Sebuah Rahasia

107 22 7
                                    

Leo baru selesai mandi dan berganti pakaian saat suara bel pintu mengalihkan atensinya dari foto hitam putih diruang TV miliknya.

Siapa yang datang malam-malam begini?

Seingat Leo dia tidak ada janji dengan siapapun dan kalau itu Amanda, wanita itu tidak akan menekan bel pintu.

Tanpa berlama-lama Leo menuju pintu apartemennya dan sedikit membukanya. Penampakan yang menyambut indra penglihatannya adalah pria berambut hitam memakai jaket kulit dan celana jeans.

"Kevin?"

Kevin menoleh saat namanya dipanggil, bukannya meminta izin untuk masuk pria itu justru mendorong pintu agar terbuka lebar sehingga ia bisa masuk dan saat itulah Leo merasakan tonjokkan dipipi sebelah kiri dan mengenai bibirnya.

Leo tersungkur jatuh begitu saja karena dalam keadaan yang tidak siap. Kevin menindihnya lalu mencengkeram kerah baju Leo.

"Lo anggap apa persahabatan kita selama ini? Masalah sebesar itu kenapa harus lo sembunyikan?"

Apa? Masalah apa?

Leo yang masih shock melihat Kevin membabi buta hanya bisa diam.

Kevin melepaskan cengkeraman tangannya dikerah baju sahabatnya itu.

"Buat apa lo simpan foto dia, Yo? Gak guna, hidupnya udah lo hancurin." Sambil menunjuk foto hitam putih dimana seorang wanita sedang memegang kamera menutupi wajahnya.

Nafas Kevin memburu. Leo sudah sering melihat Kevin marah tapi kali ini berbeda, laki-laki itu nampak frustasi dan putus asa.

Kevin menyandarkan tubuhnya disebuah sofa sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Matanya menatap tidak suka kearah Leo yang masih diam saja bahkan tidak memberi perlawanan sama sekali.

"Lo punya satu kesempatan buat jelasin semuanya ke gue."

Leo berusaha untuk berdiri lalu duduk disebelah Kevin.

"Gue gak ngerti maksud lo, Vin."

Kevin menghela nafas kasar. "Obat-obatan yang ada dikamar lo itu obat apa?"

Rahang Leo sedikit mengeras. "Lo kan tahu dulu nyokap gue sempat sakit. Itu punya nyokap gue."

"Lo gak capek bohong, Yo? Dibotol itu tertera nama lo dan itu obat yang diresepkan buat pasien depresi."

Leo mematung. Ia kalah telak.

"Lo bahkan beberapa kali mencoba bunuh diri. Makanya lo dipindahin ke Jerman, brengsek!" Kevin kembali mencengkeram kerah baju Leo.

"Mau mati lo? Lo udah dikasih nyawa malah gak tahu diri."

Leo yang awalnya diam saja kini berusaha melepaskan cengkeraman tangan Kevin.

"Lo punya kita, Yo. Lo punya Stella saat itu, yang bisa lakuin apa aja buat lo. Tapi lo tega banget nyakitin dia."

Kevin menarik diri dan kembali menyandarkan tubuhnya sambil menggusar rambutnya dengan kasar kebelakang.

Setetes cairan bening mengalir dari mata Leo. Rasa sesak yang dirasakan selama ini rasanya sudah tidak bisa ia tahan lagi.

"Gue salah, Vin."

Leo menundukkan kepalanya dan menangis tersedu-sedu. Seorang pria berwajah dingin dan kaku seketika berubah menjadi seperti anak kecil. Kevin hanya bisa mengelus punggung dan menyentuh pundak Leo seolah memberi kekuatan.

___

Stella sedang melihat-lihat majalah fashion disofa ruang santai keluarga mereka, Rianti duduk disampingnya membawa cemilan sehat kesukaannya.

Passionate Youth | SeulHun (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang