MARSELINO ; 01

1.1K 40 2
                                    

TIDAK ada yang bisa benar-benar melupakan masa lalunya, sebagian orang hanya berpura-pura lupa, sedangkan yang lainnya mencoba kembali keberuntungannya.

Terserah, tidak peduli kesan jahat sebab memang itu yang terjadi. Marselino pernah menjalin hubungan dengan seorang cewek, tapi kandas begitu saja akibat dia melihat cowoknya marah besar setelah gelang hitamnya tak sengaja putus. Usut punya usut, gelang tersebut pemberian teman kecilnya.

Teman. Hanya teman.

Marselino tersenyum saat teringat percobaan pertamanya kemarin, berhasil. Informasi saja, sudah satu tahun tepatnya saat ia kelas sebelas, cowok itu pindah sekolah di SMA Petra 1 yang menjadi pilihannya. Namun, karena sibuk jadwal latihan Persebaya ia harus menyingkirkan sedikit keinginannya untuk sekolah di sana. Barulah tahun ini semuanya bakal di mulai.

Marsel sedang mengikat tali sepatunya sebelum seorang lelaki datang memukul bahunya.

“Acieeeeee. Mau sekolah, Dek? Kok rajin? Tumben~” Menurut Marselino, Oktafianus Fernando ini lebih banyak menjengkelkannya daripada baiknya.

“Kalo kata mas mu ini ya, Cing. Jangan terlalu semangat, 'kan kita gak tau, neng  Alen masih mau apa gak sama lo.”

Tuh kan, feeling Lino memang sudah paling tepat.

“Cewek mana yang gak mau sama gue,” sombongnya.

“Dih, sok ganteng banget asu,” cibir Ofan sambil menyeruput kopi.

“Maap banget ini, tapi gue emang ganteng banget, Mas. Justin Bieber mah lewatt,” kata Marselino lagi. Dia menyugar rambutnya ke belakang bak cowok-cowok di TV.

Satu gelak tawa terdengar meremehkan Marselino. Ofan ini benar-benar tidak tahu caranya memberi semangat apa bagaimana, yah.

“Diem lo, gak usah ketawa!” suruh Lino.

Menarik napasnya dalam, Ofan menyahut, “Oke-oke, semangat adek. Cuma mau bilang, berjuang boleh, tapi harus diimbangi sadar diri ya HA HA HA.” Kemudian dia berlari, menghindari amukan adiknya.

“Jancok!” Namun, sialnya, saat dia berteriak demikian, tiba-tiba ibunya datang.
Ia baru pulang dari pasar dan mendapati anak cowoknya sedang mengumpat, bayangkan saja.

“MARSELINO! MULUTNYA JELEK BANGET IH!” Langsung saja Ani menjewer telinga sang putra yang membuat korbannya mengaduh kesakitan.

“Itu Opan yang mulai!” ujar Marselino.

“Loh, aku diem!” Ini pembelaan Oktafianus.

“Lo yang mulai anj!” kata Marselino lagi.

Kemudian Ani memukul lengan putranya dengan tangan yang lain. “Mulutnya! Gak tau sopan santun!”

Demi Spongebob warnanya kuning, satu jeweran pada telinga saja sakitnya bukan main. Ini malah ditambah satu pukulan lagi pada lengan.

“Ah iya-iya. Maaf-maaf. Lepasin Maaa, sakiit,” mohon Marselino. Tadi ia sempat melirik ke depan, dan yah, di sana Ofan sedang berusaha menahan tawanya.

“Udah sana berangkat sekolah! Awas ngomong begitu lagi!” Ani mendorong Lino sampai cowok tampan itu terhuyung ke belakang.

“Iya, aku berangkat ya.” Kemudian dia dengan buru-buru mengendarai motornya. Sebelum itu terjadi, Marselino sempatkan untuk mengacungkan jari tengahnya pada Ofan. Secara diam-diam, tentu.

Sedangkan itu, di tempat lain seorang cewek sedang merapalkan sumpah serapan akibat tak ada satu pun manusia yang bisa mengertinya. Oke, ini berlebihan, tapi, Ayana Walensa sungguh merasa demikian.

MARSELINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang