Arc Kembali ke masa lalu: bagian 2

4 1 3
                                    

Cahaya putih terlewati oleh kedua pemuda yang berteleportasi, namun ternyata keberuntungan tak berpihak pada mereka. Ujung portal itu berada di atas laut sisi barat Autumnward.

[Mengaktifkan Jet pendorong: Aktif] Tania secara otomatis mengubah fungsi smart shoes milik Takumi menjadi mini jet untuk mendorong tuannya naik ke udara. Disaat yang sama, Takumi berhasil meraih tangan Ibana dan segera meluncur ke atas agar tak terjatuh kedalam air laut.

"Disana" Ibana menunjuk lokasi asap hitam yang mengepul di udara.

"Kupikir itu bukan kecelakaan kecil. Duh, semoga tak terjadi hal yang tak ku inginkan" ujar Takumi.

Kala mereka mendarat, atmosfer disana terasa sesak. Jalan tol yang luas dipenuhi oleh asap hitam pekat dengan percikan api. Belasan mobil terbakar dan penyok bagaikan di tumbuk oleh sesuatu yang besar.

"Adakah yang selamat? Tolong teriak atau lempar sesuatu padaku!" seru Takumi

Ibana berjalan menyusuri bongkahan puing-puing kendaraan, dia menyeka darah yang ada di aspal dan memperhatikannya. Pola darah itu bagaikan terseret, lebih tepatnya seperti seseorang menyeret tubuhnya meninggalkan lokasi tersebut.

Ketika ia menoleh ke sisi kiri, ia mengenali sebuah tanda di pintu mobil berwarna merah setengah hangus. Itu adalah tanda tangannya sendiri yang ia bubuhkan secara iseng untuk menjahili kakaknya saat memiliki mobil barunya, ternyata selama ini kakaknya membiarkan itu dan tak membersihkannya.

Perasaannya campur aduk, kemudian Ibana menyadari sesuatu dan tiba-tiba berlari mencari di setiap celah dengan harapan kakaknya masih hidup.

"Ibana, ada yang tidak beres" Takumi menghampiri

"Aku tahu, ini bukan kecelakaan biasa"

[Mengkonfirmasi. Menurut analisisku, melalui sensor roh yang baru saja ditambatkan pada sistemku, aku menemukan hasil jejak roh]

"Apa kau bisa memprediksi bentuknya?" Tanya Ibana

[Tidak. Sistemku hanya dapat melacak sisa kekuatan roh saja, mungkin itu bisa dilakukan jika Tuan meng-upgrade ku agar lebih berguna]

Takumi tak menyangka, AI buatannya sekarang sudah bisa mengkritik pekerjaannya. Jujur saja ia sedikit merasa jengkel.

Tanpa mengatakan apapun, Ibana melanjutkan pencariannya. Hingga akhirnya ia keluar dari area berasap dan menemukan badan mobil milik kakaknya tersangkut di pembatas tebing.

Bagian pintu depan disisi pengemudi telah hilang, bagian belakangnya pun sudah terkoyak dan seluruh kacanya telah pecah. Di dalamnya ada Ibara yang sedang memeluk melindungi Shuwan. Punggung kakaknya dipenuhi oleh pecahan kaca dan kakinya terhimpit oleh besi pembatas jalan.

"Takumi kemari bantu aku!" Ibana membantu melepas sabuk pengaman

"Ibana, apa kau merasa aneh?"

"apa?!" tanpa sadar ia menangis dengan marah saat mencoba mengeluarkan kakaknya.

"Dimana polisi dan ambulans? Aneh sekali kecelakaan sebesar ini tak ada pihak evakuasi yang datang"

Ibana tertegun. Benar juga, sedari tadi dia berjalan menyusuri, tak ada satupun tenaga medis atau polisi yang datang mengamankan.

"Sekarang bantu aku dulu mengeluarkan mereka" titah ibana.

Setelah usaha mereka mengeluarkan kedua korban kecelakaan itu selesai, mereka menyisi ke tepi jalan dan membaringkan Shuwan di atas aspal. Ibana melepaskan blazernya dan meletakannya dibawah kepala Shuwan yang kondisinya terus menerus mengeluarkan darah dari dahinya yang tertusuk pecahan kaca. Sementara Takumi menyandarkan Ibara di dekat pepohonan dan mencoba mencabuti beberapa pecahan kaca di punggungnya, kemudian mengikat bagian pendarahan dengan sabuknya.

Dengan tergesa-gesa, Ibana mengambil ponselnya "Aku akan memanggil ambulans"

Namun hal yang membuatnya kesal selanjutnya adalah fakta bahwa sinyal ponsel ia berada di luar jangkauan untuk meminta panggilan darurat.

[Perhatian: Domain terdeteksi]

Bingo! Pantas saja mereka terisolasi dari dunia luar, tempat kecelakaan ini ternyata sudah dikuasai oleh roh jahat lapar yang sedang berburu jiwa manusia.

"mengapa harus disaat seperti ini?!" Ibana kesal bukan main.

"Hei, apa kau masih punya sisa kekuatan untuk bertarung setelah teleportasi sebelumnya? Kita tak punya banyak waktu. Kakakmu memasuki fase kritis"

Baru saja Takumi mengingatkan, ia diserang oleh roh dengan wujud berkepala anjing dan berekor tiga dengan kepala ular.

"Ayolah, roh tier rendahan benar-benar membuatku muak!" satu pukulan Takumi mampu melambungkan roh hewan itu hingga terbang jauh. Sementara Ibana mengayunkan schyte nya untuk membelah roh hewan jejadian tanpa menggunakan sihirnya.

[Panggilan darurat markas terhubung: mengalihkan suara]

"Oh bagus Tania, kau memang pintar" Takumi menekan airpodnya kemudian melalui sensor, sebuah layar hologram muncul ["oh baguslah kalian bisa terhubung, radar kami mendeteksi gelombang sihir executor melemah di tempat itu. Apa kalian sedang bersama Agen Kurobara?"]

"Leviathan! Bagus, tepat waktu... tapi soal dia.. ada berita buruk" jawab Takumi

"Lupakan saja, cepat kirim bantuan kemari untuk menetralkan domain" protes Ibana yang masih sibuk bertarung dengan kroco roh.

["Aku tahu ini tidak akan berjalan dengan baik, tapi aku sudah mengirim unit pelepasan juga unit pendukung untuk membantu para executor disana. Jika mereka sudah datang cepat mundur naik ke helicopter kami"]

"Jangan terlalu lama, aku tak yakin Ibana dapat menahannya sendirian"

Tepat saat itu terdengar suara gemuruh di langit, perlahan barrier domain runtuh sedikit demi sedikit. Itu artinya unit pelepasan sudah tiba di lokasi. Tiga tim yang terdiri dari dua tim executor dan satu tim pendukung memasuki celah domain tersebut dan turun perlahan menggunakan flyingboard.

["Kurasa mereka sudah tiba. Jika sudah terselesaikan segera ke markas cabang Knightpond"] BIIP—

Hologram itu menghilang setelah Leviathan menutup saluran suara. Dua orang agen dari markas cabang menghampiri Ibana "Kami datang membawa bala bantuan, kau bisa pergi menemui Leviathan, serahkan ini pada kami"

Satu helicopter turun kemudian dengan sigap awak kru membawa Ibara dan Shuwan segera, Ibana dan Takumi menyusul naik setelahnya.

Di dalam helicopter, Ibara terbatuk mengeluarkan segumpal darah merah pekat. Raut wajahnya sangat pucat seperti ia bisa meninggal kapan saja. Ujung bibirnya membiru dan bergetar bagai ingin mengucapkan sesuatu. "Kak?" Ibana menggenggam tangan kakaknya, tak disangka mata sang kakak membuka sedikit, ia melirik ke arah Ibana dan tersenyum.

"Kau akan pulih, bertahanlah"

"Ja...ga diri..mu" senyum lemasnya masih terukir namun ia tak dapat mempertahankan kesadarannya lagi. Ibana tar dapat menahan kesal dan sedihnya. Ia menyalahkan dirinya sendiri membiarkan kakaknya pergi pagi tadi. Tapi di sisi lain ia berpikir mengapa Leviathan mengetahui keberadaan Ibara bahkan ia sedang berada di luar waktu bertugas.

Ibana benar-benar tak bisa berpikir jernih, ia terlalu lelah secara fisik dan emosi hingga dirinya jatuh pingsan.



to be continued

Dream DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang