8. the bench

1K 151 17
                                    


.
.

"Can i hug you?"

.
.






Apo menghilang. Bukan, bukan menghilang seperti di masa lalu Mile waktu itu. Ini lebih ke arah... menghindar?
Jika sebelumnya Apo menjaga jarak dengan Mile, kali ini ia sama sekali tidak mau menemuinya.

Segala urusan pembangunan gedung diawasi oleh ibunya yang setiap hari datang.

"Apo apa kabar, Tante?" tanya Mile di sela berisik pekerja proyek di gedung.
Akhirnya ia memberanikan diri setelah beberapa hari pusing.

Ibu Apo mengangguk lalu tersenyum "Baik, dia sekarang kerja di kantor hukum ayah temennya."

Oh, Mile tidak tahu ini.

"Syukurlah... sibuk berarti dia ya?"

"Iya, makanya kan Tante yang di sini sekarang."

Jawaban ibu Apo seolah menegaskan bermacam pikiran di kepala Mile. Tentang Apo yang sama sekali tidak muncul sejak hari mereka di mall, hingga dua minggu kemudian, saat renovasi sudah dimulai.

"Saya hubungi Apo, tapi nggak direspon. Bener karna dia sibuk kan? Bukan karna ada masalah?" tanya Mile lagi. Tersisa satu pikirannya menolak kenyataan bahwa Apo hanya 'sibuk'.

"Jujur, nggak tau." Ibu Apo terdiam, melepas kacamata minusnya lalu menatap Mile "Setelah papanya meninggal, Apo yang selalu mastiin tante baik-baik aja, tapi kalo ditanya sebaliknya, dia kayak nggak yakin dengan jawaban dia."

Mile diam karena ia semakin bingung. Jika ibunya saja tidak tahu apa yang Apo rasa, apalagi Mile yang baru mengenal Apo dua bulan ini.

"Apa kalian ada masalah?" Gantian, ibu Apo yang bertanya. Terdengar kekhawatiran di suara lembutnya.

Mile menggeleng.

"Hari Sabtu ini dateng aja ke rumah. Kalian bisa ngobrol di sana." Ibu Apo memakai lagi kacamatanya lalu tersenyum.

"Oh, boleh?" Baru kali ini pertanyaan Mile terdengar ceria "Ya udah, Sabtu pagi saya ke rumah tante."

.
.
.

Sabtu pagi, seperti yang Mile katakan, ia datang ke rumah Apo. Jam bahkan belum pukul 10 ketika mobil Mile berhenti di depan pagar rumah cat putih itu.

Memasuki pagar, Mile melihat Apo sedang menarik selang air di halaman. Pemilik rumah terkejut dengan kedatangan Mile, sampai nyaris menyemprotkan air ke arah Mile, bukan ke tanaman di halaman.
Untung tekanan air tidak begitu besar.

"Mile, ayo masuk. Tante bikin kue loh." Ibu Apo muncul di teras.

"Oh iya tante." Mile melangkah ke teras, melepas sepatunya "Pagi Po..." ucapnya masuk rumah.

"Pagi." Jawab Apo singkat sambil mematikan keran air

Apo berniat masuk lewat pintu belakang atau pergi sekalian, tapi terdengar teriakan ibunya "Apo! Sarapan dulu."

Terpaksa Apo masuk ke rumah.

Ibu Apo dan Mile bicara santai di meja makan, kebanyakan topiknya seputar proyek. Sementara Apo tidak banyak bicara. Mayoritas hanya anggukan di antara suapan sarapannya. Menu pagi itu mie goreng dengan telur mata sapi.

"Po, nanti sekalian Mile dibikinin es kopi." Ucap ibu Apo ketika anaknya selesai mencuci piring.

"Iya Mah." Jawab Apo singkat.

Apo menuang es kopi dalam dua gelas, memberikan yang satu pada Mile. Arsitek itu menaruhnya di samping piring berisi cake pisang yang baru dipotong.

Apo kembali ke halaman, kali ini untuk mengencangkan kaki pada bangku yang mulai goyah.

ApomorphineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang