Chapter 4: Unit

1 0 0
                                    

Alice membuka pintu kamar. Kamar tersebut memiliki sepuluh bunk bed dengan seprai putih dan masing-masing terdapat lemari yang tidak terlalu besar. Lebih besar dan nyaman dibandingkan dengan kamar yang pernah Myria tempati sebelum ikut seleksi pertama.

"Kalian tunggulah di sini sampai nanti dipanggil untuk tahap terakhir. Yang lainnya akan segera menyusul kemari. Gunakan waktu sebaik mungkin selama menunggu."

Selena dan Myria mengangguk. "Siap, dimengerti."

Pintu ditutup. Kini hanya ada mereka berdua di kamar itu untuk sementara sampai kandidat yang lain kembali. Myria bisa menghela napas karena bisa sedikit tenang saat ini.

Selena naik ke salah satu tempat tidur dan berbaring di atasnya. "Empuknya," dia berkomentar. "Rasanya seperti sudah lama sekali sejak terakhir aku berbaring di atas kasur empuk seperti ini. Wah, aku pasti tidur nyenyak tiap malam."

Myria hanya diam. Dia naik ke tempat tidur di atas milik Selena dan mencoba berbaring. Tubuhnya langsung merasa lebih rileks begitu bersentuhan dengan kasur yang empuk. "Kau benar. Ini sangat nyaman," ucapnya.

"Ya, kan." Selena tersenyum. "Dan tampaknya kita bisa menghuni kamar ini begitu terpilih nanti."

Myria memandang langit-langit kamar. "Kira-kira seperti apa rasanya kalau kita terpilih sebagai Rose Knight. Pasti banyak tanggung jawab yang harus dijalani dan bagaimana kita harus selalu menjaga ketegasan dan kewibawaan setiap saat."

"Yah, kita bisa lihat nanti," sahut Selena. "Hei, Myria."

"Ya?"

"Kalau aku boleh tahu, bagaimana perasaanmu saat dipungut dari Kehidupan?"

Myria terdiam sesaat. "Itu... aku tidak begitu ingat."

"Tidak ingat?"

"Aku tidak punya ingatan apa-apa saat bangun. Tahu-tahu aku sudah ada di depan singgasana. Dan mendengar Rose Commander protes tentangku yang hanya manusia biasa dan tidak memiliki kekuatan apapun."

"Begitu, ya. Lalu kau dipaksa untuk ikut seleksi?"

"Ya, aku lebih baik harus menjalani beratnya seleksi daripada ditendang dan dianggap tidak berguna. Walau mungkin aku akan tereliminasi dan meninggalkan kastil ini, setidaknya aku bisa menunjukkan kelayakan sebagai kandidat Rose Knight."

Selena manggut-manggut mengerti. "Aku jadi iri denganmu."

"Eh?"

"Kau masih punya ambisi sekuat itu meski mengetahui adanya kemungkinan akan tereliminasi. Sementara sewaktu aku datang kemari, rasanya menakutkan sekali membayangkan harus bersaing dengan sekian banyak kandidat dan menunjukkan kelayakan masing-masing. Malah aku sudah pasrah kalau memang dianggap tidak layak. Tapi lihatlah aku sekarang, ada di tahap ini bersamamu. Seolah ketakutan itu hilang begitu saja. Mungkin berkatmu juga kita bisa ada di titik ini."

Myria tersenyum kecil. "Padahal aku tidak berbuat apapun selain menjadi paling mencolok hanya karena melawan Makel."

"Tapi tindakanmu itu yang menunjukkan keberanianmu. Sebelum kau datang, belum ada yang pernah berani melawannya. Hanya kau yang bisa, dan hanya kau yang berani menggunakan kekuatan untuk sampai membuatnya tunduk seperti itu."

"Kekuatanku, ya...,"

Myria mengangkat tangan kanannya di udara. "Mungkin hanya kebetulan saja kekuatanku muncul saat itu. Toh, kekuatanku itu datang dari keinginan untuk menghentikan Makel."

"Oh, apakah Alice mengatakannya padamu?"

"Eh? Dari mana kau tahu?"

Selena cengengesan. "Ehehe... aku tidak sengaja menangkap obrolan kalian saat kau pertama kali datang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Knights of Rose [Indefinite Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang