"NON CLEMIRA."
Aku menoleh sebaik sahaja terdengar namaku dipanggil. Saat itu aku sedang mengambil angin petang di halaman rumah.
"Yuk, makan." Tante Ruby tersenyum sambil menunjukkan mangkuk dan segelas air di tangannya. Mangkuk dan gelas air di itu diletakkan di atas meja kopi di ruang tamu.
Saat aku melangkah ke situ, aku terpandangkan 'seorang' lagi Tante Ruby sedang mengelap bingkai gambar yang ada di ruangan itu. Pakaiannya sama dengan pakaian yang sedang aku pakai saat ini. Aku lihat dia mengelap cermin kaca dengan menggunakan span. Aku mengedipkan mata beberapa kali. Bayangan 'seorang' lagi Tante Ruby hilang.
"Non?"
Aku kembali memandang Tante Ruby yang sebenar. Sorotan mata jatuh pula pada isi di dalam mangkuk yang dibawa oleh Tante Ruby. Mata terus membulat.
"Wah! Tante buatkan sup daging kambing?" Laju tangan aku mencapai sudu dan mencedok sup di depan mata setelah duduk di kerusi.
"Aduh, non. Bacain doanya dulu. Nanti syaitan ikut makan sama deh." Lembut tangan aku dipukul Tante Ruby. Aku tersengih menayang gigi. Sudu diletakkan kembali lalu aku menadah tangan, membaca doa. Doa diaminkan dan disapu ke muka.
"Tante tak nak makan sekali? Marilah temankan saya makan." Aku melangutkan kepala memandang dia yang masih tegak berdiri.
"Ngak pa-pa, non. Tante masih kenyang. Lagi pula, tante jarang sekali minum petang. Non duluan makannya ya. Bentar nanti, kalo tante lapar, tante makan." Tante Ruby memang macam tu. Selalu menolak setiap kali aku mengajak dia makan bersama. Apatah lagi jika diajak berborak. Seperti dia cuba mewujudkan jarak antara kami.
"Tante duduklah sini. Temankan saya makan." Aku menepuk tempat kosong di sebelah.
"Aduh, non! Tante masih banyak kerjaan." Tente Ruby menggaru belakang telinga.
"Please, tante..." Sengaja aku meleretkan suara sambil meredupkan mata. Entah kerja apalah yang banyak sangat tu. Dalam rumah ni cuma kami berdua saja.
"Err... baik, non." Dengan wajah berat hati dia melabuhkan punggung di sebelahku. Inilah kali pertama Tante Ruby termakan dengan pujukan aku.
"Saya makan ya." Aku menjamah sup daging kambing.
Sesekali aku mengerling Tante Ruby yang sedang tersenyum memerhatikan aku. Ada garis kepuasan di wajahnya saat dia melihat aku makan dengan berselera. Tidak salahlah percaturan aku selama beberapa hari ini. Berikan pujian dan menghabiskan setiap masakannya. Semuanya aku lakukan untuk melembutkan hatinya agar mahu meluangkan masa berborak dan menemani aku.
"Sedap tante masak." Memang Tante Ruby pandai masak. Itu jujur dari hati.
"Kalo sedap, nanti tante ambilkan lagi untuk non." Semakin lebar sengihan Tante Ruby.
"Boleh juga. Tapi saya dah kenyang. Nanti saya makan lagi ek."
"Bisa non..."
"Tante..." Aku meleretkan suara lagi. Sisa daging kambing di dalam mulut aku habiskan.
"Iya, non."
"Dah seminggu saya di sini. Tapi, yang ada dalam rumah ni cuma saya dan tante." Aku mengerling Tante Ruby. Mukanya berubah. Senyumannya hilang. Nampaknya dia dapat mengagak apa yang ada dalam kepala aku. Ketara sangat! Dia ada sembunyikan sesuatu daripada aku.
YOU ARE READING
Novel Persis Oleh Ema Deesyiaqis
Mystery / ThrillerSedar sahaja dari koma, dia berada di Bandung, Indonesia. Hidup bersendiri tanpa keluarga dan kawan-kawan membuatkan dia sering tertanya-tanya kehidupan jenis apa yang pernah dilalui sebelum ini. Tiba-tiba muncul Ilham yang datang dari Malaysia. Nam...