Twilight Sun

284 35 3
                                    

Detik seolah berhenti berdetak, dan bumi berhenti berputar. Tatapan mereka saling mengunci. Perlahan Shi Jin makin mendekati wajah Myung Joo hingga mereka dapat saling bertukar napas. Ketika Shi Jin sudah hampir mencapai bibir wanita itu...

"Jugule?"

"Huh?"

Plak!

Myung Joo menampol dahi Shi Jin dan mendorongnya hingga kursi beroda yang diduduki Shi Jin bergerak mundur sampai ia terjungkal.

"Ouch!!!"

"Hei, duda kesepian, apa kau begitu kesepian sampai mulai kehilangan akal sehat? Cari istri baru sana, jangan ganggu aku!"

"Kau bicara apa? Aku hanya mau mengambil kotoran di rambutmu!"

Shi Jin menghampiri Myung Joo. Alih-alih mengambil debu di rambut, ia malah menjambak beberapa helai rambut wanita itu.

"YAAA!"

Shi Jin segera kabur dari amukan macan betina.

~~~

Tangan Shi Jin masih tergenggam hingga ia keluar dari klinik. Ia membuka genggamannya.

Tak ada apapun di sana.

Tak ada debu, kotoran, atau apapun.

Shi Jin menghela napas panjang, "sepertinya aku memang mulai tidak waras."

~~~

Jeep militer yang dikendarai oleh Kopral Choi keluar dari markas Gangwon. Di belakang mereka ada sebuah peti berisi persenjataan yang akan dikirim ke markas perbatasan negara (DMZ). Di pertigaan, jeep itu seharusnya berbelok, tetapi ia tetap jalan lurus hingga mulai memasuki area kampung nelayan yang sepi. Ia berhenti di depan salah satu pondok.

Beberapa pria tampak beraktivitas di depan gubuk itu, ada yang sedang menggulung jaring, mengumpulkan ikan-ikan kering yang sudah selesai dijemur, ada pula sekelompok pria yang asyik main kartu sambil minum soju. Namun semua aktivitas mereka terhenti karena kedatangan Kopral Choi. Beberapa orang menghampiri belakang jeep, membawa turun peti itu dan membukanya.

Seorang pria yang berjalan tertatih menggunakan sebuah tongkat keluar dari gubug menghampiri orang-orang yang sedang membongkar isi peti itu.

"Apa masih ada lagi di jeep?"

"Hanya ini, Pak."

"Hanya ini?" Pria itu menoleh kepada Choi, "hanya ini?"

"Ruang gerak kami semakin terbatas sejak kedatangan Mayor Yoo. Dia sering mengawasi gudang senjata. Jadi kami harus lebih berhati-hati lagi."

Pria itu menghampiri Choi. Tatapannya yang mengintimidasi membuat Choi mulai gemetar.

Tiba-tiba pria itu mengeluarkan pistolnya dan menodong pelipis Choi, membuat tentara junior itu memekik ketakutan.

"Ampun... ampun, Kapten Seo..."

"Aku tidak mau tahu, ada mayor baru yang datang, sampai jenderal sekalipun, kirimanmu harus tetap sama seperti biasanya. Tidak boleh kurang, dan tidak boleh terlambat."

"Kami... kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak!"

"Minggu depan kirimkan lagi sisanya. Aku hanya akan membayar jika barangnya sudah lengkap."

"Ba... baik, Pak!"

Kapten Seo menoleh ke kaki Choi yang bergetar dan basah.

"Aish... menjijikkan. Tentara generasi sekarang semuanya lemah."

~~~

Setelah beberapa hari dirawat, Ahn Joon Ho sudah diperbolehkan pulang. Ia mendapatkan surat pembebasan wajib militer setelah setahun lebih melayani negara. Agak kesulitan ia memanggul ranselnya karena sebelah bahunya masih belum pulih. Tiba-tiba ia merasa beban di punggungnya terangkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Idn-FF DOTS] PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang