyoyeon memegang kedua tanganku kasar. Membuatku terkejut dan langsung memberontak, tapi ada dayaku, mereka berdua dan aku? Sendirian. Terlebih lagi mereka sangat suka berolahraga dan nge-gym.

Yuri tertawa renyah lalu melempar enam buah telur busuk ke kemejaku, aku meringis kesakitan saat satu buah telur salah lempar dan mengenai wajahku. Rambutku ia beri tepung sebanyak-banyaknya sampai-sampai mataku perih terkena tepung yang ia tumpahkan. Yuri memegang daguku, lalu ia menamparku dengan keras secara bertubi-tubi di kedua pipiku, lalu tertawa lagi. 

Tanpa kupaksakan, air mata jatuh dari pelupuk mataku.

"Kenapa?! Kenapa kalian melakukan ini padaku?!" pekikku kesal, aku terus menangis dan sekarang aku terkapar di rerumputan taman belakang sekolah. Sialnya, rerumputan itu ikut kotor dengan telur dan tepung yang berasal dari kemejaku. 

Yuri dan kedua temannya menatapku dengan pandangan yang mengejek. Sedangkan aku hanya bisa menangis dan memeluk diriku sendiri dengan kedua tanganku.

"Kau ini bodoh atau apa hah!" geram Hyoyeon, dia menendang lututku kasar dan meninggalkan bekas luka yang cukup parah di situ.

"Kau! Tiffany Hwang! Dengan bodohnya kau menabrak Guardian Angel-nya Yuri!" seru Yoona menatapku sinis, lalu mendorong jidatku dengan jari telunjuknya yang panjang. 

Aku hanya bisa meringis pelan saat menyadari; aku melupakan satu hal! Yuri adalah mantan kekasih Xi Luhan! Setiap hari Yuri berkunjung ke kelas Luhan hanya untuk memberinya cokelat, kado, bergelayut manja di lengan Luhan, dan hal menjijikan lainnya.

"Dan... kau berkenalan dengannya! Stupid!" seru Yuri memekik, dia menendangku di tempat yang sama seperti Hyoyeon menendangku, ya, lutut kaki kananku. 

Aku meringis kesakitan, sudah cukup Hyoyeon memberi luka yang cukup parah di situ, dan sekarang Yuri juga ikut-ikutan. Yang bisa kulakukan sekarang hanya menangis, menunduk, menyumpahi mereka di dalam hati, dan memeluk erat tubuhku. Tidak, aku tidak bisa membela diri, dan tidak akan ada orang yang mau membelaku.

"Satu lagi! Aku minta kau jauhi Luhan!" ujar Yuri menatapku tajam dengan menunjuk wajahku. Aku mengangguk cepat dengan berlinangan air mata.

"Ayo teman-teman! Cabut!" tambahnya lagi memerintah lalu berjalan dengan melenggak-lenggok bak model Victoria Secret meninggalkanku sendiri yang terkapar di rerumputan.

"Hiks ... hiks ... hikss,"

Aku berjalan meninggalkan sekolah dengan terisak, aku berjalan pincang tanpa tau arah, dan di sinilah aku. Kelelahan terlalu jauh berjalan dengan kaki pincang, terduduk di bawah pohon rindang di dekat persimpangan komplek yang tak kutahu komplek apa ini, memeluk kedua kakiku dan menangis sejadi-jadinya. 

Hari sudah sore dan aku di sini sendirian tanpa ada satu orang pun yang mengasihani aku, karena memang tidak ada satu orang pun yang melewati komplek ini.

Aku mendengar suara motor besar mendekatiku, dan "Tiffany?" tanya seseorang itu ragu-ragu, suaranya sangat berat dan tak asing di telingaku, a-aku tau siapa dia!

TBC

Part ini pendek bgtt yaa? Maaf deh, nnti selanjutnya kupanjangin hehe. PLEASE VOTE AND COMMENT!! JANGAN SUNGKAN UNTUK KRITIK YA!!! XOXO😘❤️

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang