3 - Lonely

69 10 6
                                    

Bagiku tidak ada yang lebih buruk dari pada miskin dan kesepian. - Lee Sa Ra

**

Pria yang menolong Sa Ra cukup panik dan khawatir karena ia tidak menemukan presensi wanita tadi sebab harus membeli sebotol air.

Seingatnya wanita itu setuju untuk menunggu, namun ia tidak ada di sana seperti dugaan pria ini.

"Mungkinkah?" Pikiran pria dengan tinggi 174 cm ini menjadi tidak terkendali, ia berpikir mungkinkah wanita tadi diculik oleh pria kurang ajar tadi atau disekap dan dibunuh karena sakit hati?

Tanpa peduli pada ponselnya yang bergetar di dalam saku, pria tersebut terus mencari ke seluruh tempat, memasang mata dan telinga sebaik mungkin agar segera menemukan wanita itu.

Tak butuh waktu lama, akhirnya ia menemukan wanita tadi tengah duduk di anak tangga toko kelontong yang sudah tutup, ia mendapati Sa Ra tengah memijit betisnya yang terasa nyeri karena harus berjalan jauh mengenakan heels. Bodoh sekali kenapa aku tidak menggantinya. Batin Sa Ra, padahal ia membawa sepatu ganti.

"Anda baik-baik saja?" Pria itu dengan sopan menutup paha terbuka Sa Ra. Namun sebelum Sa Ra menjawab pria itu kembali melanjutkan, "Maaf, saya membawa Anda berjalan terlalu jauh. Mobil saya ada di sana, biar saya antar Anda pulang." Tawarnya ramah, dari nada bicaranya tidak sedikitpun bermaksud jahat.

Namun Sa Ra malah menolaknya mentah-mentah. "Tidak perlu, saya baik-baik saja dan bisa pulang sendiri."

"Tapi berbahaya."

"Saya sudah biasa."

"Biar saya antar Anda pulang."

Sa Ra tidak menggubris pria asing yang tetap ngotot mengantarnya pulang. Mungkinkah chaebol*? Apa keinginan tak masuk akal Sa Ra benar-benar dikabulkan Tuhan?

Sungguh aku tidak serius. Batinnya.

Memang jika dilihat dengan amat teliti, pria ini menggunakan setelan bermerk, bersih, rapi dan wangi. Sa Ra hanya bertemu sekali dengan--

"Tunggu!" Sa Ra yang tengah mengganti sepatu tersebut menoleh pada pria asing yang kini tengah bersimpuh dihadapannya.

"Iya." Sahut pria tersebut seolah tahu apa yang sedang Sa Ra pikirkan. "Makanya saya ingin mengantar Anda pulang."

Akhirnya Sa Ra bisa bernafas lega, karena ternyata ia pernah bertemu pria asing ini.

"Baiklah." Sa Ra lantas berdiri. "Karena Anda menabrak saya tempo lalu," Kemudian ia melempar tas selempangnya ke hadapan pria yang turut berdiri barusan, "bawa ini."

Pria itu melongo tak percaya dan cukup terkejut. Sa Ra pun memutar badan dan pergi ke arah di mana pria tersebut memintanya untuk menunggu.

"Kau tidak jadi mengantarku pulang?" Suara Sa Ra cukup nyaring karena ia sudah meninggalkan pria tersebut cukup jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Sebab pria itu masih syok akan perubahan sikap Sa Ra.

"Ah, iya, iya." Pria itu pun menyusul Sa Ra di belakangnya.

"Di mana minumku?" Pinta Sa Ra.

Pria itupun segera memberikan sebotol air mineral yang ia beli tadi.

"Anda seperti dua orang."

"Sebenarnya ada sepuluh."

"Benarkah??"

"Kau begitu naif." Sa Ra tertawa tipis lalu kembali melanjutkan. "Di mana mobilmu?"

Pria itupun segera membuka pintu mobilnya.

**

Setelah mengantar Sa Ra pulang pria itu pun memutar musik, dan kembali menelpon seseorang yang sedari tadi menghubunginya.

"Jimin-ah,"

"Iya Ayah."

"Kenapa tidak angkat teleponnya?"

"Maaf, ada sesuatu yang harus ku kerjakan. Ayah ingin makan sesuatu? Aku sedang dalam perjalanan pulang."

"Astaga kau ini. Ayah sudah siapkan semuanya."

Jimin tertawa ringan. Kemudian Ayah kembali melanjutkan. "Ayo menonton pertandingan sepak bola sekarang. Ayah tunggu di rumah."

Jimin meledakkan tawanya seketika, ia tahu pasti hari ini Ayahnya tersebut sudah menyiapkan jersey dari pesepak bola kebanggannya, Jimin hampir lupa bahwa ia ada janji untuk menonton pertandingan bola bersama, untung saja ia tidak ketinggalan jauh hingga membuat Ayah murka. Namun ketika ia membayangkan hal tersebut, Jimin jadi teringat sesuatu bahwa ia tidak menanyakan nama wanita tadi.

**

"Oh? Sa Ra-ya, cepat bantu ibu memindahkan ini." Pinta ibu segera saat melihat putrinya tersebut berada di ambang pintu rumah yang baru saja melepas sebelah sepatunya.

Sudut mata Sa Ra menatap ke arah pintu kamar Jungkook yang sedikit terbuka, tawa adiknya benar-benar meledak, bahkan umpatan demi umpatan juga sempat ia ucapkan karena kesal lawan mainnya mencoba untuk mengalahkannya dalam permainan.

Sa Ra yang menyadari ibunya kesulitan memindahkan sofa, lantas segera membantu tanpa protes sedikitpun.

Selagi membantu ibu, kini telinga Sa Ra mendengar suara Jungkook yang tengah tertawa terbahak-bahak di seberang telepon.

Bukannya Sa Ra tidak ikhlas menolong, hanya saja hari ini ia juga cukup lelah, tidak berenergi sama sekai. Belum lagi betisnya yang pegal dan kram. Ditambah perasaan terluka oleh sikap tidak sopan pelanggannya tadi. Sungguh Sa Ra ingn menenggelamkan tubuhnya di bath up, seperti saat dulu ia masih berhubungan dekat dengan Avabel. Namun kini mereka sudah tidak sedekat itu. Meski sering bertukar kabar. Karena Abel panggilannya, sedang berada di Singapura.

Orang-orang berubah seiring dengan bertambahnya usia. Termasuk Abel. Ia tahu sahabatnya itu menginginkan perubahan besar dalam hidupnya dan siap beradaptasi, berbeda dengan Sa Ra, ia tidak siap untuk beradaptasi dengan orang baru.

Sejujurnya Sa Ra ingin hubungannya dengan Abel tidak canggung seperti ini. Ketika Abel kembali ke Korea, Sa Ra sangat ingin menghabiskan waktu dengannya. Namun ia tak yakin akankah mereka seakrab dulu atau malah sebaliknya.

Sejak saat itu Sa Ra jadi merasa begitu kesepian bahkan dengan kehadiran ibunya sendiri yang acap kali menomorsatukan putra-putra kesayangannya dari pada putrinya, yang hanya seorang diri.

*chaebol adalah sebuah konglomerat industrial besar yang dijalankan dan dikendalikan oleh seorang pemilik atau suatu keluarga di Korea Selatan.

Kamis 3 November 2022

Sa Ra Instagram.

Sa Ra Instagram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Can CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang