5 - Alasan Baru ⚠️

95 13 7
                                    

Kalau bukan karena Abel ingin mengajaknya bertemu Sa Ra tidak yakin akankah ia merasa damai atau justru sebaliknya. Sebab tatkala ia mengirimi Jungkook pesan, perihal karya wisata, adiknya itu bersikeras bahwa ia akan pergi pada awal bulan nanti. Sehingga Sa Ra meredam amarahnya dan memilih untuk pergi menemui Abel.

"Sa Ra, sudah lama sekali. I brought something for you. Fyi, hanya ada di Singapore. Kau harus punya ini." Abel memberi sebuah paper bag berukuran sedang sembari merangkul Sa Ra.

Sa Ra mengulas senyum, karena ternyata Abel tidak begitu banyak berubah. Aksen Koreanya sedikit berbeda tetapi tentu tidak masalah. Jika Abel menetap lebih lama, mungkin gaya bicaranya mulai beradaptasi kembali. "Aku senang kau kembali, kau masih sama."

"Jangan bercanda, aku masih Abel yang kau kenal. Hanya saja sekarang lebih cantik. Bukankah begitu?" Mereka tertawa renyah dan langsung memesan makanan karena keduanya sepakat untuk bertemu di sebuah kafe yang sering mereka kunjungi saat masih sekolah dulu.

"Sa Ra apa yang terjadi? Kau tampak tidak sehat. Kakak dan adikmu masih sering menyusahkan?" Gurat wajah Abel menunjukkan keprihatinan. Sebagaimana diketahui bahwa Abel melabeli dirinya tong sampah sebab acapkali menjadi tempat membuang keluh kesah Sa Ra perihal kakak maupun adiknya. Tetapi Sa Ra lebih sering mengeluhkan perangai sang kakak.

"Aku tidak ingin berdosa."

"Katakan saja!"

"Ssstt..." Sa Ra menegur Abel yang nyaring suaranya menganggu ketenangan orang di sekitar hingga Abel lantas berbisik. "Kau bisa berontak sesekali, tidak perlu memendam perasaanmu seperti ini."

"Sudah kulakukan."

"Lalu kenapa kau tampak murung?"

"Karena sebelumnya kau tidak ada."

"Aaaaa.... Sa Ra-ya...." Abel yang semula duduk berhadapan dengan Sa Ra kini berpindah tempat tepat di sebelah gadis yang tampak murung tersebut. Ia memeluknya erat. "Maaf, aku pergi terlalu lama dan tiba-tiba saja kembali. Kau masih marah atas kejadian beberapa tahun lalu?"

"Kecewa, sedikit." Mereka sempat bertengkar karena perbedaan pendapat mengenai pandangan hidup sehingga dengan tanpa bermaksud demikian Abel mengatakan bahwa, jika Sa Ra tidak berani keluar dari zona nyaman maka ia akan selamanya kesusahan, hidup susah seperti apa yang selama ini ia jalani.

"Kalau begitu, kau mau kucarikan sugar daddy? Sebagai permintaan maaf. Di Singapura ada banyak."

"Tsk!" Sa Ra mencubit lengan Abel sembari berdecak karena tak suka arah pembicaraan mereka sehingga Abel kembali ke tempat duduknya semula setelah meringis karena dicubit.

"Jadi kau akan menetap di sini untuk waktu yang lama?"

"Mungkin selamanya tinggal di sini." Jawab Abel yakin.

Sehingga dalam hati Sa Ra bersyukur tanpa menunjukkan ekspresi berlebih.

"Kau tidak senang?" Tanya Abel setelah melihat gurat wajah Sa Ra.

"Hm, itu artinya ponselku akan berisik." Sa Ra memperhatikan seorang pelayan yang tengah menyediakan makan malam untuk mereka. Lalu ia berterima kasih pada pelayan tersebut setelah semua makanan tersaji.

"Jangan percaya diri dulu. Karena aku seorang pekerja. Aku akan lebih banyak bekerja dari pada menghubungimu terus-terusan."

"Pekerja? Uang ayahmu sudah habis?"

"Kau mendoakan ayahku bangkrut??" Protes Abel hingga membuat Sa Ra terkikik geli.

"Lalu? Bekerja di mana?"

"Kau akan tahu setelah aku diterima. Untuk saat ini lebih baik aku diam agar berhasil."

"Sumpah aku tidak akan mendoakan yang jelek." Sa Ra tertawa untuk meyakinkan Abel bahwa sahabatnya itu tidak perlu khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Can CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang