10

189 27 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🐏 Douma dan damian

Aku berlari menuju kelas damian. Seperti biasa aku akan makan siang bersama damian di kelasnya. Status damian memang berpacaran dengan kotoha tapi dia masih sempat makan siang denganku.

"Kotoha sudah kesini?" Tanyaku.

"Sudah dia hanya memastikan keadaanku dan aku juga memberikan dia cokelat." Ucap Damian.

"Mian aku juga mau!" Rengekku.

Damian mengambil tasnya tak lama damian memberikan aku cokelat batangan membuat aku senang. Damian tersenyum padaku dibalas senyuman lebar olehku.

"Mian baik hati deh aku semakin sayang mian." Ucapku.

"Ayo kita makan siang dulu dan cokelatnya nanti saja buat cuci mulut." Ucap Damian.

"Hm." Gumamku.

Aku makan siang dengan saling menanyakan banyak hal random pada damian. Damian menjawabnya satu-persatu setiap pertanyaan randomku.

"Kerja di klub malam itu berarti kau juga menjadi gigolo tidak?" Tanyaku.

"Aku seorang bartender domba. Bukan seorang gigolo." Ucap Damian.

"Lalu kau pernah digoda oleh seorang gadis disana?" Tanyaku.

"Sering sekali." Ucap Damian.

"Pernah minum vodka?" Tanyaku.

"Biasanya aku diberi saat aku akan libur kerja." Ucap Damian.

"Sejak kapan mian minum alkohol?" Tanyaku.

"Sekitar usia 12 tahun kalau tidak salah." Ucap Damian.

"Oh pertama kali kau kerja di klub ya kalau tidak salah." Ucapku.

"Tidak aku pertama kali kerja di klub umur 10 tahun." Ucap Damian.

"Aku lupa." Ucapku.

"Pekerjaanmu bagaimana?" Tanya Damian.

"Baik walaupun kadang aku harus tersenyum palsu demi menarik pelanggan." Ucapku.

"Itu keahlianmu memanipulasi ekspresi." Ucap Damian.

"Iya mudah bagiku." Ucapku.

"Sejak kematian kedua orang tua kita setiap tahun kita berdua pasti akan bergonta-ganti pekerjaan demi mencari penghasilan yang lebih besar." Ucap Damian.

"Yah aku menjadi pelayan cafe sementara kau bartender di klub malam itu pilihan terakhir kita." Ucapku.

"Lagipula hanya penghasilan bartender yang cukup besar bagiku." Ucap Damian.

"Lulus sekolah nanti aku fokus bekerja saja dan kau kuliah mian." Ucapku.

"Tidak terimakasih aku lebih suka bekerja." Ucap Damian.

"Ya sudah terserah kau." Ucapku.

Bel masuk menghentikan kegiatan kita berdua untuk saling bercengkrama satu sama lain. Aku masuk kelasku melanjutkan pelajaran.

Beberapa bulan kemudian aku dan damian sedang berada di taman kota. Aku dan damian hanya ingin menikmati udara segar di pagi hari.

"Hubunganmu dengan pacar bagaimana?" Tanyaku.

"Baik-baik saja. Walaupun ada pertentangan dari keluarga kotoha terkait pekerjaanku." Ucap Damian.

"Langkah yang akan kau ambil apa?" Tanyaku.

"Entahlah aku belum memikirkan apapun." Ucap Damian.

"Aku mungkin akan memikirkan pekerjaanmu di masa depan nanti." Ucapku.

"Tidak perlu." Ucap Damian.

"Setidaknya aku bisa berguna sebagai kakak untukmu." Ucapku.

Damian terdiam dan aku melirik kearah damian yang memegang dadanya sangat erat. Aku mengambil inhiler dari kantong celana damian. Damian menghirup inhiler dan akhirnya bisa bernafas secara normal.

"Kita pulang saja wajahmu pucat mian." Ucapku khawatir.

"Asmaku hanya kambuh bukan masalah untukku." Ucap Damian.

Aku tidak memperdulikan ucapan damian dengan cepat aku menggendong damian di depan. Damian tidak memberontak hal yang membuatku khawatir akan keadaan damian.

"Mian!" Panggilku khawatir.

"Aku ingin istirahat niichan." Ucap Damian.

Damian memeluk leherku sangat erat dan aku membiarkan saja. Aku memberhentikan taksi di pinggir jalan. Damian masih tidur walaupun kurasakan nafas damian tidak normal. Aku memutuskan membawa damian ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Di rumah sakit dokter mengatakan damian baik-baik saja tapi harus mendapatkan nafas bantuan dari selang oksigen dulu sampai dia sadar. Aku mengganggukkan kepalaku mengerti dan menunggu damian yang belum membuka matanya sama sekali.

Damian membuka matanya bibir dia masih pucat dan aku mengelus surai rambut damian. Damian menatapku tak lama dia tersenyum kearahku.

"Jangan bekerja sementara ya. Niichan akan memberitahu bos tentang dirimu agar kau bekerja bersama niichan saja." Ucapku.

"Aku tidak apa-apa kerja di klub." Ucap Damian.

"Dokter mengatakan kau kena asma karena selalu mendapatkan asap rokok dari pelanggan klub jadi untuk kali ini turuti ucapanku ya untuk keluar dari sana." Ucapku.

"Baiklah." Ucap Damian.

Aku mencium kening damian dan damian langsung melemparkan bantal kepadaku membuat aku terjungkal ke belakang.

"Hey wajahku yang ganteng kau lukain!" Protesku.

"Berisik." Ucap Damian.

Aku mengelus wajahku yang terkena lemparan bantal oleh damian. Saat kulihat damian dia tertidur kembali jadi aku sedikit mengangkat kepalanya dan menaruh kembali bantal untuk membuat damian nyaman dalam tidurnya.

🐏 Kedua bersaudara yang jarang akur

Rainbow Eyes

~ 09 Maret 2023 ~

Ending

✔️ Douma Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang