🦅6

6 1 0
                                    

Holaa! Gimana kabarnya? Jaga kesehatan selalu ya.
Mohon maaf aku baru banget update. Dua minggu ini rasanya begitu berat buat aku. Dan yap, baru bisa menyempatkan diri untuk edit chapter ini.
Gak mau lama-lama di AN nyaa. Jadiii...,

Selamat membacaaa!💜

GAVINARLETA | Chapter 6

Dulu aku begitu percaya diri bisa mendapatkanmu. Namun sekarang, aku telah kehilangan kepercayaan itu. –Arleta Allana

*

*

*


"Ta! Tungguin gue dong! Katanya lo mau ngajak gue ke penthouse lo yang baru, KOK GUENYA DITINGGAALL???"

"Ihh ... Nyet! Bitch!!"

"Anjing." umpat Clara, lelah mengejar Arleta yang secara tidak jelasnya berjalan lebih cepat setelah keluar kelas. Sahabatnya itu telah membuatnya menuju parkiran dengan susah payah karena menyamakan langkahnya dengan Arleta. Belum lagi menerobos banyak murid yang memenuhi lorong-lorong dengan tujuan yang sama.

Pergi ke parkiran. Keluar gerbang. Lalu pulang.

Tepat ketika mereka sampai di parkiran, Arleta menemukan supirnya sudah menunggu di depan mobil seperti biasa.

"Lo! Sini kasih kunci mobilnya!" pintanya ketus pada sang supir. "CEPETAN MANA KUNCINYA?!!"

Supir itu memberikan kunci mobil secara ragu. "Tapi, Non Leta kan gak bisa nyetir mobil Non—nanti kalau terjadi apa-apa, bagaimana?"

"Gue bisa!" sentak Leta langsung merampas kunci.

"Lo kenapa sih, Ta?" tanya Clara menghampiri gadis itu khawatir.

"Diem!" bentak Leta pada Clara. "Gue lagi males buat ngomong sama orang." Dengan cepat ia membuka pintu mobilnya lalu menutupnya kembali dengan bantingan keras.

Arleta menghembuskan napasnya mencoba untuk tenang. Ia begitu kesal karena Elang itu tidak memperhatikannya. Kenapa cowok itu bersikap dingin padanya sejak awal bertemu? Kenapa cowok itu sangat menyebalkan?!

Sementara Clara dan Pak supir terus berusaha membuka dan menggedor kaca. Mereka juga khawatir jika Arleta bersikap seperti ini.

"Ta! Lo jangan kaya ginii doong ... Jangan bikin gue khawatir. Buka ya? Lo pulang bareng gue, okay?" pinta Clara.

"Iya Non, buka Non! Biar saya antar saja, ya. Nyonya pasti marah, Non...."

"BERISIK!!!" ujar Arleta keras menatap mereka dengan terhalang kaca mobil.

Arleta menatap lurus ke depan. Ia menarik napasnya dalam-dalam. "Kenapa gue harus takut nyetir mobil sendiri? Gue bisa!" lirihnya.

Perlahan, walaupun dengan tangan yang sedikit ragu, Arleta memegang kemudi. Menyalakan mobil, menggeser tuas, lalu mulai menginjak pedal gas.

"PAPAAA!!!"

Deg.

Sebuah kilasan yang sama, kembali terus terulang. Selalu hadir ketika dirinya mencoba mengemudi sendiri. Ingatan itu yang selalu membuat Arleta bertanya-tanya.

Kenapa bayangan dan suara anak kecil itu selalu mengikutinya? Sebenarnya apa yang telah Arleta lupakan selama ini?

"Gue kenapa?" isak tangisnya. "Anak kecil itu kenapa?"

GAVINARLETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang