1

1.1K 74 2
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Sifat douma dan damian

Aku menatap jengah douma yang menebar ketampanan dia di depan siswi-siswi benar-benar playboy sekali dia. Aku membalikkan badanku malas menghampiri douma biarkan saja dia.

Aku tahu douma hanya berpura-pura ceria saja di depan semua orang berbanding terbalik apabila tidak di depan hadapan semua orang. Douma sejak kecil aku tahu tidak memiliki emosi bisa dikatakan apatis entah karena apa.

Bahkan saat ibu membunuh ayah waktu kami berdua kecil dia hanya bergumam darah mereka membuat ruangan menjadi pengap. Aku tidak tahu alasan ibu membunuh ayah tapi tak lama dia juga ikut bunuh diri. Aku dan douma sudah terbiasa hidup berdua walaupun aku kadang heran akan sikap douma.

Aku pergi ke kantin membeli makanan dan membeli dua porsi makanan. Aku selalu membeli makanan untuk douma walaupun dia kadang malas memakan hal itu. Douma lebih suka bahan makanan berbau daging.

Aku ke kelasku kembali dan menyapa setiap orang yang kutemui bahkan tersenyum ramah kepada mereka. Aku tiba di kelasku dan anehnya sudah ada douma disana.

"Mana makananku?" Tanya Douma.

Aku menaruh makanan di depan douma tampak sangat jelas dia tidak suka akan makanan tersebut. Douma akan protes tapi aku membungkam mulut douma dengan memasukkan sayuran ke mulut douma.

"Aku benci sayuran!" Protes Douma.

"Tidak peduli. Kau harus memakan sayuran douma jangan membantahku!" Tegasku.

"Hey aku kakakmu jangan mengaturku!" Kesal Douma.

"Kau kakak yang menyusahkan douma." Ucapku.

"Sepertinya aku bisa merasakan sebuah emosi damian." Ucap Douma.

"Emosi yang kau pelajari dariku?" Tanyaku.

"Iya saat kau terluka aku sedikit kesal kurasa begitu." Ucap Douma.

"Kalau kau merasa kesal kenapa tidak membantuku saat dihajar oleh preman?" Tanyaku heran.

"Aku suka melihat darah menetes." Ucap Douma.

"Kau saja yang terluka bodoh!" Kesalku.

Douma malah tertawa akan hal tersebut membuat aku kesal akan tingkah laku douma. Douma belakangan ini sering mengatakan bisa merasakan emosi. Aku juga heran dengan luka melintang di leher douma. Kedua orangtuaku bilang itu sudah ada sejak douma lahir.

"Di kehidupanmu sebelumnya mungkin kepalamu itu dipenggal." Ucapku.

"Berarti dulu aku jahat ya?" Tanya Douma.

"Tepat sekali." Ucapku.

"Hey aku baik hati dan ramah tahu!" Protes Douma.

"Nada suaramu protes tapi wajahmu datar dasar aneh." Ucapku.

"Makanya kau bantu aku memberitahu tentang apa itu emosi." Ucap Douma.

"Ya aku akan memberitahu hal tersebut." Ucapku.

"Bicara soal makanan hanya sayuran saja aku tidak kenyang." Ucap Douma.

"Beli sendiri sana." Ucapku.

"Kau belikan dong." Ucap Douma.

"Kau kan kerja douma!" Kesalku.

"Makanya aku kerja dan kau sebagai adik yang baik harus melayaniku." Ucap Douma.

Aku bangun dan mengeplak kepala douma karena ucapan dia yang seenaknya. Douma itu orang yang sering memerintah terhadapku dikira aku babu kali.

"Ingat kedudukan kita sama yaitu seorang manusia jadi jangan memerintahkan aku!" Tegasku.

"Cih menyebalkan!" Kesal Douma.

"Sifatmu itu memang menyebalkan douma." Ucapku.

"Kau mau ikut denganku ke sebuah tempat kecelakaan tidak?" Tanya Douma.

"Kau ingin menjadi relawan. Tumben sekali." Ucapku.

"Bukan aku ingin melihat darah para korban menetes atau mungkin melihat organ dalam mereka yang berhamburan keluar begitu." Ucap Douma santai.

"Psikopat." Ucapku.

"Bukan buktinya aku tidak pernah membunuh orang lain." Ucap Douma.

"Terserahlah." Ucapku.

Selera aneh douma terkadang membuat orang-orang sedikit merasa ngeri berdekatan dengan douma. Aku juga mengakui kalau kakakku ini seperti sangat terobsesi akan rasa sakit orang lain dan hal-hal yang berhubungan dengan penyiksaan.

"Kau tahu alasan touchan dibunuh kaachan?" Tanyaku.

"Entah. Aku malas mengingat itu semua lagipula menurutku kaachan terlalu klasik membunuh touchan harusnya kaachan itu menyiksa touchan dulu baru dibunuh." Ucap Douma.

"Sikap apatismu itu harus segera kuperbaiki douma." Ucapku.

"Terserahlah." Ucap Douma.

"Sudah kembali ke kelasmu." Ucapku.

"Ya." Ucap Douma.

Douma berbeda kelas denganku dalam bidang akademik douma lebih unggul dibandingkan aku bahkan dia dapat beasiswa di sekolah ini. Aku hanya memasuki kelas biasa saja kelebihanku hanya tentang ilmu bela diri yang tidak terlalu mahir.

🍁 Berbeda

Rainbow Eyes

~ 14 Desember 2022 ~

~ 14 Desember 2022 ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(penampilan damian)

nama : damian
umur : 15 tahun
tinggi : 180 cm
ulang tahun : 08 Oktober
like : kue kering, meledek douma dan makan
dislike : ketidakpulian douma tentang dirinya
sifat : ramah, baik, ceria, dan pemarah

request dari kzrsajs_0

✔️ Douma Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang