"Saya mohon maaf sebelumnya. Saya dan teman-teman saya disini sudah berjuang dengan sangat baik semampu kami. Namun maafkan kami, kanker yang telah lama hilang itu kini datang kembali dan lebih mengganas. Kini kanker itu sudah memasuki stadium 4. Menurut perkiraan kami, kanker yang kini hinggap ditubuh anak bapak akan sangat sulit untuk disembuhkan bahkan kemungkinan anak bapak hanya memiliki sisa hidup 99 hari lagi" ucap seorang pria berjas putih dengan stethoscope yang mengalung dilehernya.
"Apa maksudmu? Tidak mungkin! Tidak mungkin kanker itu datang lagi. Anak saya tidak mungkin mengidap kanker lagi kan? Bukankah beberapa waktu yang lalu anda sendiri yang mengatakan bahwa anak saya sudah terbebas 100% dari kanker?"
"Iya itu benar, saat itu anak bapak sudah kami rontgen dan hasil rontgen tidak menunjukkan adanya kanker ditubuh anak bapak. Saya juga tidak menyangka kanker itu tumbuh lagi ditubuh anak bapak"
"Lalu bagaimana? Tolong sembuhkan anak saya. Tolong tuntaskan kanker itu segera. Saya ingin anak saya sembuh. Saya akan lakukan apapun. Saya mohon"
"M-maaf pak kami tidak bisa. Hanya keajaiban dari Sang pencipta saja lah yang dapat menolong anak bapak. Maafkan kami pak"
Aku yang sedari tadi duduk disebelah Ayah hanya terdiam lemas mendengar semua pernyataan dari dokter.
Ruangan berwarna putih dengan aroma obat ini membuat ketakutan serta kesedihanku muncul kembali.
Pasalnya sudah satu tahun ini aku tak pernah menginjakkan kakiku lagi di rumah sakit. Sudah satu tahun ini aku terbebas dari hiruk pikuk kehidupanku di rumah sakit. Rumah sakit ini menyaksikan perjuanganku dalam melawan kanker pada saat itu. Kebahagiaanku seakan meledak-ledak saat dokter menyatakan bahwa aku terbebas 100% dari kanker paru-paruku setahun yang lalu.
Rasa takut itu, rasa sedih itu kini datang kembali. Sepertinya tuhan memiliki rencana lain untukku. Tuhan ingin menjadikan aku seorang yang kuat, tegar dan tabah. Tapi, aku ingin memiliki kebahagiaan. Aku ingin bahagia seperti orang sehat lainnya. Kenapa engkau memberikanku kebahagiaan dengan waktu yang sangat singkat? Baru saja satu tahun ini aku memiliki kebahagiaan tiba-tiba saja kau menghilangkan kebahagiaanku dengan cara menghadirkan kembali penyakit kanker paru-paruku ini.
Aku terisak tangis. Pernyataan dokter tadi benar-benar membuatku sangat sedih.
Ayah mengusap punggung belakangku mencoba menenangkanku,"Ayah janji, kamu akan sembuh" bisik ayah padaku.
Kanker yang telah lama hilang itu kini datang kembali dan lebih mengganas.
Pernyataan itu selalu terngiang-ngiang di telingaku. Mengapa kau kembali? Aku sudah berjuang mati-matian untuk membuatmu pergi dan akhirnya kau pergi tapi mengapa kini kau datang lagi? Mengapa?
Menurut pekiraan kami, kanker yang kini hinggap ditubuh anak bapak akan sangat sulit untuk disembuhkan bahkan anak bapak kemungkinan hanya memiliki sisa hidup 99 hari lagi.
Apa benar kankerku ini tak bisa disembuhkan 'lagi'? Apa benar aku hanya memiliki sisa hidup 99 hari lagi? Apa iya aku hanya mempunyai waktu hidup sesingkat itu? Apa yang bisa kulakukan dengan hidupku yang sesingkat itu? Saat ini aku belum meraih cita-citaku, aku belum mengetahui siapa jodohku, dan aku belum bisa membahagiakan orang-orang terdekatku. Aku sangat ingin membahagiakan ayah, ibu serta orang-orang terdekatku. Apa bisa aku membahagiakan mereka sebelum hari ke-99 ku tiba?
"Apa benar kalian tak bisa melakukan apapun lagi untuk menyembuhkan anak saya?"
"Bukannya tak bisa tetapi kami belum pernah mencobanya Pak dan kami tak akan pernah mau mencobanya. Kami takut akan terjadi hal yang fatal jika kami mengalami kesalahan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last First Kiss // n.h
FanfictionBaby let me be your last, your last first kiss.