Night 1

2.2K 157 25
                                    

Menuju perayaan akhir tahun udara di Seoul cukup dingin. Salju mulai turun dari awal bulan desember. Sebagian orang memilih untuk tetap berdiam diri di rumah. Mencari kehangatan dari mesin pemanas.

Para pelajar mulai pulang ke kampung halaman mereka. Menghabiskan libur panjang bersama keluarga. Mengistirahatkan diri dari kumpulan rumus fisika yang membakar otak.

Namun, hal itu tak berlaku bagi Jeon Jungkook. Remaja tanggung yang menikmati waktu libur musim dinginnya dengan bekerja. Beruntung pekerjaan paruh waktu yang dia tekuni masih bisa tertangani saat musim dingin.

Menjadi seorang pelayan di sebuah cafe. Tak terlalu buruk. Pekerjaan yang mengandalkan kecakapan dan kesopanan sangat cocok untuknya. Bagaimana pun dia membutuhkan uang demi menunjang kebutuhannya sebagai mahasiswa.

Meski mendapat beasiswa karena prestasi yang dimiliki. Pemuda yang kini berusia 20 tahun itu tetap harus mencari uang tambahan. Jika hanya bertompang pada beasiswa, Jungkook tak yakin dia masih bisa makan hingga detik ini.

Kesulitan ekonomi keluarga mengharuskannya bekerja lebih ekstra. Dia bertekad mengubah nasib keluarganya menjadi lebih baik. Setidaknya mendapat pekerjaan yang layak dan bergaji tinggi.

Di atas sebuah ranjang. Seorang pemuda manis bertubuh ramping tengah bergelung nyaman dibalik selimut putih tebal. Masih pukul tujuh pagi hari. Jungkook berniat melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu karena dering alarm.

Kembali menutup mata sebelum nada dering pada ponsel terdengar begitu bising. Lagu dari boyband terkenal yang mendunia berjudul fire terputar menyentaknya. Sebab instrumen yang dibubuhkan pada awal lagu cukup menganggetkan.

Tanpa melihat sang penelpon, Jungkook menggeser icon hijau secepat yang ia bisa.

"Ada apa?", Jungkook berujar dengan suara serak khas bangun tidur. Tatkala suara yang tak asing memasuki indra pendengarannya, ia membuka mata lebar-lebar. Melirik sekilas untuk memastikan siapa pemilik suara itu.
  

Sial.
  

Ini masih terlalu pagi. Pria itu menelponnya di pagi hari untuk mengatakan hal yang tak penting. Yang benar saja.
   

Jangan tidur saja. Kau harus bekerja bukan. Aku menunggu mu nanti malam.
  

Cih, si otoriter berhati dingin. Tidak usah diberi tahu pun, Jungkook sudah tahu. Mengerti. Paham. Lagi pula sejak kapan pria itu mengetahui jadwal kerjanya yang lain.

Mood melanjutkan acara tidur mendadak hilang. Ia menguap lebar sebelum beranjak ke dapur. Meminum segelas air putih. Lalu mendesah lega. Tenggorokannya terasa lebih baik sekarang.

Seperti biasa, Jungkook selalu melakukan peregangan terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas. Hanya gerakan-gerakan ringan yang tak menguras banyak tenaga.

Hari ini jadwalnya lumayan padat. Pagi sampai siang ia harus bekerja di cafe. Siang sampai sore ia harus mengantar beberapa pesanan kue. Dan malam hari, ia masih harus bekerja. Sangat melelahkan. Jika bukan karena terpaksa, Jungkook tak akan mengambil pekerjaan malam.

Apa boleh buat. Saat ini keluarganya sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat sang kakak. Dan juga biaya sekolah kedua adik kembarnya.

Sebagai anak tengah dan satu-satunya yang diharapkan. Jungkook mempunyai beban yang sangat berat dipundaknya.
   

"Semangat Jungkook", ucapnya pada diri sendiri.
  
   

Suasana cafe pagi ini tak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang duduk menikmati secangkir kopi hangat dan sepotong kue seraya mengerjakan sesuatu di laptop masing-masing.

NIGHT || taekook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang