Treacher
Hinata perlahan melangkah menaiki tangga club. Kaki jenjangnya dengan berani melangkah melewati manusia-manusia yang berjejer tegap di sepanjang jalannya. Sebenarnya sebelum kesini, ia telah bertekad bahwa semuanya akan berhasil. Tapi, walaupun langkahnya berani, namun keraguan dalam hatinya masih saja membelenggu. Apakah semua benar-benar akan sesuai rencana? Biasanya ia memiliki kepercayaan diri yang tinggi, namun pada situasi sekarang, kemana kepercayaan diri itu pergi? Astaga, Hinata butuh pasokan self confidence!
Saat kakinya telah sampai di depan bar yang memang disediakan sebagai tempat penerimaan tamu, mata jernihnya perlahan menyusuri ujung ke ujung ruangan club. Sebenarnya ia sedang mencari seseorang. Pria, dia yang akan membantu Hinata keluar dari masalah yang sebenarnya. Seseorang yang hanya ia lihat dengan sebuah foto dari calon mate miliknya.
Seorang pria alpha yang bahkan ia tidak kenal sekalipun. Pria yang dari fotonya saja sudah sangat arogan, sombong, dan angkuh. Ia tidak lupa juga dengan mata hitam tajam yang menyorot ke lensa kamera kala foto itu diambil. Saat melihat foto itu, ia merasa ditelanjangi bulat-bulat. Seolah meminta seorang omega seperti dirinya segera menghempaskan kain-kain yang menutupi tubuhnya. Ah, tapi memang itu hanya sebuah foto. Namun, pesona dari sang alpha membuatnya ingin menyerahkan diri. Ketahuilah, mate milik Hinata hanya calon, belum sepenuhnya menjadi pasangan miliknya sebelum pernikahan digelar. Masalah kali ini akan ia lawan juga dengan masalah baru, yang mana akan membuat Hinata memiliki keuntungan. Sudah cukup dengan semua tatapan merendahkan dari orang-orang brengsek yang masih saja mengelilinginya. Ketika ia bahkan tidak punya apa-apa untuk direbut.
Hingga akhirnya, Ketika ia sibuk dengan pikirannya sendiri, sebuah tangan kekar menyusuri bagian pinggulnya. Feromon musk milik seorang alpha yang asing menyeruak disekitarnya. Juga, bau alkohol yang cukup menyengat membuat Hinata mengernyit.
"Ingin bermain sebentar, sayang?"
Hinata tak serta merta marah karena ulah kurang ajar itu. Ketika rambut raven dan bentuk mata yang tajam namun sayu itu menatapnya, senyum manisnya terbit. Seakan keraguan dalam hatinya perlahan memudar digantikan dengan rasa ingin tahu. Lupakan saja tentang pasokan kepercayaan diri yang ia butuhkan.
Suara serak pria asing itu Kembali terdengar, "Seorang omega yang manis datang sendirian tanpa pengawasan dari partner-nya, a naughty kittys huh?"
Mata Hinata masih saja memeta seluruh bagian wajah si alpha kurang ajar, ditambah lagi dengan panggilan-panggilan nakal dan sentuhan-sentuhan panas dari lengan kekar itu.
Uchiha Sasuke, pria yang sedang dicarinya sejak awal ia datang kesini. Alpha dominan dengan wajah arogan, namun handsome as hell.
Hinata masih saja terdiam, si pria melanjutkan perkataannya, "Mata bening seperti Mutiara putih, dimana aku pernah melihatnya?"
Sepertinya si alpha mengelantur sendiri, namun Hinata menikmatinya. Waktu miliknya sangat banyak bila ia berhadapan dengan pria ini. Kerjapan manis ia layangkan ke arah mata tajam itu. Sasuke terlihat senang, smirk di bibirnya tersungging. Mengerti bahwa si Wanita seakan meminta sesuatu padanya. Sasuke selalu dikelilingi Wanita, kalau hanya tatapan memuja seperti ini, Sasuke tidak akan langsung terjun. Ia butuh satu hal lain yang akan menentukan apakah Wanita sexy dihadapannya ini akan ia ajak ke sebuah kamar atau mungkin saja lebih baik ia mendorong lalu meninggalkannya.
"Beri aku satu hal, sebelum aku dapat merespon kerlingan nakal darimu. Setidaknya jangan sampai mengecewakanku, akulah yang akan merasa kehilangan karena tidak dapat menguasai Wanita cantik sepertimu."
Hinata mengerti, jadi dengan sekali hentakan ia menarik sedikit keras bagian kerah pria tinggi itu. Bibirnya mengecup pelan cuping milik Sasuke. Lalu dengan ragu-ragu berbisik lirih, "Kau harus tahu bahwa Wanita nakal ini belum pernah Bersama siapapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Acceptability
RomanceHinata tersenyum manis, "Ku serahkan semua, jadi terima saja. Ditambah juga dengan bumbu-bumbu skandal terlarang kita." Sasuke mendesis, "Apa-apaan? Aku bukan boneka yang bisa kau gunakan sebagai pajangan dalam hidup, aku yang akan membalas mereka s...