7

514 35 9
                                    

Suatu hari di kediaman Jaehyun, Jaemin sedang bersantai-santai menonton series Thailand kesukaannya dan tiba-tiba ia mendengar suara bel berbunyi. “Aish, who the hell is it?!” Dengan jalan bergontai Jaemin melihat kamera CCTV di depan pintu penthouse dan mengernyit heran. Tidak ada orang di sana. Hanya terdapat sebuah kardus kecil. “Did I buy something?” Seingat Jaemin, dirinya tidak ada memesan barang apapun. Dan Jaehyun juga tidak mengatakan akan ada paket kepadanya sebelum perjalanan bisnisnya ke New York dengan sang Ayah.

Jaemin membawa masuk kotak paket tersebut dan menaruhnya di meja makan. Saat ia ingin meninggalkan ruangan itu, ia merasa ada sesuatu yang salah dengan kotak tersebut. Baunya… sedikit amis. Ia mengambil cutter dan mulai membuka dus coklat tersebut. Saat ia membukanya, terpampanglah seekor kelinci berlumuran darah di dalam box tersebut. Kelinci tersebut masih hidup. Namun bulu putih nan halus itu sudah menjadi merah pekat akibat darah yang keluar. Kaki Jaemin mendadak lemas. Ia kembali mengingat hari itu. Hari di mana dirinya menyaksikan pembunuhan di depan matanya sendiri.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!” Jaemin menarik rambutnya frustasi. “Darah! Darah!! Ayah! J-Jaehyun hyung! Hiks… Tolong!” Jaemin terus berteriak meminta tolong. Namun karena penthouse itu kosong, tak ada yang dapat menenangkannya. Akhirnya Jaemin pun pingsan.

Feel Me, Heal Me

Jaemin terbangun dengan tubuhnya yang sudah berada di atas ranjang. Hari sudah malam. Mungkin salah satu maid-nya memindahkannya. Jaemin pun bangkit dari ranjangnya dan pergi ke ruang makan. Mukanya yang pucat menandakan bahwa dirinya masih belum baik-baik saja. “Tuan! Apa Tuan butuh sesuatu?” Jaemin menggeleng. Ia mengambil gelas dan menuangkan dirinya sendiri air. “Box yang ada di meja itu… kemana?” Lawan bicaranya sedikit ragu untuk berbicara. “Katakanlah…” Lanjut Jaemin. “Saya sudah membuangnya, Tuan… Maaf jika saya lancang-” 

“Apa kau melaporkan hal ini pada Jaehyun hyung?” Maid itu menggelengkan kepalanya. “Belum, Tuan… Saya baru saja selesai membereskannya.” Jaemin mengangguk dan meminta tolong pada maid itu untuk tidak melaporkannya pada Jaehyun karena ia takut Jaehyun terlalu khawatir padanya. Maid itu pun menyetujui dan melakukan apa yang Jaemin pintahkan. “Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan.” Dengan demikian, maid cantik itu pergi.

Di dalam kamarnya, Jaemin tak hentinya berjalan mengelilingi ranjangnya. “Siapa yang akan mengirimkan aku hal seperti itu? Satu-satunya orang yang akan melakukannya hanya Hana. Tapi aku tidak memiliki bukti.” Jaemin terus menggigiti kuku jarinya dan bermondar-mandir di kamarnya. “Apa aku harus menculiknya?” Seringaian di muka Jaemin pun muncul. “Akan menyenangkan melihat wanita itu menjadi gila.”

“Triiing~ Triiing~” Suara dering telepon genggam Jaemin berbunyi. Ah, Jaehyun menelponnya. “Halo?” “Baby, hyung dengar kamu pingsan? What happened darling?” Jaemin memang menyuruh maid-nya untuk tidak memberitahu Jaehyun tentang kelinci mati, tapi sepertinya maid itu menceritakan bahwa Jaemin sempat pingsan sore tadi. “Uhm… yeah… Tapi ga kenapa-napa kok! Cuman kecapekan aja…” Terdengar helaan nafas pada lawan bicaranya. “Apa hyung kembali aja? Hyung ga mau kamu kenapa-napa…” “Ga usah hyung, aku sehat kok. Urus urusan kantor hyung aja.” Kira-kira seperti itulah perbincangan mereka.

Feel Me, Heal Me

“Ayah! Ayolah~ Aku cuman pengen main-main doang~ Ya ya ya??? Tapi jangan kasih tau apa-apa ke Jaehyun hyung! Nanti hyung khawatir berlebihan terus pulang aku ga enak…” Siwon yang terus  mendengar rengekan sang anak pun akhirnya membebaskan dan memberikan Jaemin apa yang dia inginkan. “Ya ya ya, terserah kamu. Sekarang bisa kamu biarkan Ayah bekerja, OK?” Tanpa membalas pertanyaan sang Ayah Jaemin langsung dari ruangan tersebut. “Hhhh anak itu…”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Feel Me, Heal Me [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang