BALAPAN II

6 3 2
                                    

Selamat Memabaca!

" Sat, kenapa? kenapa lo berubah karena cewek sialan itu sat? kenapa lo ngga percaya kalo bukan gue yang bunuh dia. " Lirih Ardan dengan terus menatap bingkai foto tersebut. Hm, sat? apakah yang di maksud Ardan adalah Satria? Ntahlah. Next!

Dia pun segera menyadari jika air mata nya telah jatuh dan menghapusnya sesegara mungkin.

Setelah itu ia pun pergi melangkahkan kaki nya menuju kamar mandi untuk membasuh muka nya karena ia tak ingin membuat wanita yang selama ini ia sayangi khawatir karena dirinya.

Di kamar mandi, Ardan menatap pantulan dirinya di kaca kamar mandi yang berada di hadapan nya. Tak lama ia pun menyalakan kran wastafel dengan segera mungkin ia membasuh wajahnya itu.

Setelah selesai membasuh ia pun menatap kembali pantulan dirinya untuk memastikan jika wajah nya tidak terlihat seperti orang telah selesai menangis. Di rasa sudah cukup dan aman dia pun turun ke lantai bawah untuk mengambil minuman dingin karena dia merasa jika dia perlu sesuatu yang menyegarkan pikiran nya.

Ardan yang tiba di lantai bawah pun langsung di sungguhkan dengan pemandangan mama nya yang sedang duduk di ruang tengah sambil menonton tv, lumayan lama ia menatap mama nya itu ia pun melangkah kan kakinya kearah mama nya.

" halo ma. " Ucap Ardan dengan senyum sumringah nya setelah itu bergelayutan manja dengan sang mama.

" halo juga sayang, gimana udah istirahat nya?. " Tanya Rosa.

" Udah mama ku sayang. " Jawab Ardan dengan nada manja nya.

Hm! Memang sang ketua satu ini akan sangat manja jika sudah berhadapan dengan mama nya, bahkan tak jarang jika dia dan papa nya itu memperebutkan Rosa untuk kepentingan mereka masing-masing dengan Rosa yang selalu menyuruh suami nya itu untuk mengalah kepada Ardan yang merupakan anak mereka, Tn. Prayudha pun mengalah dari pada harus tidur di ruang tamu jika ia tetap berdebat dengan istrinya itu. Benar-benar anak durhaka!. Batin Tn.Prayudha.

" Bagus kalau sudah, aduh! ada apa ini hm? tiba' manja begini? ada masalah sayang?. " Tanya Rosa dengan penuh pengertian.

Ardan yang mendengar pertanyaan dari sang mama pun menegang. Tidak! Ia tidak boleh lemah, ia tidak boleh menangis dan jangan sampai mama nya tau keadaan putra nya ini!.

" Ah! Ngga ma, aku hanya kangen aja sama mama. _Iya hanya kangen._ " Jawab Ardan di akhiri dengan lirihan namun tanpa ia sadari, sang mama pun mendengar ucapan putra nya tersebut.

Rosa yang memang pada dasar nya sangatlah peka pun hanya memeluk Ardan sembari mengusap punggung putra nya itu yang sedikit bergetar, ia tahu jika anak nya ini sedang menahan tangisan. Ia memang tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi putra nya itu namun ia akan selalu berada di samping putra nya itu.

" Menangislah sayang, jika dengan menangis bisa membuatmu merasa sedikit tenang. " Ucap Rosa sembari menenangkan Ardan.

Ardan yang mendengar ucapan mama nya pun tak menahan tangisan nya lagi, ia menumpahkan semua tangis nya dipelukan mama nya sambil menggumamkan kata _mama._

" Iyaa Ar, mama disini sayang. Mama yakin apapun masalahmu nak, kamu pasti bisa melewati semua nya. " Sebesar itulah rasa sayang Rosa terhadap Ardan yang merupakan anak satu-satunya itu.

ARDHANI GANENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang