Prolog

2 0 0
                                    


Dia duduk termenung, gemuruh hati dan pikirannya membuat ia semakin gelisah.

Di bawah pohon beringin yang rindang ia kembali mengingat apa yang ia harus sesali.

"Andai gue bisaa menghargai dia waktu itu." Ucapan penyesalan akhirnya keluar dari mulutnya.

Raut muka yang tadi datar kini mulai terlihat gusar.

"Awas aja kalo sampe dia kenapa napa bakal gue datengin ke sana. Sekalinya harus naik pesawat."

Ia terus bermonolog sembari terus  mengeram marah.

"Arghhh kenapa gue bodoh banget... Udah gini gue harus gimana. Tau gitu gue ga bakal setuju kalo dia nikah.".

BARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang