My life has been the poem I would have writ,
But I could not both live and utter it._Henry David Thoreau
•
•
•Monterey Bay California, 1977.
[]
Gene mengusap keringat di dahinya dengan ujung kaos, entah untuk yang ke berapa kalinya. Hal itu membuat otot perutnya terlihat jelas ketika kaos itu ditarik ke atas. Cuaca cukup terik sehingga membuat pemuda tinggi itu sering memicingkan mata saat tidak sengaja menghadap ke langit. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hari ini pemandangannya cukup menakjubkan.
Pemuda itu sedang berada di atas kapal penangkap ikan yang lumayan besar. Ia sedang bersama dengan Antonio dan empat orang lainnya di kapal tersebut. Seperti pembahasan mereka tempo hari yang meminta Antonio untuk membawa pemuda itu bersamanya. Bekerja di kapal nelayan untuk mendapatkan sedikit penghasilan.
Gene berpindah ke sisi kapal yang lain, yang di mana tidak ada seorang pun di situ. Ia mendudukkan dirinya sebentar di atas tumpukan jala. Kalau saja ini bukan di tengah laut, mungkin sudah dari tadi ia melarikan diri. Bukan karena pekerjaannya yang berat, karena meski seberat apapun ia akan tetap mengerjakannya. Hanya saja, ia merasa tidak enak dengan Antonio dan yang lainnya. Saat mengerjakan apa yang mereka suruh, ia banyak melakukan kesalahan. Itu membuatnya terlihat seperti tidak becus. Dan berakhir dengan Antonio yang mengambil alih pekerjaannya, Antonio menyuruhnya untuk menyingkir saja dengan raut wajah dingin dan datar.
Perlahan kapal bergerak menuju ke tepian, ini sudah hampir memasuki jam makan siang. Mereka sudah berada di laut sejak matahari belum terbit.
"Ingin pulang?" Suara Antonio membuat Gene berjengit kaget. Ia reflek berdiri dari duduknya, dan memandang takut-takut.
"Duduk saja. Kita bersantai sebentar."
Gene menurut dengan masih sedikit gugup. Entah karena mengetahui pria di depannya adalah kakeknya sendiri, justru malah membuat dirinya semakin sungkan.
"Rokok?" Antonio menyodorkan bungkusan rokok yang satu batangnya sedikit ditarik keluar. Gene menggeleng, "terima kasih Tuan, tapi aku tidak merokok."
"Owh," Antonio mengangguk, "baguslah, anak muda memang harus menjaga paru-parunya."
Gene tersenyum kikuk.
"Bagaimana? Apa menurutmu ini cukup berat?" Antonio membuka pembicaraan setelah beberapa menit mereka terdiam.
Gene berpikir sejenak, "aku rasa, akulah yang membuat pekerjaannya menjadi berat di sini."
"Bukan itu yang aku tanyakan.. tapi aku kagum dengan kerja kerasmu, kau memiliki rasa tanggung jawab. Kau tetap mengerjakan tugasmu, walaupun mungkin sepertinya kau ingin melarikan diri."
Gene terkejut dan memandangi Antonio sejenak. Ia sedikit diliputi rasa bersalah.
Antonio tertawa pelan, "apa kau kaget dari mana aku tahu hal itu?"
Gene mengangguk.
"Karena itu yang dirasakan oleh hampir semua orang di awal mereka bekerja sebagai nelayan. Apalagi oleh orang yang belum pernah bekerja sebelumnya."
Gene masih diam dan mendengarkan.
"Tapi jika kita bisa melihat dengan mata terbuka, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari lautan. Dan pada akhirnya lautan seperti menjadi rumah kedua bagi para nelayan. Dalam hidup kita tidak bisa memilih takdir seperti apa yang akan kita jalani. Kadang hidup memberi kita kepahitan, kita tidak bisa menolak hal itu. Kadang juga menawarkan keindahan, tugas kita adalah memilih untuk mengambilnya atau melewatkannya. Seperti halnya kapal yang tidak bisa menduga ombak atau badai seperti apa yang akan menerjang, tapi dia bisa memilih di pantai mana dia akan berlabuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever In Me
Teen FictionAku ingin merasakan cinta yang seperti 'rumah'. Setidaknya ke manapun aku melangkah, aku tahu ke mana aku kembali pulang. Bisakah kau tuntun aku menemukan arahnya? ---------------------------------------------- Visual cast: bayangkan saja wajah oran...