Di sisi lain...
"Ashhh—panas sekali!" Ibana menjatuhkan roti bakarnya ke lantai. "Sial! Mana itu roti terakhirku"
"Kau bisa memakan punyaku jika kau mau" ujar mahasiswa paling nyentrik di angkatannya. Ia bernama Takumi, dikenal sebagai pribadi yang unik karena ia hanya tertarik dengan mesin dan Artificial Intelligence, bahkan ia seperti tak tertarik untuk menata rambut pirang kusutnya itu. Jika bukan karena mata birunya yang indah, mungkin kaum hawa tak akan menyukainya. Parahnya, ia adalah sahabat dari kakaknya sendiri.
"Tidak perlu, aku tak mau mati konyol karena memakan masakanmu"
"Kau bercanda? Seburuk itu masakanku? Ayolah, ini hanya roti bakar yang agak sedikit... gosong?" ia mengulurkan piring dengan roti yang sudah berubah menjadi arang dengan asap yang masih mengepul.
Ibana hanya melihatnya saja sudah terasa ngeri.
"Ngomong-ngomong, kenapa raut wajahmu pucat?" Takumi ikut duduk di sebelah Ibana sambil menyalakan televisi di dapur umum asrama.
"Tidak tahu..."
"Hmm?" si bule itu mengunyah roti arang sambil memindahkan channel tv menggunakan remote.
"Semalam aku bermimpi, aneh sekali"
"Mimpi apa? Tertukar pantat dengan semut?"
"Hei! Aku sedang bicara serius! Huhh.. heran mengapa kakak mau berteman dengan orang kurang sehat sepertimu?"
"Lantas apa?"
"Kau ingat roh merah dengan cakar hitam tajam yang kita murnikan di atap gedung serbaguna kampus beberapa waktu lalu?" Ibana berkata dengan nada serius
"Ingat, memang kenapa?" Takumi berhenti mencari saluran tayangan, ia menatap Ibana.
"Saat aku masuk kedalam inti untuk meledakkan energi kehidupannya, disana aku melihat roh seorang... gadis? Mungkin sekitar 16 tahun... ah tapi ia tak memiliki kaki hingga lututnya. Lalu malam kemarin, aku memimpikannya, ia seperti mencariku. Bukankah itu aneh dan mengerikan?"
"Apa kau sudah melapor ke Kapten Leviathan?" Takumi kali ini menanggapinya sungguh serius.
"Belum—
Terdengar suara di televisi menyiarkan berita kecelakaan di jalan tol menuju Taihua, di saat yang sama ponsel milik Ibana berdering.
BIIP— I...bana kh.. srt.. ssrt ... ssrt maaf.
Suara panggilan dari kakaknya terputus. Dengan firasat jelek dan perasaan kacau, pemuda dengan rambut obsidian dengan poni tegak berbelah di samping segera mengambil kunci motornya. Ia jelas tahu apa yang sedang di alami kakaknya, prediksi dan instingnya tidak pernah meleset, oh iya mungkin pernah, namun sebagian besar itu tepat.
"Tunggu, aku ikut!" Takumi menekan airpodnya "Tania, aktifkan jetboots"
[Mengaktifkan Jetboots... Berhasil]
Keduanya menarik gas dengan kecepatan penuh menuju lokasi Ibara dan Shuwan.
[Master, analisis jarak tempuh terdekat sekitar 14km, jika melaluii jalan protokol akan terlambat] Tania, atau AI buatan Takumi mengakumulasi waktu tercepat agar mereka sampai pada tujuan.
"Apa ada cara lebih cepat?"
[Ada, menggunakan boost dari sprint Ibana dalam mode Grimm Reapernya akan memangkas waktu setengahnya, dalam 20 menit kita akan sampai]
"Kau gila? Kau pikir dengan mode itu berapa biaya yang akan kau tanggung untuk tagihan rumah sakitku nanti hah?" Ibana kesal, ia menarik full gasnya. Namun karena kurang berhati-hati, ban nya tergelincir hingga ia terlempar sekitar lima ratus meter dari kendaraannya.
Dengan kesal ia segera bangun dan melepas helm. Kepalanya meneteskan darah akibat kaca yang tertanam di dahinya. Ia tak dapat berpikir kembali, jika ia diam terlalu lama maka akan memakan waktu lagi, perasaannya sudah mulai sangat tidak enak.
Ibana berlari ke dalam gang sempit, Takumi menyusul di belakangnya "kau tak apa?"
Tanpa menjawab lelaki itu memanggil schyte dari cincin di telunjuknya, sebuah dimensi dengan langit hitam bagaikan ruang angkasa terbuka, senjata sang malaikat maut muncul dengan gemericik rantai hitam yang membawa suasana menjadi dingin bagaikan pemakaman.
"Tunggu, bukankah kau barusan tak ingin menggunakan sihir untuk pergi?" tanya Takumi bingung.
"Membuka portal dengan sabitku tak akan mengkonsumsi tubuhku, hanya akan menguras stamina saja" Ibana memutar schyte nya dan sebuah portal dimensi terbuka "Cepat pegang pundakku, aku tak bisa menahannya lagi, kita harus segera masuk" titah Ibana.
Dalam portal dimensi itu mereka bagaikan ditarik oleh pesawat jet hingga kesulitan untuk bernafas. Namun sialnya Ibana baru ingat jika portal tersebut akan membuka ujungnya di sembarang tempat saat berada di tujuan. Ya, itu berarti ujung portal bisa saja berada di hutan, dasar laut, diatas langit, bahkan di toilet umum... ah, semoga saja bukan yang terakhir.
Cahaya putih terlihat di hadapan mereka, "Bersiaplah, itu ujungnya!" seru Ibana.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Destiny
FantasyMeski di dunia ini aku harus bertarung dengan puluhan ratusan bahkan ribuan roh jahat demi melindungimu, maka akan aku lakukan. Namun jika aku bukanlah orang yang kau cari dari kehidupan masa lalu mu, apakah kau akan tetap menerimaku? (Versi remake...