00. Bunny

203 28 3
                                    

Happy Reading!

_____


"Aku mau yang itu." Rosie menunjuk sebuah boneka kelinci yang berada di rak paling atas.

"Sayang, kamu udah punya banyak boneka kayak gitu."

"Aaaa pokoknya mau itu! Ayo ambilin." Rosie menarik lengan Hoodie yang digunakan kekasihnya. Ia merengek dengan kaki yang dihentakkan.

"Nggak."

"Sayang, mau itu." Rosie memeluk tangan kekar sang kekasih, ia menatap cowok di depannya dengan mata memelasnya.

"Gak."

Rosie mencebikkan bibirnya kesal mendengar jawaban kekasihnya yang menurutnya menyebalkan. Ia menepis lengan kekasihnya, "Nyebelin!" Cewek itu membalikkan badannya menjauhi Jeka - kekasihnya.

Sedangkan Jeka, ia menopang tangannya di depan dadanya melihat punggung sang kekasih yang menjauhinya. "Dasar bocil." Gumamnya sebelum kemudian mengikuti langkah Rosie.

Rosie dan Jeka sudah berpacaran selama satu tahun. Umur mereka terpaut tiga tahun, Jeka yang sekarang mengenjang pendidikan di bangku kuliah sedangkan Rosie, ia masih kelas tiga SMA.

"Kamu ngapain ngikutin aku, hah?" Rosie membalikkan badannya sembari menatap garang Jeka yang berada di belakangnya.

Bukannya takut, Jeka malah merasa gemas dengan sang kekasih. "Aku nggak ngikutin kamu." Cowok dengan hoodie hitam itu menggelengkan kepalanya.

"Awas ya, kalo kamu ngikutin aku." Rosie mendongakkan kepalanya guna menatap Jeka yang lebih tinggi darinya.

Rosie kembali melangkahkan kakinya. Wajahnya terlihat suram karena masih merasa kesal dengan Jeka. Cewek berambut blonde sepunggung itu, berjalan tanpa tentu arah.

Langkah Rosie terhenti, saat matanya melihat seorang badut yang berada tak jauh darinya. Ia membalikkan badannya kemudian berlari dan menubrukkan diri ke arah Jeka.

"Ada badut." Rosie berucap dengan kepala yang tenggelam di dada Jeka. Tangannya memeluk erat pinggang sang kekasih, "Nggak suka badut."

Jeka terkekeh pelan mendengar perkataan Rosie. Terlintas ide jail di kepalanya, "Ngapain meluk-meluk?" Jeka ingin melepaskan pelukan Rosie yang terasa erat memeluknya.

"Jangan dilepas, ihh." Rosie mencubit pinggang Jeka geram.

Tawa Jeka terdengar. Dia memeluk Rosie gemas, "Badutnya udah nggak ada tuh." Sebagai seorang kekasih, Jeka tau jika Rosie tak menyukai dan trauma dengan badut sejak kejadian masa kecilnya.

"Beneran?"

"Iya, sayang."

Rosie meregangkan pelukannya, ia menatap sekelilingnya dan tak menemukan keberadaan badut tersebut. Ia melepaskan pelukannya, lalu berdehem pelan.

"Aku masih marah sama kamu." Ujarnya sebelum kemudian kembali meninggalkan Jeka yang masih berdiri di sana.

"Terus tadi ngapain meluk-meluk?" Tanya Jeka sembari menoel pipi chubby kekasihnya.

"Khilaf itu." Ujar Rosie cuek tanpa memandang Jeka.

"Sayang, udahan dong marahnya." Jeka menarik kedua bahu Rosie agar menghadapnya. "Maaf, ya. Jangan marah lagi." Ia menatap Rosie dengan senyuman manisnya hingga menampilkan gigi kelincinya.

Rosie memalingkan kepalanya enggan menatap Jeka. "Tapi aku mau boneka kelinci itu." Ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca menatap Jeka. "Aku mau itu!"

"Astaga." Jeka menghembuskan nafasnya pasrah, sebelum kemudian mencubit hidung Rosie. "Kamu 'kan udah punya banyak boneka kayak gitu dirumah."

SHORT STORY [ROSÉKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang