Arggh Kenzooo??!!

6.5K 167 10
                                    

Pagi itu Abrianna baru saja sampai di rumah sakit dan sedang memarkirkan mobilnya ketika seorang anak laki-laki tiba-tiba mengetuk kaca mobilnya membuat dirinya mengernyit heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu Abrianna baru saja sampai di rumah sakit dan sedang memarkirkan mobilnya ketika seorang anak laki-laki tiba-tiba mengetuk kaca mobilnya membuat dirinya mengernyit heran. Abrianna bergegas turun dari mobilnya dan berlutut di hadapan anak kecil tersebut sambil memasang senyum manis yang jarang ia perlihatkan.

"Ada apa sayang? Ada yang bisa dokter bantu?" tanya Abrianna sambil memegang kedua bahu anak tersebut.

"Doktel Bi, Valo mau ngomong sama doktel. Boleh ndak?" tanya bocah laki-laki itu dengan cadel pada Abrianna dengan wajah yang begitu menggemaskan.

"Iya, tentu saja boleh. Memangnya kenapa sayang?" Abrianna mengernyitkan dahinya bingung ketika melihat anak kecil itu tiba-tiba mengulurkan tangannya yang berisi setangkai mawar putih kepadanya.

"Ini buat doktel dari Valo. Valo cuka cama doktel, dan Valo pengen doktel jadi ibu Valo. Doktel maukan jadi ibu Valo?" Abrianna yang mendengar pertanyaan itu hanya tersenyum.

Andai saja Varo adalah seorang pria dewasa, mungkin ia akan menyikapi Varo dingin. Tapi Varo, dia hanya anak kecil yang mempunyai wajah menggemaskan yang sangat Abrianna sukai.

Itu sebabnya Abrianna memilih menjadi seorang dokter spesialis anak, karena disini, dihadapan anak-anak itu, ia tak perlu berubah menjadi pribadi yang sebenarnya tak pernah ia sukai itu.

"Iya Varo. Dokter mau kok jadi ibu Varo." Abrianna tersenyum manis membuat Varo langsung menjerit kegirangan menatapnya.

"Bu doktel mau? Yeayy! Aku punya ibu lagi! Nanti doktel tinggal sama aku dan ayah ya dirumah kami. Yeayy!" Varo nyaris melompat saking girangnya dengan jawaban Abrianna. Tapi kemudian Abrianna menyadari ada sesuatu yang salah disini.

"Eh bukan begitu sayang. Varo boleh menganggap dokter sebagai ibu Varo tapi kalau menjadi ibu yang sebenarnya dan harus tinggal bersama ayah Varo, dokter tidak bisa sayang." tolak Abrianna halus membuat Varo mendadak kecewa.

"Doktel kenapa gak mau jadi ibu Valo? Doktel takut ya Valo jadi anak nakal? Valo janji kok doktel, Valo bakalan jadi anak yang baik, Valo kan sayang sama bu doktel. Doktel mau yah jadi ibu Valo? Hiks.." Varo mulai meneteskan air matanya merengek kepada Abrianna.

"Loh Varo, masa Varo nangis? Varo itu anak laki-laki harus kuat gak boleh cengeng! Sekarang gini, walaupun dokter gak jadi ibu Varo yang sebenarnya tapi Varo boleh kok menganggap dokter jadi ibu Varo bahkan Varo boleh panggil dokter dengan sebutan bunda. Tapi ya hanya itu, dokter tidak bisa memberi lebih."

Penjelasan Abrianna membuat Varo yang tadinya sudah menunduk sambil menangis sesegukan menjadi menatap Abrianna dengan penuh harap.

"Doktel selius ngebolehin Valo panggil doktel dengan sebutan bunda? Valo boleh anggap doktel jadi bunda Valo?" tanya bocah kecil itu kembali riang.

Abrianna yang melihatnya mau tak mau tersenyum sembari mengangguk. "Tentu, tapi maaf dokter hanya bisa melakukan itu untuk Varo. Kalau menjadi bunda Varo yang sesungguhnya, Varo harus cari perempuan yang lebih baik dari dokter karena dokter tidak bisa melakukannya."

Mrs. Doctor! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang