6

237 31 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🐏 Douma pikir

Aku selalu berusaha menjadi kakak yang baik untuk damian. Sejak kecil hanya damian yang selalu berada di sisiku bahkan sikap apatisku tidak membuat damian menjauh dariku. Kami menjadi yatim piatu sejak usia lima tahun pernah sih kami berdua masuk panti asuhan tapi aku malah mengajak damian untuk kabur dari sana. Entah pikiranku bisa mengatakan seperti itu dan soal silsilah keluarga kami berdua tidak mengetahui sama sekali.

"Kau memikirkan apa domba?" Tanya Damian.

"Sudah kukatakan namaku douma dan panggil aku niichan mian!" Kesalku.

"Ya baiklah niichan." Ucap Damian.

"Mian kau pernah ingin mengetahui tentang silsilah keluarga kita tidak?" Tanyaku.

"Malas. Kupikir apabila mereka peduli pasti mencari kita berdua nyatanya tidak kan." Ucap Damian.

"Benar sih 10 tahun kita berjuang sendirian sejak kaachan membunuh touchan." Ucapku.

"Kau dengar tidak sebelum kaachan membunuh touchan alasan sesungguhnya dia melakukan hal tersebut?" Tanya Damian.

"Kupikir karena touchan berselingkuh dengan wanita lain. Karena aku dulu pernah mendengar suara desahan di kamar kedua orang tua kita sebelum terjadinya pembunuhan tersebut." Ucapku.

"Lalu kenapa kaachan bunuh diri juga setelah membunuh touchan?" Tanya Damian.

"Dia masih cinta touchan itu yang kudengar sebelum kaachan menusukkan pisau bekas membunuh touchan ke dadanya. Aku terkena cipratan darahnya pula membuat pengap saja." Keluhku.

"Kau aneh harusnya anak kecil umur lima tahun melihat pembunuhan secara langsung mengalami trauma berat. Kau malah mengeluh pengap aneh sekali." Ucap Damian.

"Aku sekarang belum peduli tentang rasa kemanusiaan yang kau sebutkan padaku mian. Aku masih ingin belajar menyayangimu layaknya seorang kakak pada umumnya." Ucapku.

"Hadiah yang kau berikan padaku masih kupakai niichan." Ucap Damian.

"Itu hadiah pertamaku untukmu mian. Dan aku juga senang mendapatkan hadiah pertama darimu mian." Ucapku.

"Kau kenal dengan seorang gadis bersurai hitam di kelas sebelah tidak?" Tanya Damian.

"Yang mana?" Tanyaku tidak mengerti tentang gadis yang dimaksud damian.

"Hashibira kotoha." Ucap Damian.

"Oh dia ya aku kenal dia. Hashibira-chan salah satu gadis yang tidak menyukaiku." Keluhku.

"Syukurlah berarti aku tidak salah jatuh cinta dengan dia." Ucap Damian.

"Tadinya aku mau pacarin dia seperti ratusan pacar sebelumnya." Ucapku.

"Awas kau menikungku aku akan pergi darimu!" Ancam Damian.

"Jangan mian aku sayang padamu tahu. Jangan tinggalkan niichan ya!" Rengekku.

"Ya tidak akan asal kau menjauhi kotoha." Ucap Damian.

"Tentu apapun untukmu." Ucapku.

Aku memeluk tubuh damian sangat erat walaupun dapat penolakan dari damian. Aku tidak peduli dan mencium kedua pipinya. Aku merasa nyaman apabila memeluk damian entah parfum apa yang digunakan damian.

"Mian saat kau menikah nanti jangan lupakan aku." Ucapku.

"Kau dulu yang menikah nanti baru aku." Ucap Damian.

"Setelah lulus sekolah aku akan menyalurkan sisi psikopatku ke bidang yang berguna." Ucapku.

"Aku mengerti." Ucap Damian.

Damian melepaskan pelukanku tapi aku tidak mau. Tubuh damian lebih kecil dariku jadi dia sulit melepaskan pelukanku. Damian menatapku kesal tapi aku malah tertawa akan hal tersebut.

"Domba lepaskan!" Kesal Damian.

"Cium bibirku dulu baru aku lepaskan." Ucapku.

"Ogah mending cium bibir seorang gadis." Ucap Damian.

"Ya sudah diam saja disini aku hanya ingin memelukmu saja." Ucapku.

"Aku laper domba." Ucap Damian.

"Biarkan saja." Ucapku.

"Aku punya maag akut bodoh!" Protes Damian.

"Astaga aku lupa!" Pekikku.

Aku melepaskan pelukanku dari tubuh damian. Damian berlari menuju ke dapur. Kami berdua memang sedang libur sekolah dan masalah pekerjaan masih sedikit lama waktunya jadi kami menghabiskan banyak waktu bersama.

Aku mengikuti damian ternyata dia memasak banyak makanan. Aku duduk menatap damian yang sibuk memasukkan berbagai macam bumbu. Setelah selesai memasak aku makan bersama damian.

Makan siang selesai dan aku akan pergi bekerja kulihat damian menyiapkan sesuatu. Aku diam saja saat aku akan pergi damian memberikan kotak itu kepadaku.

"Itu apa?" Tanyaku.

"Bento untukmu." Ucap Damian.

"Wah terimakasih!" Pekikku.

"Sama-sama." Ucap Damian.

Aku pamit bekerja meninggalkan damian sendirian di rumah dan pastinya kami akan bertemu di sekolah.

🐏 Damian itu lucu

Rainbow Eyes

~ 22 Januari 2023 ~

Double update minggu ini

✔️ Douma Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang