Willy Nicholas Santoso. Itulah tag nama yang terletak di dada kanan seragam sekolahnya. Ia hobi jajan di kantin dan nongkrong di belakang sekolah bersama teman-temannya. Ya, tidak ada yang istimewa atau menonjol dibanding kawan-kawannya di sekolah dan ia juga tidak suka menjadi pusat perhatian bagi orang lain. Saat itu ia menjadi kapten sepak bola sekaligus futsal di sekolahnya. Namun, ia bukan ketua ekskul futsal, karena ketua ekskul tersebut masih dijabat oleh kakak kelasnya, yang bernama Andi. Hubungan mereka sering tidak akur karena sering berbeda argumen saat mendiskusikan sesuatu. Namun, Willy tetap berusaha menghargai pendapat kakak kelasnya tersebut meski kadang tidak sesuai dengan pemikirannya.
Siang itu, sepulang sekolah Willy bersama geng futsalnya nongkrong di warung di dekat sekolah. Willy memang lebih dekat dan akrab dengan geng futsalnya yang juga anggota ekskul sepak bola namun geng futsal hanya selingan saja. Sebagai kapten, Willy sering menjadi penyemangat bagi anggota-anggotanya. Ia juga sering dianggap humoris karena selalu membuat teman-temannya tertawa. Saat itu Willy dan keempat kawannya yaitu Erik, Norman, Leo dan Yayan sedang menikmati siang santai tanpa adanya latihan atau pertemuan ekskul. Willy dan Erik lebih suka bermain game bersama, sedangkan Norman, Leo dan Yayan selalu memulai waktu nongkrong mereka dengan nyebat terlebih dahulu lalu bernyanyi bersama dengan gitar. Yang memainkan gitar Willy tapi terkadang Leo juga bisa. Mereka duduk di sebelah warung tersebut dengan kursi panjang dan dua kursi kayu yang sudah tua di sebelahnya. Mereka sering menghabiskan waktu di warung itu, dari pagi hingga larut malam pun warung itu tetap buka karena yang punya warung itu adalah sepasang kakek dan nenek yang tidak memiliki anak. Mereka sangat senang apabila warung mereka ramai oleh anak-anak sekolah yang datang ke warungnya.
"Rik, bagi satu dong rokok. Abis nih punya gua." Ucap Norman.
"Ambil aja, Rik." Sahut Erik.
"Dan, kita kapan nih sparing lagi sama SMA sebelah?." Tanya Leo.
"Gak tau gue. Lo tanya aja sama ketua ekskul yang arogan itu!." Jawab Willy.
"Males gue. Kating belagu. Makanya gua nanya lu. Lu kan kapten futsal dan sepak bola kita, Dan."
"Ya gua memang kapten. Tapi gak bisa apa-apa. Gua gak punya kapasitas apapun!."
Dari belakang mereka, tiba-tiba ada gerak langkah seseorang.
"Ngomongin gue?." Nada bertanya yang sangat tidak asing di telinga geng futsal.
Willy dan keempat temannya seketika berhenti dari aktivitas mereka dan melihat ke belakang mereka.
"Kalo iya memang kenapa?." Jawab Willy dengan nada yang tak kalah menantang. Ia berdiri dan melangkahkan ke hadapan Andi.
"Hahaha masih gak terima kemarin tim sepak bola kita gak ada yang milih lo gantiin gua jadi ketua ekskul?." Andi kembali meledek Willy. "Ups, ada deng yang milih lo, nih tim futsal seangkatan lo yang cupu yang milih lo. Itu, artinya apa?. Lo gak pantes jadi ketua, mereka lebih pengen gua terus yang jadi ketua. Yaaa, kalo bisa.." Ucapannya terputus lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Willy lalu melanjutkan kalimatnya "Jadi kapten sepak bola juga."
Willy yang sudah mengepalkan telapak tangannya hanya bisa bisa diam tanpa kata mendengarkan perkataan menyakitkan Andi tersebut. Wajah Willy sangat emosi hingga ia ingin sekali memukul wajah Andi yang menjengkelkan itu.
"Udah cukup, lo Ndi. Pergi lo anjing!." Amuk Leo dengan tatapan tajam kepada Andi.
Andi hanya tersenyum licik pada mereka semua sambil pergi meninggalkan mereka.
"Tai lo! Pergi lo!." Ketus Norman.
"Gak apa-apa, Dan. Mau sepak bola atau futsal yang penting kita terus bareng." Ucap Erik berusaha menenangkan Willy yang sudah sangat emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Vs Impian
HumorHani dan Willy adalah sepasang kekasih sejak mereka duduk di kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas). Mereka dipertemukan dalam ekskul (ekstrakulikuler) sekolah, di mana saat itu Willy berpindah ekskul dari sepak bola ke ekskul jurnalistik, yaitu ekskul...