Masih dalam masa berduka, Myung Joo harus kembali bekerja. Ia sudah terlalu banyak menggunakan privilege sebagai anak jenderal. Seperti biasanya, Sunny akan ia titipkan di rumah orangtuanya selama ia bekerja.
"Oh, Yoon Myung Joo," Ia berpapasan dengan Shi Jin di markas AD. Myung Joo memberi salam hormat kepada seniornya, dan Shi Jin membalasnya.
"Kenapa kau ke sini?"
"Untuk bekerja, apa lagi?"
Shi Jin menatapnya penuh concern, "gwencana?"
Myung Joo mengangkat bahunya, "berduka terlalu lama tak ada gunanya. Air mata tidak bisa membuat putriku kenyang. Aku harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan Sunny. Hanya aku yang dia punya sekarang."
Shi Jin hanya dapat menghela napas panjang.
"Jangan sungkan kalau kau butuh bantuanku."
"Tentu, aku tidak akan sungkan."
"Oh, ngomong-ngomong..." Shi Jin mengeluarkan sesuatu dari kantong seragamnya, sebuah amplop surat, "Ki Beom menitipkan ini untukmu."
Myung Joo hanya melirik amplop di tangan Shi Jin tanpa niat untuk mengambilnya. Ia tahu apa isi amplop itu.
"Ini surat wasiat Dae Young."
"Aku tahu."
Shi Jin meraih tangan Myung Joo, meletakkan surat itu ke telapak tangannya, kemudian berjalan lebih dulu meninggalkannya sendiri.
Myung Joo menatap amplop surat di tangannya. Ia membawa surat itu ke dalam ruangan medis, kemudian melemparkannya ke dalam lokernya begitu saja.
"Aku tak akan membacanya. Sampai mati pun tak akan kubaca. Itu hukuman untukmu, Seo Dae Young."
~~~
Masih tengah hari, Shi Jin pulang ke rumahnya. Sudah 3 hari ia tinggal di asrama AD bersama para prajurit yang masih single. Jam segini Mo Yeon biasanya masih di rumah sakit. Shi Jin butuh beberapa pakaian dalam baru.
Ia dan istrinya masih dalam suasana perang. Keduanya sama-sama keras kepala dan tak ada yang mau mengalah lebih dulu. Shi Jin masih pada pendiriannya bahwa ia tidak bersalah. Mo Yeon yang bersalah karena punya hubungan yang terlihat spesial dengan laki-laki lain, belum lagi kata-kata Mo Yeon malam itu bahwa ia tak bahagia selama hidup bersama Shi Jin. Itu melukainya.
Ketika Shi Jin membuka lemari pakaian, ia tertegun. Separuh isi lemari itu kosong. Hanya ada pakaian dan barang-barang pribadi Shi Jin, sedangkan milik Mo Yeon sudah kosong tak bersisa.
Shi Jin mendengus sinis, lalu membanting pintu lemari.
This war is no joke!
•••
Butiran salju berjatuhan dari langit gelap. Myung Joo menadahkan tangannya menerima butir-butir kecil berwarna putih itu. Kali ini ia tidak mengharapkan keajaiban apapun, karena ini bukan salju yang turun seratus tahun sekali, juga jasad Dae Young benar-benar nyata telah terkubur di bawah tanah bersalju itu. Tetapi melihat salju, membuatnya teringat pada Dae Young.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Idn-FF DOTS] Pain
FanfictionCinta itu menyakitkan. Namun hanya cinta yang dapat menyembuhkan rasa sakit itu... Rasa sakit itu menggores hati mereka, menghancurkan kebahagiaan mereka, membuat berantakan hidup mereka. Dua lebih baik dari satu. Yoo Shi Jin dan Yoon Myung Joo, se...