Chap 17 : Teman Lama pt.2

207 30 1
                                    

Tak terasa hari demi hari Jisung lewati dan kini sudah memasuki 1 bulan lebih, Jisung tak pernah absen untuk mengunjungi ibunya di rumah sakit. Bahkan ia harus membagi waktunya antara sekolah, kerja di cafe dan juga kerja di toko bunga.

Yap, Jisung mencari kerjaan tambahan karena biaya operasi untuk Sana sangatlah mahal jadi Jisung harus kerja ekstra.

Soal biaya sekolah beruntungnya Jisung bisa dikategorikan sebagai siswa terpintar disekolah. Ia selalu mendapa juara pararel tiap tahunnya dan jadinya Jisung mendapatkan beasiswa penuh sampai lulus nanti.

Lalu bagaimana dengan Chan? Apakah pria itu tau apa yang dilakukan oleh Jisung? Tentu ia tau dan sempat melarang keras untuk bekerja. Chan selalu menawari fasilitas seperti black card, ponsel keluaran terbaru, dan juga satu buah mobil. Namun Jisung menolak semua itu.

Bukan apa-apa, Jisung merasa sungkan dan juga tak ingin merepotkan pria itu. Padahal sebelumnya Jisung ini sudah terikat kontrak dengan Chan, jadi apapun yang Jisung inginkan pasti akan diberikan.

Namun syaratnya yaa harus merelakan tubuhnya dijamah oleh pria blasteran itu.

Meskipun begitu, Jisung kemana-mana Chan pasti akan menempelinya dengan alasan untuk memantau barangkali Jisung melakukan hal yang enggak-enggak.

Disamping itu, ada Yeonjun yang terus mendekati Jisung bahkan kemana Jisung pergi disitulah Yeonjun ada padahal Yeonjun juga terus membuntuti adik kelas satu yang manis itu.

"Hai tupai cantik." sapa Yeonjun yang tidak sengaja bertemu dengan Jisung.

Jisung yang baru datang kebingungan ia mengedarkan pandangannya ke seluruh lapangan namun tidak ada siapapun di dekatnya lalu Jisung kembali menatap Yeonjun. "Kakak ngomong sama Jiji?"

Seketika Yeonjun langsung menepuk jidatnya lalu tertawa pelan. "Aduh kkkk untung aja cantik. Iya dong siapa lagi yang satu-satunya tupai disekolah ini?"

Dipanggil tupai, Jisung langsung memanyunkan bibirnya. "Ih kak Yeonjun apaan sih? Kok Jiji disamakan sama binatang? Berarti Jiji jelek ya?"

"E-eh gak gitu Jiji eh jangan nangis." Yeonjun kelabakan melihat wajah adik kelasnya yang sedih dan hendak menangis itu. Belum sempat ia menenangkannya udah keburu bel.

"Sssttt gue minta maaf oke? Sebagai permintaan maaf, nanti istirahat kita ke kantin bareng yaa? Dan kali ini gak ada acara menghindar atau penolakan oke? See you sweety."

Yeonjun mengusak gemas rambut halus Jisung dan pergi menuju kelasnya. Sementara Jisung merasakan pipinya memanas. Astaga ada apa dengan dirinya ini?!

"Hush! Apaan sih Ji heh! Gak usah mikir yang aneh-aneh hush hush!." Jisung mengibaskan tangannya ke udara sembari kepalanya menggeleng ribut.

Tentu tingkahnya itu sejak tadi diperhatikan oleh seseorang. Lalu sosok itu menghampiri Jisung dan memiting lehernya.

"Heh siah saha maneh? Buru ngaku saha maneh hah?! Kaluar tina raga babaturan aing jurig! (Heh siapa lo?! Ayo ngaku siapa lo hah?! Keluar dari raga temen gue setan!) Bismillahirahmanirahim! Allahumalaka sumtu wabika aman-"

"HWANG BANGSAT HYUNJIN! LEPASIN GUE JINGAN! ASTAGA HWANG HYUNJIN!." teriak Jisung menggelar hingga ke ujung koridor.

Yap Hwang Hyunjin, oknum yang memiting Jisung dengan telapak tangannya menempel didahi si manis dan ia memekik terkejut karena kakinya diinjak oleh Jisung.

"Arrghh sakit anjing! Kenapa lo injek kaki gue bajing liar?!." cetus Hyunjin dan Jisung mendelik tajam padanya.

"Salah lo kenapa tiba-tiba kayak gitu hah?! Masih pagi udah bikin emosi aja lo babi! Gue patahin sekalian kaki lo itu mau hah?!." Jisung sudah ancang-ancang akan mematahkan kaki Hyunjin.

Querencia || ChanSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang