Pagi menjelang siang, Sa Ra harus mencuci pakaian. Namun setelah ia pergi ke kotak lemari tempat penyimpanan sabun, tak ada satupun sabun yang tersisa barang sedikitpun. Untuk itu, Sa Ra segera keluar dengan pakaian seadanya, pakaian rumahan sebab mini market tak jauh dari rumah.
Ia pun tiba di depan etalase sabun cuci pakaian, mengambilnya satu dan turut mampir ke lemari pendingin, tiba-tiba saja ia ingin meminum matcha latte. Ketika hendak membayar ia harus mengantri terlebih dahulu, namun ketika orang yang ada dihadapannya ini menoleh sedikit, Sa Ra menyadari bahwa itu Mingyu, tetangganya.
“Choi Mingyu?”
Pria yang dipanggil sontak terkejut dan menoleh, “Oh Nuna.” Mingyu lantas memperlihatkan senyum paling jantan dan juga manis yang ia punya.
Sa Ra melihat ada sekeranjang camilan dan bahan kebutuhan pokok lainnya. “Kau belanja sebanyak ini untuk pergi karya wisata ya?”
“Ya??” Respon Mingyu bingung sembari memilih beberapa permen yang ada di sana, Mingyu pun menaruh penuh atensinya pada Sa Ra yang menunggu jawaban setelah menambahkan permen karet ke dalam keranjang. “Karya wisata?”
Mingyu masih bingung.“Iya, aku tahu kalian ada karya wisata bulan ini, Jungkook memberitahuku. Wah banyak sekali persediaan camilanmu.” Sa Ra terkekeh geli, melihat anak sebesar Mingyu doyan ngemil padahal sudah beranjak dewasa.
“Tapi Nuna, ini bukan untuk karya wisata.” Tegas Mingyu masih dengan wajah bingung. "Ini camilanku bersama adikku. Bisa dibilang camilan bulanan. Kalau soal karya wisata, masih belum pasti. Tetapi kemungkinannya, pada awal musim semi tahun depan."
Sa Ra tercenung, "Benarkah?" dalam hatinya berbisik 'kenapa Jungkook meminta uang lebih cepat?'
"Nuna tahu kabar itu dari Jungkook?" Tanya Mingyu, ia sedikit tak yakin.
Sa Ra mengangguk tenang, ia membuang jauh ekspresi terkejutnya dan menjawab dengan santai. "Ya Jungkook memberitahuku."
Mingyu lantas tersenyum lembut sembari berkata, "Aku duluan ya Nuna." Ia bergegas meninggalkan kasir setelah dirinya menyelesaikan pembayaran.
Sepanjang perjalanan pulang Sa Ra berpikir apa mungkin Jungkook membohonginya untuk meminta uang belanja lebih, "Tidak mungkin." Ia kembali menggelengkan kepala berusaha berpikir positif. Tapi fakta di lapangan sangat-sangat bertolak belakang. Haruskah ia tanyakan langsung atau melihat situasi serta kondisi terlebih dahulu?
Lamunannya kemudian terpecah, pikiran yang semula melayang entah ke mana kini hinggap pada satu hal krusial, setelah ia membaca sebuah pesan. Tertera sebuah nama yang amat sangat ia rindukan, sahabatnya yang sudah sekian lama menetap di Singapura. Avabel Eleora Moon.
["Kau di mana? Aku di Seoul."]"APA??" Sa Ra menghentikan langkahnya dan tak sengaja membuang lolipop yang berada di dalam mulutnya. "Sial.." Sesalnya pada permen yang jatuh. Ia lantas berlari ke rumah ingin segera menyelesaikan pekerjaan rumahan, untuk bergegas menemui Abel. Setidaknya Abel masih menjadi sumber semangatnya.
**
["Jimin, kau masih di kantor?"] Sebuah pesan masuk.
Malam ini Jimin enggan pulang. Ia ingin menghabiskan waktu di apartemen mewah yang ia beli secara diam-diam. Tidak ada yang tahu aset miliknya yang satu ini. Jimin berusaha menutupinya sebisa mungkin, baik dari kedua orang tua maupun istrinya. Keinginannya untuk membeli apartemen ini muncul sejak 2 tahun lalu. Sampai detik ini alasannya belum jelas, dan mungkin ia akan menemukan alasan itu nanti.
["Iya, aku masih di kantor."]
["Ha Jin sudah tidur, aku kesepian."]
Jimin masih bersikap tenang, padahal istrinya begitu gelisah ingin ditemani. Dua bulan ini Jimin merasa berat untuk kembali ke rumah. Namun ia tak melepas tanggung jawabnya sebagai seorang Ayah. Ia tetap mengajak Ha Jin putrinya untuk menghabiskan waktu bersama, menemani tidur, bahkan menyuapinya makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Cry
Fanfiction[Slow Update] Dia pria beristri, memohon dengan sangat pada seorang wanita untuk mencintainya tanpa peduli dengan perasaan wanita itu yang tengah terluntang lantung karena ekonomi keluarga yang terus mencekik tanpa ampun. Dia ingin dicintai, namun b...