BAB 2

1 0 0
                                    

Pandangan Jourrel mengarah pada gadis dengan perawakan tubuh semampai, rambut bergelombang dan berkulit putih tengah melakukan meeting dengan klien barunya.

Tampak antusias dan ramah, duduk berseberangan, memamerkan hasil karya-karyanya, menunjukkan banyak keuntungan dari hasil kerja sama mereka.

“Silakan dicermati dulu, Tuan. Ini adalah perencanaan, perancangan desain lengkap dengan anggaran biayanya. Lokasi yang akan anda bangun cukup strategis. Apalagi ditunjang dengan berbagai gedung perkantoran, sekolah, hotel di sekitarnya. Saya yakin market ini akan sangat ramai nantinya,” papar Cheryl menyodorkan beberapa bendel berkas ke hadapan kliennya.

“Baik, Nona Cheryl. Akan kami cermati dulu. Silakan sembari menunggu bisa minum kopinya dulu. Nanti akan saya simpulkan setelah mempelajari semuanya.” Johan, pria paruh baya yang dihadapi Cheryl tersenyum ramah dan mulai membuka berkas-berkas tersebut dibantu asistennya.

“Baik, Tuan, silakan.” Cheryl membalas senyuman itu. "Perlu digaris bawahi, saya bekerja sama dengan vendor-vendor yang memiliki kualitas terbaik. Jadi, saya sangat yakin Anda akan puas dengan hasilnya nanti. Selain pengerjaan yang cepat juga berkualitas!" paparnya berusaha menarik klien tersebut.

Cheryl merangkap menjadi seorang CEO perusahaan kontraktor milik kakeknya, sampai adiknya siap menjadi seorang pemimpin. Karena sebenarnya, Cheryl lebih suka menjadi arsitek.

Namun tidak ada yang tahu bahwa gadis cantik itu adalah CEO perusahaan besar. Semua dirahasiakan dan hanya staff khusus saja yang mengetahuinya.

Apalagi keluarganya memang sangat tertutup dan jauh dari media. Dia sendiri hanya mengakses media sosial untuk pekerjaannya saja. Tidak pernah sekalipun mengumbar kehidupan pribadi di media. Dia sangat misterius bagi orang-orang yang tidak mengenalnya.

Mungkin jika gadis-gadis di luaran sana akan sangat bangga menggunakan nama besar keluarga, untuk memudahkan setiap pekerjaan yang digeluti. Tidak dengan Cheryl. Dia justru lebih bangga berdiri sendiri dengan hasil kerja kerasnya sendiri.

Hobinya berkreasi dan berimajinasi menurun dari gen mamanya, sedang jiwa kepemimpinan berasal dari sang ayah. Dan setiap keputusannya selalu didukung oleh orang tuanya.

Ia tampak sangat menikmati perannya, meski berat harus menjalankan dua pekerjaan sekaligus, namun Cheryl tidak bisa meninggalkan salah satunya.

Perusahaan yang harus ia kelola merupakan warisan kakeknya, Milano Sebastian. Gadis itu tidak mau membuat Milano kecewa, apalagi dia memang lulusan sarjana master of bussiness administrasion.

Tak hanya itu, Cheryl juga lulusan arsitektur. Menjadi arsitek adalah cita-citanya sedari kecil. Apalagi ditunjang dengan ilmu matematikanya yang sangat mumpuni. Tentu sedikit memudahkannya dalam menyelesaikan pendidikan dengan cepat.

Tepat saat Cheryl menaikkan cangkir kopinya, mata birunya bersirobok dengan mata elang pria yang duduk tak jauh darinya.

Cheryl menyesap sedikit minuman tersebut, tanpa memalingkan pandangannya dari lelaki itu. Mereka sama-sama menatap kuat. Cheryl menaruh curiga melihat senyum smirk yang tersungging di bibir lelaki itu.

“Nona! Ini luar biasa. Saya sangat setuju dengan rancangan bangunan ini. Budget yang ramah di kantong, namun kualitas yang digunakan, tetap unggul. Saya akan segera mengirim surat kontrak kerja sama kita secepatnya!” seru Johan antusias.

Seperti yang ia dengar di kalangan pebisnis, Cheryl Anastasia memang seorang arsitek yang profesional. Meski usianya yang masih muda, namun semua gagasan dan idenya sangat menarik juga menguntungkan.

“Baik, Tuan Johan. Selanjutnya untuk berkas-berkasnya, kirim ke kantor saya. Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan!” balas Cheryl mengulurkan tangan untuk menjabat tangan dua pria di hadapannya.

Johan dan asistennya segera bergegas pergi. Karena mereka masih banyak jadwal untuk meeting lainnya.

“Ke mana kita sekarang?” tanya Rainer Arnold, sahabat sekaligus asistennya, membereskan berkas-berkas mereka.

“Masih mau ngopi!” jawab Cheryl kembali menyesap kopinya, manik indahnya pun kembali bersitatap dengan mata elang pria yang berseberangan dengannya.

“Cher!” panggil Rain sembari menepuk bahu Cheryl, ketika menemukan atasannya tak berkedip sedikit pun. Bahkan kopi yang diteguknya meleber membasahi dagu dan blezernya.

Sontak, Cheryl terkejut. Buru-buru ia meletakkan cangkir tersebut dan mengambil tissue yang disodorkan oleh Rain untuk menyeka mulutnya yang basah.

“Kenapa sih? Eh by the way, tu cowok liatin lu mulu. Ada masalah apa kalian? Mencurigakan!” cibir Rainer yang memang sedari tadi merasa aneh dengan dua orang yang saling menatap kuat.

Cheryl mengalihkan pandangan tajam pada Rainer. Ia mengernyitkan kedua alisnya seolah sedang memikirkan sesuatu.

Bersambung~

Pria Bayaran dan Gadia MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang