02

53 9 1
                                    

"Let's break up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Let's break up."

Ah kata-kata itu, kata-kata yang paling Jeo tidak ingin dengar dari Zea, salah satu orang tersayangnya.

"Zee, tiba-tiba banget?" tanya Jeo dengan senyuman yang sedikit ia paksakan.

"Adit maaf, maaf banget," ucap Zea dengan rasa bersalah dengan kepala yang semakin ia tundukkan kebawah.

"Papa ngga setuju dengan hubungan kita, dan papa jodohin aku sama anak dari sahabatnya," lanjutnya.

Jika Jeo lebih mentingin egonya sekarang, bisa aja dia bilang ke Zea buat minta papanya batalin perjodohan itu sekarang, tapi engga, Jeo milih buat ngalah.

Lagi pula bukankah sekarang udah bukan zamannya lagi buat perjodohan semacam ini? atau Papanya Zea aja yang gasuka sama Jeo? Aduh, hati mungil Jeo menangis rasanya.

"Adit aku-"

"Iya gapapa kok, aku ngerti, udah yuk aku anter balik udah mendung takut hujan." Potong Jeo yang langsung berdiri melangkahkan kakinya menuju parkiran dengan Zea dibelakang mengikutinya.

"Zee kamu ngapain jalan dibelakang?" tanyanya dengan kekehan kecil melihat tingkah lucu mantan kekasihnya itu.

"Eh iya-iya" jawab Zea sambil menyimbangkan langkah kakinya dengan Jeo.

Entah kenapa jalan menuju parkiran terasa jauh sekali apalagi dengan kondisi mereka berdua yang canggung.

"Zee makasih ya buat semuanya," ucap Jeo pelan, memecah keheningan.

"Harusnya aku yang bilang gitu Jeoo, makasih udah nemenin aku, kamu yang bangun ini semua tapi harus hancur gara-gara aku," tuturnya pelan.

"Dih tumben manggilnya Jeo?"

"Gapapa biar samaan kaya temen-temen kamu yang lain,"

---

Setelah nganter mantan kekasihnya dan mastiin Zea masuk kedalam rumah dengan aman dan selamat.

Jeo langsung tancap gas kerumah Haru, sahabatnya dari orok, satu paket juga sama Jihan.
Rencananya sih mau ngegalau dirumah orang, haduh ga elit banget galaunya mana belum ngabarin mamahnya lagi, gatau aja mamah Irene lagi kelimpungan nyari anak satu-satunya.

Suara pintu yang diketuk dengan tidak sabaran terdengar memekakkan telinga, mengganggu para tetangga di malam hari.

"WOI HARU, BUKAIN NAPA." Teriak Jeo yang masih gedor-gedor pintu rumah Haru.

"SABAR ELAH." balas seseorang dari dalam, acara bermain game onlinenya yang tidak bisa di-pause harus terhenti gara-gara temennya yang galau ini.

"Noh masuk buru," suruhnya setelah membuka pintu depan rumah.

Jeo masuk dan langsung rebahin dirinya diatas sofa milik keluarga Haru.

Haru berdiri didepannya dengan melipat tangan dan matanya yang memicing menatap temannya yang kehilangan semangat hidup.

Lebih Dari Egoku | Jeongwoo, JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang