Bab 2: Satu Organisasi, Beda Tujuan

6 1 0
                                    

Jason selaku ketua ekskul jurnalistik berdiri di depan kelas. "Guys, tolong perhatiannya sebentar." Ucapnya dengan keras agar seluruh siswa diam dan memperhatikannya.

"Ada pengumuman sebentar. Kita punya anggota baru di ekskul jurnalistik. Tolong semua kesediaannya buat mendengar, dia mau maju untuk perkenalan diri." Jason mengode Willy untuk maju ke depan kelas untuk memperkenalkan dirinya. Willy tanpa ragu maju ke depan kelas dan agak cengengesan memulai perkenalannya.

"Hai, gua Willy. Gua dari kelas 11 IPS 1, mau gabung di ekskul ini." Perkenalan yang sangat singkat dan penuh senyum lebar di wajahnya. Ya, senyuman paksa dengan penuh rasa grogi.

"Gitu doang?. Kasih tau dong apa tujuan lo mau gabung ekskul ini!." Jason mulai mengkritisi perkenalan Willy.

"Tujuan?. Ehm.. Apa ya, mungkin karena ini ekskul yang masih sedikit orangnya, tapi keliatannya seru. Makanya gua gabung." Willy mengangguk canggung dengan senyum lebarnya.

"Seru?. Lo pikir lagi liburan apa seru-seru." Cela Jason. Celaan itu membuat anggota lainnya tertawa."

"Eh tunggu, bukannya lo anggota ekskul sepak bola sebelumnya?." Tanya Jason memecah keriuhan tawa. Suasana langsung berubah serius.

Willy yang tadinya penuh senyum dan cengengesan kini ekspresinya berubah 180 derajat, menjadi serius. Bahkan pandangannya menjadi kosong dan mematung sejenak. Bibirnya berusaha menjawab namun tidak dengan pikirannya. Pikirannya entah ke mana namun raganya ingin menjawab.

Sesaat, suasana menjadi hening dan memperhatikan tingkah Willy yang linglung.

Hani berinisiatif berdiri dan menghampiri Willy, "Ehm.. guys kayanya dia gak bakat ngomong depan orang banyak. Nanti kita sambung perkenalannya ya." Hani menarik tangan Willy dan membawanya keluar dari kelas. Sementara suasana kelas masih tetap hening karena penasaran apa yang akan dikatan Willy.

"Lo kenapa sih?." Tanya Hani penasaran.

Willy memalingkan wajahnya seraya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya lalu menyeka rambutnya ke belakang. Kini wajahnya dipenuhi keringat.

"Nggak, nggak apa-apa. Gua agak sentimental kalo bahas sepak bola. Maaf ya." Ujar Willy yang kini lebih tenang usai Hani membawanya keluar kelas.

"I-iya. Yaudah, kita masuk kelas lagi." Hani menatap wajah Willy sebelum ia masuk kelas lebih dulu lalu disusul Willy.

Willy mengaku ahli dalam hal photography maka ia masuk dalam divisi dokumentasi, sementara Hani di divisi jurnalis. Ekskul ini terdiri dari dua divisi, yaitu dokumentasi dan jurnalis sendiri. Tugas dokumentasi adalah mengambil gambar dan jurnalis adalah mewawancarai dan menulis artikel. Jumlah anggota ekskul ini pun terbilang sedikit karena peminatnya yang kurang. Satu angkatan hanya 5-8 orang saja, angkatan kelas 11 hanya terdiri dari 6 (enam) orang saja, itu pun sudah ditambah Willy.

Siang itu mereka sedang menulis artikel-artikel untuk edisi majalah sekolah minggu ini. Majalah sekolah terbit setiap 2 (dua) minggu sekali. Majalah itu dapat dibeli dengan harga yang murah oleh para siswa maupun guru. Isi dari majalah itu seputar berita yang terjadi di sekolah selama 2 minggu, baik itu prestasi siswa maupun acara-acara yang diselenggarakan sekolah, artikel mengenai cara belajar yang baik, cerita (pendek), bahkan memuat hasil foto-foto yang aestetik dari divisi dokumentasi. Divisi dokumentasi diisi orang siswa-siswa yang gemar photography, meski hanya diisi oleh foto yang hanya sebagai bentuk dokumentasi namun kadang-kadang divisi ini memanfaatkannya untuk menyalurkan bakat mereka. Salah satu alasannya adalah karena sekolah ini belum ada ekskul photography.

Divisi jurnalis sedang duduk bersama mengerjakan artikel mereka. Seperti biasa, Hani selalu duduk di sebelah sahabatnya Dea, "Dea, artikel gua udah kelar ini. Udah gua edit juga, nanti tolong kirimin ke adek kelas si Ramdan ya. Edisi ini dia yang bagian nyatuin." Pinta Hani pada Dea.

Pernikahan Vs ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang