🦅1

20 3 0
                                    

GAVINARLETA | Chapter 1

Kebanyakan orang hanya bisa membicarakan kejelekan orang lain, tanpa menyadari keburukan dirinya sendiri. -GAVINARLETA

*
*
*

Hai,

Nama gue, Arleta. Arleta Allana.

Menurut kata orang-orang, nama gue itu artinya Elang yang berharga.

Tapi.. tidak seperti namanya, gue rasa diri gue nggak se-berharga itu untuk mereka.

Bahkan sebatas kehadiran gue, bukanlah hal yang semestinya dibanggakan.

Entah perbuatan kotor apa yang dulu Mama lakukan buat menghasilkan gue,

Tapi kenapa gue harus lahir di dunia ini lalu menjadi sebuah hal yang memalukan untuk diakui?

Kenapa hanya gue yang merasakan akibatnya?

***

Arleta Allana.

Nama itu cukup terkenal dikalangan murid-murid Atlas High School. Kebanyakan dari mereka mengenal Arleta hanya karena dirinya sang primadona sekolah dengan segudang masalah. Tapi sebenarnya mereka ini tidak tahu betul siapa Arleta dan bagaimana kehidupannya. Masalah dan masalah, hanya itu yang bisa ia tampilkan di depan dunia.

Leta? Sehari tanpa masalah? Mustahil rasanya.

"Eh, jalang! Bisa nggak sih, lo sehari aja nggak cari masalah sama gue?!" ujar seorang perempuan dengan rambut pink nyentriknya.

"Gue yang cari masalah?! Nggak typo tuh, mulut lo?!" ucap Leta tak ingin kalah.

"Denger ya, Mora. Gue nggak tau alesan lo buat ngajak gue ribut hari ini apa, yang jelas gue udah males. Minggir!" Dengan angkuh ia melewati Mora seraya mengibaskan rambut.

"Ya apa lagi kalau bukan karena Zevan!"

Leta menghentikan langkahnya. Kembali menatap Mora dengan satu alisnya terangkat heran. "Ada apa sama gue dan Zevan?" Ia bersidekap.

"Lo bener-bener nggak tau diri ya? Zevan itu pacar gue!" teriak Mora membuat satu lorong itu pokus memperhatikan mereka. Arleta yang sudah tahu kelanjutannya seperti apa hanya diam menunggu Mora menumpahkan kekesalannya.

"Lo seharusnya tau diri buat nggak jalan sama cowok orang!" ucap Mora menggebu.

Satu lorong yang dipenuhi siswa dengan keingintahuan besar itu bergemuruh. Sebut saja mereka memiliki waktu yang dipersilakan untuk menghujat, mencibir, hingga sorakan bersama pun terdengar untuk Arleta.

"Udah lah, Let. Kali ini lo nggak usah ngeladenin si Mora," satu perempuan di belakangnya berbisik. "Bisa tambah ribet kalau Bu kucing denger!"

"Bener juga kata lo. Hukuman gue yang kemarin aja belum selesai, kan?"

"Nah, makanya!"

Leta mengangkat dagu tinggi, lalu berdeham. "Anggap aja gue minjem Zevan sebentar. Toh, sekarang udah gue kembaliin lagi kan, orangnya." cibir Arleta.

"Udah deh, waktu gue terlalu berharga buat dengerin lo ngomong."

"Enteng banget ya, omongan lo! Sebenernya lo sadar sama kesalahan lo nggak, sih?!"

"Enggak."

"Pantes. Cewek minim otak kayak lo mana mungkin bisa nyadar sama kesalahannya." Mora mendengus. "Mungkin Mama lo juga nggak akan bangga kalau tau kelakuan anaknya gimana."

"Shit!"

Arleta melangkah maju tanpa takut menghadapi Mora. "Tau apa lo tentang hidup gue, hah?" tanya perempuan itu tepat sejajar di depan Mora. "Lo bukan saudara gue, lo bahkan bukan babu gue yang tau gimana Mama gue sebenarnya."

"Lo ngerasa diri lo udah bener sampai bisa nilai orang kayak gitu?"

Arleta bersidekap. "Apa Mama lo akan bangga kalau tau anaknya jual dada sama selangkangan cuman buat bisa pacaran sama orang nomor satu di sekolah ini?"

Melihat reaksi keterkejutan Mora, membuat perempuan itu tahu-dirinya akan selalu menang.

Memangnya, siapa yang bisa menang selain gue?

------------------


GAVINARLETA | © 2022
Written by Rah_maaa

Pictures by : Pinterest

Hi! Hope you like it, ya.
Tungguin chapter selanjutnyaa!💜

With love,
Maak.

GAVINARLETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang