Four

746 78 12
                                    

Ino hanya khawatir ayahnya akan sampai membunuhnya. Hanya itu. Karir yang hancur, tubuh yang kini berisi kehidupan lain selain dirinya, sudah membuatnya cukup pusing. Tidak mungkin ia dengan gamblang mengatakan, 'Ayah, aku berhenti menjadi model dan sekarang aku hamil.', ayahnya yang super menakutkan itu pasti langsung menjejali tubuhnya dengan alat piercing khusus milik klan Yamanaka. Hah, rasanya ia lebih baik dikubur hidup-hidup saja.

Keluarga Uchiha terlihat tidak membencinya, sejauh ini. Yah, itu sudah cukup untuk membuatnya memilih opsi bertahan hidup dari pada dikubur atau ditusuk dengan alat piercing.

Matanya baru saja tertutup sesaat lalu, saat sebuah tarikan membuatnya terguling dan seseorang yang sejak tadi berada dibelakangnya kini sedang menindih dan menatapnya. Ino terperajat, tentu saja.

Belum sempat mulutnya mengatakan sesuatu, Sai dengan kasar menciumnya. Tentu, Ino berusaha untuk mendorong tubuh alpha itu, tapi Ino sudah cukup lelah sehingga ia memilih untuk diam. Ia kira dengan diam, Sai akan berhenti untuk mengira dirinya menolak, tapi pria itu malah berusaha menggapai ujung piyama yang tidak seberapa menutupi pahanya. Ya, Tuhan.

Ciuman-ciuman kasar itu berpindah ke pangkal lehernya, membuatnya segera menghirup nafas dan mengumpulkan tenaga kembali agar alpha pucat itu berhenti. Tapi, remasan-remasan kasar ia rasakan dipanggulnya.

"S-Sai-kun?!"

Tentu saja, panggilan kecil itu tidak membuat Sai berhenti.

Dari arah panggul, tangan milik pria itu menelusup untuk menggapai payudaranya. Ino melenguh dan membuatnya tanpa sadar membiarkan Sai mengusainya secara perlahan. Gairah seorang alpha memang begitu tinggi dan mungkin saja sekarang Sai telah termakan hasratnya sendiri.

Ino sekali lagi melenguh ketika mulut hangat pria itu melingkupi ujung payudaranya. Jemari Ino bergerak meremas-remas gelisah rambut halus milik Sai.

"Maafkan aku..."

Bisikan serak itu hanya terdengar samar oleh Ino, yang menjadi fokusnya sekarang hanyalah bahwa mereka sekarang sudah menyatu. Mulutnya sibuk menahan desahan. Otaknya masih berpikir logis untuk tidak membuat keributan di mansion Uchiha.

Sai begitu mengejar akhir, tapi tubuh Ino terlalu rentan untuk ikut menggapinya, sehingga Sai tak puas hanya dengan sekali saja. Sai menarik tubuh kecil beta wanita itu dan membuatnya duduk dipangkuannya dengan keadaan menyatu.

Ino merasa pusing saat itu, membuatnya hanya bisa memeluk leher pria itu. Tubuhnya kembali terlonjak karena pergerakan Sai di dalam tubuhnya. Keringat diantara mereka tidak menjadi penghalang yang membuat mereka terpisah. Sai telah kehilangan dirinya, namun cukup sadar untuk membuat calon ibu dari anaknya itu merasa nyaman dengan aktivitas panas mereka.

Saat akhirnya Sai sekali lagi terbuai akan puncaknya, tubuh mereka spontan terjatuh dengan posisinya yang masih merengkuh tubuh kecil Ino dibawahnya. Nafas mereka perlahan beriringan dan Sai tidak tahu harus mengatakan apa.

Ino hanya sibuk dengan pikirannya sendiri saat tangannya terkulai begitu saja disamping kepalanya.

Sai mengangkat sedikit kepalanya dari tengah tubuh wanita itu, lalu berusaha mencari tatapan sayu Ino. Saat mereka akhirnya saling memandang, Sai tidak tahu apakah ekspresi diam milik wanita itu menyiratkan akan kemarahan atau tidak. Dan... seharusnya ia segera menyingkir dari posisinya sekarang, namun penyatuan mereka dibawah sana membuatnya tersadar untuk itu. Segera ia melepaskan rengkuhannya dan merebahkan diri disamping wanita itu.

"Aku..."

Belum sempat Sai mengatakan apapun, Ino telah bergerak untuk tidur membelakanginya. Tapi Sai tidak akan menyerah sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AcceptabilityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang