6

1K 68 4
                                    

"Jaehyun, ikut Ayah sebentar." Jaehyun dan Yunho berjalan ke taman mansion Siwon. Menghirup udara malam yang sejuk. "Ayah Hana bertemu dengan Ayah." Jaehyun menatap Yunho meminta Yunho melanjutkan ceritanya. "Hana menyukaimu, menginginkanmu menjadi istrinya. Ayahnya ingin Ayah menjodohkanmu dengannya." "Aku tidak akan menikahinya." Yunho mengangguk mengerti. "Karena itu Ayah bilang padanya Ayah tidak bisa menjodohkanmu. Tapi Ayah akan membiarkan Hana mendekatimu. Karena itu adalah perasaannya. Ayah tidak bisa mencampuri urusanmu dengannya."

"Dan mungkin hal itu bisa membuat Jaemin cemburu dan sadar akan perasaannya." Lanjut Yunho dan menatap wajah anaknya itu. "Terima kasih, Ayah." Balas Jaehyun dengan senyum tipisnya. Berbeda di lain sisi, Jaemin mengurung dirinya di kamar. Siwon dan Yoona sudah membujuk Jaemin untuk berbicara dengan mereka, namun sepertinya Jaemin masih menginginkan waktunya sendiri.

"Jaemin, bisa buka pintunya sebentar saja, sayang? Ibu sedang berulang tahun loh... Ibu jadi sedih jika kamu mengurung diri seperti ini, sayang..." Akhirnya Jaemin luluh dengan ajakan Yoona. Ibunya sedang ulang tahun, masa iya dirinya tidak menuruti keinginannya? "Ceklek~" Yoona masuk ke kamar Jaemin dengan senyum indahnya. "Sayang, ayo sini bicara dengan Ibu. Apa yang ada di pikiranmu?" Jaemin menghela nafasnya. "Aku memang menginginkan Jaehyun hyung bersamaku selamanya... Tapi untuk menjadi kekasih- Aku... Aku teringat pada Jeno..." Senyum di muka Yoona sedikit hilang, namun ia dengan cepat menormalkannya kembali.

"Jaemin, tidak baik untuk terus memikirkan hal yang sudah berlalu. Lihat Ibu! Walaupun Ibu banyak membuat masalah dan kesalahan kepada Ayah, Ayah tetap menyayangi dan memaafkan Ibu 'kan?" Jaemin menatap Yoona dan Siwon. "T-Tapi beda. Aku yang penuh kekurangan-" "Kamu sempurna Jaemin... Kamu anak Ayah dan Ibu. Kamu adalah anak paling sempurna bagi kami. Sama seperti kami melihatmu, Jaehyun juga melihatmu sebagai pasangan yang sempurna untuknya..."

"Mungkin kamu bisa mencobanya dulu, sayang... Tapi jika kamu merasa tidak cocok, tidak perlu dipaksa. Bicaralah kepada Ayah dan Ibu. Kami akan selalu berada di sisimu." Perkataan Yoona berhasil menenangkan Jaemin dan membuat Jaemin mengangguk setuju. Tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan?


Feel Me, Heal Me


"Jaehyun, Jaemin, kalian yakin tidak mau menginap saja? Ini sudah sangat malam loh..." Ucap Yunho yang sudah berada di depan rumahnya. "Tidak Ayah, sepertinya kami butuh waktu juga untuk berbincang." Yunho pun mengangguk setuju dan izin meninggalkan mereka. "Should we go now, Na?" Jaemin hanya mengangguk. Di sepanjang perjalanan Jaehyun tak henti-hentinya melirik kepada Jaemin. Sedangkan Jaemin hanya menatap jarinya yang sedang bermain dengan kancing baju yang ia kenakan.

Setelah beberapa saat Jaehyun pun memutuskan untuk membuka suara. "Na, if you feel uncomfortable because of me, just tell me okay? If you're not ready yet, it's fine... I'm not rushing you, dear..." Jaemin menggigit bibir bawahnya. Ia bisa melihat kekecewaan dalam mimik wajah Jaehyun. "No... I'm okay... I'm just a little bit nervous. So... we're...?" Jaehyun tersenyum lega mengetahui ternyata Jaemin hanya sedang malu saja. "Do you accept my feelings?" Jaemin mengangguk kecil. Sungguh ia malu. "Then, we're a couple now! I'm your boyfriend, and you're my boyfriend."

"Uhm... Aku ga gitu suka dengan sebutan itu... Gimana kalau... Kita tunangan aja, hyung?" Jaehyun menginjak rem mobilnya dengan tiba-tiba. "W-What?" Jaehyun pikir ia salah dengar. "You don't like to be engaged with me, hyung?" Muka Jaehyun sangat shock. Namun ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "I would love to!" Jaehyun langsung menarik tengkuk Jaemin dan menciumnya dalam. "Uhmph!" Jaemin yang kehabisan nafas mendorong dada Jaehyun sedikit keras. "Hahhh! Hyung! You want me to die?" "Love you, Na Jaemin~"


Feel Me, Heal Me


Hari demi hari silih berganti. Jaemin dan Jaehyun dengan cepat menjadi semakin dekat. Selain kemajuan hubungan mereka, Jaemin pun terlihat semakin membaik. Dirinya lebih sering menunjukkan sisi ceria dan lembutnya. Bahkan Yoona berkata inilah diri Jaemin sebenarnya. Yoona sangat berterima kasih pada Jaehyun yang memberikan pengaruh begitu baik bagi Jaemin.

