Hening. Itulah yang terjadi diperjalanan. Benar-benar hanya terdengar bunyi kenalpot setiap kendaraan. Ternyata Alvin juga bersekolah disekolah yang sama dengannya, tapi yang dikhususkan untuk laki-laki.
Dunia memang sempit.
Dan gedung sekolah Zea masih harus melewati gedung sekolah Alvin.
Sekolah Zea itu sebenarnya terbagi menjadi dua. Khusus untuk laki-laki sebelah kanan, dan yang khusus perempuan disebelah kiri. Dibatasi dengan gedung yang menjadi kantor para guru.
Laki-laki dan perempuan terpisah memang. Tapi kalau sudah ada acara akhir tahun seperti, acara kelulusan, lomba-lomba agustusan, Maulid nabi Muhammad saw, intinya setiap ada acara mereka digabung jadi satu di aula. Aula terletak di depan gedung sekolah laki-laki maupun perempuan.
Aula itu pun sangat besar, mampu menampung beribu-ribu murid sekolah itu.
Saat Alvin melewati gedung sekolahnya tiba-tiba dia mendengar sahabatnya memanggil.
"Woyy Vin, mau kemana lo?!" Yang Zea lihat adalah, pemuda dengan tubuh jangkung. Wajahnya juga tampan.
Alvin tak menghiraukan pemuda itu, dia memilih mempercepat laju sepedanya. Zea hanya diam memperhatikan di belakang.
Setelah sampai digedung sekolah Zea, gadis itu turun dari motor Alvin.
"Makasih" ucapnya, dia hendak pergi tanpa mendengar jawaban Alvin. Tapi pemuda itu memanggil lagi.
Zea berbalik, mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya.
"Pulangnya bareng" ucap Alvin yang mendapat tatapan bingung lagi dari Zea. Dan tanpa menunggu jawaban sang gadis, dia berbelok menuju gedung sekolahnya. Sedangkan Zea mengangkat bahu acuh.
Saat sudah berada didalam kelasnya, Eilen dan Izha mengampirinya dengan rusuh. Zea menatap malas teman-temannya itu.
"Lo berangkat bareng siapa Ze?" Tanya Eilen pertama kali. Dia yang paling penasaran. Sedangkan Izha hanya mengikuti, sebenarnya penasaran juga. Tapi tidak seberlebihan Eilen.
Gimana ga penasaran. Seorang Winka Arzeana Salim yang terkenal enggan berinteraksi dengan laki-laki malah berboncengan dengan seorang pemuda tampan?! Apa-apaan itu!
"Anak sahabat ortu" jawabnya cuek.
"FENOMENA YANG LANGKA!" Pekik Eilen, membuat teman sekelasnya menatap kearah gadis itu.
"Emang ada fenomena apa Len?" Pertanyaan polos itu berasal dari Izha yang sedari tadi menatap heran kearah Eilen.
"Bodo amat!!" Eilen berdiri meninggalkan bangku Zea menuju bangkunya sendiri disamping bangku Izha. Males banget dia tuh kalau sudah dihadapkan dengan kepolosan Izha.
Izha hanya menatap bingung Eilen, lalu menatap Zea yang sudah sibuk membolak-balik buku catatan. Menghindari kepolosan Izha.
"Ze" panggilnya.
"Hm" Zea hanya menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari buku tulisnya.
"Ada fenomena apa sih? Longsor, atau gerhana matahari, atau apasih Ze?"
Sudah Zea tebak, pasti pertanyaan ini yang muncul. Dengan mengehela nafas, lalu menatap Eilen yang menatapnya lelah baru setelahnya menatap Izha.
"Mending lo balik ke bangku lo. Pelajaran mau dimulai" Setelah mendengar perintah sang sahabat, Izha kembali duduk dibangkunya.
Zea dan Eilen saling tatap, lalu menghelas nafas bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Home [Asahi X Winter]
General FictionKetika si pemilik julukan Ice Prince menikah dengan Ice Princess