The Burden

15 1 0
                                    







Cukup lama Rachel melihat keindahan alam desa sekitar. Rasa bosan semakin melunjak dalam hatinya, ia mulai tidak betah tinggal di tempat asing ini.

Ia merindukan rumahnya yang di kota, keramaian orang-orang. Kenapa kakaknya harus menuruti permintaan neneknya? Jika tidak ia tidak akan tinggal di tempat aneh ini.

"Jauhi dia"

Rachel membalikan tubuhnya dan melihat seseorang berjubah hitam yang wajahnya tertutup berdiri di belakangnya.

"Dia iblis yang haus nyawa orang lain, kau akan celaka, dia sudah berhasil membunuh akarnya, kini tinggal ranting dan daunnya saja"

Rachel tak berkata apapun, ia bingung apa yang di bicarakan orang ini? Akar? Daun? Iblis? Siapa iblis yang orang ini maksud?

Lalu sesosok berjubah itu pergi tinggalkan gadis itu yang di landa kebingungan.

Anggap saja orang yang berbicara dengannya adalah orang yang tidak waras. Tak mau pusing ia pulang ke rumah.



Sesampai di rumah ia mendengar suara keributan.

"DASAR WANITA GILA!! APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA NENEK?"

"Ini demi kebaikannya, dia sudah begitu sekarat mengapa harus di biarkan kesakitan?!"

Rachel masuk ke dalam rumah dan melihat jasad wanita tua yang sudah terbujur kaku di lantai rumah di baluti kain putih.

"Nenek!!!" teriak Rachel.

"Berdoalah kalian pada jiwa yang malang"

"Apa yang terjadi? Kenapa nenek di sini?"

"Dia sudah mati"

Leon yang sangat emosi berjalan mendekati wanita itu dan mencekik lehernya.

"Wanita gila, seharusnya kau mati saja dan membusuk di dalan neraka" tatapnya dengan amarah.

Helda terdiam tanpa ekspresi kesakitan meskipun di cekik oleh pemuda itu.

"Lepaskan!!"

Leon menoleh ternyata Victor sudah berdiri di depan pintu.

"Kenapa? Dia sudah membunuh Nenek" ujar Rachel kesal.

"Dia tidak membunuh, akulah yang memberi perintah"

Mata Leon seketika melebar mendengar ucapan Victor barusan. Amarah memuncak ia berjalan ke arah sang tertua lalu..

Bughh!!!

"BAJINGAN!! APA MAKSUDMU MENYURUH DIA MEMBUNUH NENEK? KAU SUDAH GILA KAH?! HA!!!"

Leon meledak ketika memukul wajah Victor hingga nyaris tersungkur.

"Kau tidak mengerti apapun bocah!!! Ku lakukan ini juga  untuk kebaikan kita semua"

"Kebaikan apa hingga harus membunuh nyawa keluarga sendiri?" tanya Rachel yang sudah terisak.



Flashback on..

Setelah perdebatan di meja makan siang tadi, Victor pergi ke kamar neneknya untuk melihat kondisi wanita tua itu.

Saat ia berdiri di samping tempat tidur, wanita tua itu terlihat sedang berusaha untuk bernafas, dadanya yang naik turun begitu terasa sesaknya yang dialami wanita tua itu.

Kalau di pikirkan, terlihat kasian melihat kondisi dan akhir hidup seorang wanita yang dulunya terkenal wanita terpandang di desanya.

"Beginilah keadaan dia setiap harinya, harus menahan sakit yang menyiksa" tiba tiba Helda muncul berdiri di sampingnya.

"Aku mendengar dari seseorang, sebelum kami kesini nenek masih terlihat sehat dan baik-baik saja. Lalu bagaimana dia bisa jadi seperti ini?" ujar Victor sambil menatap lurus ke neneknya.

"Di luar memang dia kelihatan sehat saja, tapi kau tidak tahu dia selalu mengeluh padaku kalau dadanya terasa sakit. Aku sudah menawarkan agar dia berobat saja ke kota, tapi dia mengabaikannya"

Victor tidak merespon apapun.

"Kupikir jika dia di biarkan terus begini, selama akhir hidupnya dia akan sengsara, dan tentu akan merepotkan kami semua" ujar pemuda itu.

"Akhiri saja hidupnya itu akan lebih baik" sambungnya.

"Apa kau yakin dengan perkataanmu barusan?" tanya Helda meyakinkan.

"Tak ada pilihan, jika dia sendiri tidak mau kesembuhan untuk apa dia hidup dalam keadaan sekarat begini?!"

"Aku hanya ikut katamu saja"

Victor tinggalkan kamar itu tanpa memikirkan nasib wanita tua itu, dia sudah tidak ingin merepotkan diri dengan mengurus dan melihat seseorang yang sudah tua yang sakit sakitan tanpa ada berjuang ingin kehidupannya sendiri.

"Bahkan cucumu sendiri merestui kematianmu"

Lalu Helda mengambil sebuah bantal di samping sang insan yang terbaring lemah itu, kemudian ia menutup mukanya dan menekan sedikit kuat.

Tubuh yang lemah itu meronta, meminta untuk di lepaskan. Butuh waktu dalam belasan menit hingga tubuh itu sudah tidak mengeluarkan nafasnya lagi.

Flasback off...

"EGOIS!!! BISA BISANYA KAKAK BERPIKIR SEPERTI ITU!!! JAHAT!! KAKAK JAHAT!!" teriak Rachel kepada Victor.

"TIDAK PERLU BERTERIAK SEPERTI ITU!! TIDAK ADA GUNANYA WANITA TUA INI JUGA SUDAH MATI" balas Victor tak kalah sengit.

Rachel menangis sejadi jadinya, sedangkan Leon hanya diam meratapi jasad tua yang tak bernafas.

"Besok kita akan mengadakan pemakaman nenek lalu setelah ini kita akan kembali ke Kota, kita kosongkan rumah ini tidak gunanya tinggal di sini. Soal aset berharga dan peninggalan kakek biar semuanya aku yang urus"

Victor kembali ke kamarnya.

Kedua kakak beradik itu menatap miris keaadan nenek mereka yang tiada.

"Kita harus membawa mayat ini ke ruangan lain" ucap Helda.




Triangle EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang