Minggu ke minggu terasa semakin berat tetapi aku harus tetap tersenyum menghadapinya. Melihat bagaimana perjuangan orang tuaku untuk menguliahkan ku dan bagaimana kebahagiaan terpancar di wajahnya membuatku menahan rasa tak kuat.Tapi tidak bisa ku pungkiri bahwa diriku kian lama menempuh ujung toleransi. Berusaha menepis rasa takut dan keputus asaan ku dengan memaksa diri mengerjakan tugas yang kian menumpuk seraya rasa tidak karuan menyelimuti.
Ya, cemas.
Tapi tak apa, aku masih memiliki support system yang cukup. Geni dan Maru masih setia menjadi sahabat ku. Keluarga ku masih terus menemaniku. Kurang cukup apa lagi aku untuk terus berjalan menempuh pendidikan? Bagai tidak ada celah.
--
Tak terasa, sudah dipenghujung September. Menurut rumor, pertengahan bulan depan akan berlangsung pekan ujian, pekan horor dan pekan kedamaian bagi mahasiswa sains karena tidak ada teror laprak dari para asisten laboratorium kami. Tapi tidak untukku, yang minggu lalu tidak masuk satu hari dan menumpukkan 2 materi sekaligus. Aku sungguh takbisa berhenti untuk tidak overthinking.
Aku alihkan pikiran jelekku dengan mendengar lagu, bernyanyi atau apapun itu. Aku tak ingin berpikir satu hal secara terus menerus. Akhirnya aku belajar untuk mempersiapkan diri untuk ujian nanti, mengingat kembali apa yang sudah dipelajari sebelumnya.
Gemericik hujan terdengar di luar kamar kosku. Hawa dingin menyeruak dan menemani kegiatan belajar ku. Tentram rasanya. Nada musik jazz yang sedang terputar playlist rekomendasi YouTube ku sepadan dengan suasana saat ini. Damai. Ketenangan ini membuat ku terkantuk dan kehilangan fokus untuk belajar. Aku pun tertidur di atas meja belajarku.
Hari ujian tiba, aku masih belum mengerti apa yang akan diujikan nanti. Mengarang bebas saja sudah, pikirku. Aku mencoba recall materi pembahasan dengan teman teman ku. Setidaknya ada sedikit berguna.
Tubuhku bergetar tak karuan, deru nafas berantakan. kenapa? Apa ini karena aku kurang mempersiapkan segalanya? Apa aku takut gagal saat tes nanti? Apalagi ini ya Tuhan?!
Serahkan saja pada Tuhan, ucapku dalam hati.
--
Ujian berjalan dengan baik walau ku jawab dengan seadanya. Bahkan aku tidak mengingat kalimat apa saja yang ku tulis tadi. Langit tampak lebih cerah setelah ujian. Mungkin aku bisa lebih berbahagia hari ini. Aku langsung pulang ke kos dengan angkot bersama Maru dan Geni. Sesampainya di kos, aku merebahkan diriku di atas pulau kapuk. Nikmat. Tak lama kemudian aku tertidur untuk beberapa saat.
Matahari sudah mulai menengelamkan dirinya ketika aku terbangun. Aku merasa sudah cukup untuk beristirahat dan mulai membersihkan diri. Suasana yang segar bagus untuk memulai kegiatan yang baru. Setelah selesai membersihkan dan merapikan ini itu aku mulai belajar untuk mempersiapkan ujian hari kedua. Ujian mata kuliah pilihan ini tidak dilangsungkan di kampus, menurut jadwal yang telah diberikan akan dijalani secara daring. Yah, cukup menguntungkan untuk anak kos seperti ku karena tidak perlu mengeluarkan ongkos. Lagipula kos yang ku sewa menyediakan fasilitas wifi untuk para penghuni kos nya.
Hari ini dan esok berjalan damai, tapi di hari ketiga..
KAMU SEDANG MEMBACA
Peaceful [END]
Short StoryJangan dibaca, ini tidak menarik sama sekali, hanya kisah hidupku yang hancur oleh mereka yang tidak bisa memanusiakan manusia Oktober 2022