Selain itu, mereka juga sudah memutuskan untuk bertunangan dan merayakan pesta tunangan mereka secara kecil-kecilan. Tentu hal tersebut diketahui oleh Hana, Hana berkata pada Jaemin bahwa dirinya akan mengambil Jaehyun kembali ke sisinya. Namun sepertinya sampai saat ini Jaemin hidup tanpa tekanan apapun.

"Honey, where are you? Aku bawain ronde supaya kamu ga pusing lagi." Jaehyun baru saja memasuki penthousenya dan mencari-cari keberadaan Jaemin yang tak kunjung ia temukan. Jaehyun mulai khawatir karena Jaemin tak membalas panggilannya sedari tadi. Pikiran-pikiran buruk pun muncul dibenaknya. Ia takut Jaemin kenapa-napa. Saat ia memasuki kamar mereka, semua kekhawatirannya lenyap. Ia menatap punggung kecil tunangannya itu dan perlahan menghampirinya. "Honey, you alright?"

Jaemin dengan lemas membuka sedikit matanya dan tersenyum tipis. "Yeah, you're home? Sorry aku ketiduran... Kamu bawa apa M-Mas?" Jaemin masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Mereka sepakat, atau lebih tepatnya dipaksa oleh Jaehyun untuk memanggilnya 'Mas' karena terdengar sangat menggoda. "I bought some ronde for you. Do you want to eat it now with me?"

Jaemin pun mengangguk dan mengikuti Jaehyun ke ruang makan. Jaehyun menyiapkan dua mangkuk dan mengisinya dengan wedang ronde yang ia beli. "What is this smell?" Jaemin mengernyit dan menutup hidungnya. "Jahe, Honey... Ini bagus untuk tubuhmu. Kamu masih pusing 'kan?" Jaemin hanya mengangguk kecil. "Ayo sini makan rondenya dulu deh." Jaehyun menyuapkan satu bola ronde pada mulut Jaemin. Jaemin pun dengan ragu-ragu memakannya.

Jaemin mengernyit saat merasakan sesuatu yang panas dan menusuk lidahnya. Namun tak lama ia bisa merasakan manis dari kacang di dalam ronde itu. "Umm! Yummy! Tapi aku ga suka kuahnya..." Jaehyun hanya terkekeh dan menyuapkan kembali bola ronde kepada Jaemin. "You feel better now, Hun?" Jaemin mengangguk. Jahe itu benar-benar membuat tubuhnya lebih hangat dan nyaman. "Kalo ga suka kamu makan bola-bolanya aja ya, yang penting dimakan sebisamu." Jaemin kembali mengangguk dan mulai menyuapkan sendiri ronde itu ke dalam mulutnya.

"Uhm... Mas, gimana kerjaan di kantor?" Sekarang Jaehyun sudah memutuskan untuk resign menjadi psikiater. Ia memutuskan untuk hanya fokus pada perusahaan yang ia bangun. Menurutnya, Jaemin sebagai pasien dan tunangannya sudah lebih dari cukup untuk hidupnya. "Everything is good, Hun. Why?" "Aku mau ikut kerja... Boleh ya?" Jaehyun ingin menolak permintaan Jaemin namun ia juga penasaran kenapa Jaemin berkata demikian. Karena setahunya Jaemin tidak suka pekerjaan kantor.

"Kenapa kamu mau kerja tiba-tiba?" "Uhm... Aku bosen aja sih di rumah sendirian... Ga ada Mas juga jadi aku kangen." Jaehyun tersenyum mendengar bahwa ternyata Jaemin juga merindukannya. "Kalo gitu kamu temenin Mas ke kantor aja, ga perlu kerja ya?" Jaemin mendongak dan menampilkan senyum indahnya. "Mau mau mau! Mas jangan lupa bangunin aku ya besok! Mas selalu tinggalin aku pas lagi tidur..." Jaehyun tertawa lepas dan menganggukan kepalanya sebagai balasan.

Setelah berbincang sebentar, Jaehyun dan Jaemin pun memutuskan untuk tidur. Jaehyun yang memang sudah sangat lelah lebih dahulu menjelajahi dunia mimpinya, sementara Jaemin masih senantiasa memuja wajah tampan tunangannya itu. "Andai kamu tahu kalau aku masih belum sembuh, Mas..." Jaemin tanpa sadar meneteskan air matanya. Tak lama, dirinya pun menyusul Jaehyun tidur.

Feel Me, Heal Me [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang