*I'll be there, till the stars don't shine
'Til the heavens burst and the words don't rhyme.
I know when I die you'll be on my mind
And I'll love you, always.Now your picture's that you left behind.
Are just memories of a different life.
Some that made us laugh,
Some that made us cry,
One that made you have to say goodbye._Bon Jovi - Always (1994)
•
•
•
•
Beverly Hills, California.
Musim dingin, 2001.[]
Mobil Ferrari 348 TS keluaran 1990, tengah memasuki dataran tinggi hutan pinus. Jalanan saat itu sedang diterpa hujan ringan. Eugene William, membuka sedikit kaca jendela mobil dan membiarkan titik hujan menyentuh wajahnya. Ia memejamkan mata sembari menikmati suasana tenang ini __Setidaknya selama perjalanan yang sekiranya akan menempuh jarak 317 mil atau sekitar 510 km, dari Beverly Hills menuju Monterey CA__
Sesekali Dome supir pribadinya, melirik Gene yang duduk di sebelah kursi kemudi. Sebentar lagi mereka akan sampai di teluk Monterey, pantai Pasifik California tengah.
Dome, yang sudah setia mengabdi pada keluarga William selama 3 tahun itu, masih tidak habis pikir dengan keputusan besar dari pewaris tunggal keluarga William tersebut. Gene tidak mau meneruskan kepemimpinan mendiang ayahnya. Bisnis ayahnya, ia alihkan atas nama pamannya. Dan itu diterima dengan senang hati. Tentu saja. Sedangkan sebagian harta peninggalan lainnya, ia donasikan untuk panti asuhan St.Clara, tempat di mana ia berada dulu, sebelum di adopsi oleh keluarga William.
"Tuan muda.." desis Dome.
"Hmm?" Laki-laki tampan di sebelahnya masih menikmati terpaan gerimis.
"Ah maaf, tidak ada apa-apa Tuan muda." Dome menghembuskan napas pasrah. Ia bermaksud membujuk tuannya itu, namun hasilnya sudah pasti sama. Ia dan para pelayan lainnya bukan hanya satu dua kali mencoba membujuknya, tetapi Gene tetap pada pendiriannya.
Bertahun-tahun lalu, keluarga William, pasangan Lucia dan George William, tidak kunjung memiliki keturunan. Akhirnya setelah semua usaha yang tidak membuahkan hasil, keluarga William memutuskan mengangkat seorang putra dari sebuah panti asuhan, untuk menjadi pewaris mereka. Ialah Eugene William.
Semakin lama, seiring bertambahnya usia putra mereka, George semakin merasa bahwa ia tak memiliki hak sekecil apapun atas putranya itu. Maka ia tidak akan memaksakan kehendaknya pada anak itu kelak. Gene berhak atas hidupnya sendiri. Sepenuhnya.
"Kau bebas menentukan jalan hidupmu, Nak."
Gene masih bisa mendengar suara bergetar itu di telinganya. Seiring genggaman tangan yang begitu kuat dari fisik yang melemah. Ia balas menggenggam tangan itu tak kalah erat.
"Ayah juga akan meninggalkanku seperti Ibu?"
George melepas oksigen dari hidungnya. Ia menatap anaknya lekat.
"Kau tahu, itu adalah hal paling buruk yang terpaksa kulakukan. Untuk kasus yang satu ini, aku bahkan tidak bisa memaksa Tuhan. Hal yang bisa kulakukan hanyalah memberimu kehidupan layak, dan berharap kau bisa bertemu dengan orang-orang yang menyayangimu."
"Kau jahat, Ayah!" Airmata lelaki itu menitik.
"Dan kau... putraku yang tampan." Senyum itu begitu lirih dan menyayat hati. "Kelak, carilah pendamping yang setia seperti ibumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever In Me
Teen FictionAku ingin merasakan cinta yang seperti 'rumah'. Setidaknya ke manapun aku melangkah, aku tahu ke mana aku kembali pulang. Bisakah kau tuntun aku menemukan arahnya? ---------------------------------------------- Visual cast: bayangkan saja wajah oran...