Beberapa jam berlalu dengan sangat baik, sekolah selesai lebih awal dibanding biasanya ini kesempatan yang bagus untuk segera beristirahat dirumah atau melakukan hal lainnya.
"Yuk, bareng aku lagi aja" Ajak Arya ketika melihat Alea mengikat tali sepatunya didepan kelas. Kadang dirinya mendesah sebal ketika jahitan sepatunya kembali terkoyak.
"Bantu tutup kelasnya, Ar" Pintanya pada Arya untuk menutup pintu kelas karena dirinya yang keluar paling akhir.
Arya berlalu menuju pintu yang ada dibelakang Alea.
"Yuk" ajak Alea pergi menuju dimana motor Arya berada.
"Habis ini mau dirumah aja?" Tanya Arya ketika merasa bahwa Alea sudah berada dibalik punggungnya.
"Mau pergi ke kebun Ar, nemenin ibu disana sekalian lihat siapa tau ada yang bisa dipanen" Ucap Alea mengingat janjinya pada sang ibu tadi pagi.
Arya ber-oh ria sambil manggut-manggut tiba-tiba terlintas sebuah rencana dibenaknya.
"Kita mancing aja gimana? Didekat kebun kamu kan ada danau"
Alea mendesah malas "Lagi males Ar, biarin cacing-cacingnya berkembang biak dulu, kalau kita panen setiap saat yang ada nanti cacing-cacingnya terancam punah" Ujar Alea mengingat betapa seringnya laki-laki itu mengajaknya memancing.
"Gak mungkin punah Alea, tempat yang biasanya kita gali buat cari cacing itu gak seberapa" Sanggah Arya.
Apa-apaan gadis ini, menggali cacing saja perlu memikirkan punah atau tidaknya. Yang dicari itu cacing, seratus cacingpun yang diambil didalam tanah tidak mungkin mengakibatkan kepunahan.
Motor matic hitam itu melaju membelah jalanan aspal yang besarnya tak seberapa bila dibandingkan jalanan dikota. Sawah tampak indah dengan hamparan padi yang baru tumbuh sebatas betis.
Pohon-pohon juga terlihat berjejer dibeberapa bagian pinggir jalan, tidak heran bila desa ini udaranya sangat segar saat dihirup.
"Makasih ya, Ar" Ucap Alea ketika motor itu berhenti tepat didepan rumahnya.
Arya tersenyum kemudian mengangguk pada gadis yang ada dihadapannya.
"Aku pulang ya" pamitnya pada Alea yang hanya dibalas anggukan dan senyuman oleh Alea.
Alea mulai melepaskan sepatunya satu persatu, rak kayu sederhana tempatnya menaruh sepatu itu cukup untuk menampung beberapa sepatu disetiap bagian raknya.
Tak butuh waktu lama untuk bersiap, rumah sudah bersih dan untuk memasak bisa dilakukan saat pulang dari kebun nanti sebelum sang ayah kembali.
Sejenak matanya memandangi bingkai foto yang didalamnya ada dirinya dan kedua orangtuanya.
Tak lama dari luar sana terdengar suara motor berhenti tepat didepan rumahnya.
"Alea" Panggilan yang berulang-ulang itu membuatnya bergegas keluar dari kamar.
Ini didesa tidak ada yang namanya bell rumah yang bisa dipencet lalu mengeluarkan suara otomatis, yang ada disini hanya alarm alami yang dikeluarkan oleh pita suara.
"Arya, kenapa?" Tanyanya heran melihat laki-laki itu datang kerumahnya.
"Kamu mau ke kebun kan? Aku ikut ya" Pintanya tersenyum senang.
Alea mengernyitkan dahinya, apa laki-laki ini ngotot ingin mengajaknya memancing.
Seolah tau apa yang dipikirkan Alea, Arya kembali bersuara "Mamaku minta aku beli sayuran sama ibu kamu" ucapnya
"Ohh" Alea manggut-manggut
"Parah banget emang, dia belum masak padahal anaknya udah kelaperan dan hampir meninggal" Ucap Arya bercanda
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑪𝑳𝑶𝑺𝑬 𝑻𝑶 𝒀𝑶𝑼 |On Going|
Novela JuvenilBagaimana rasanya ketika awal pertemuan membuatmu mengharapkan adanya pertemuan berikutnya? Alea, gadis cantik yang menghabiskan hari-harinya disebuah desa yang cukup jauh dari perkotaan tiba-tiba mendapati rombongan anak-anak dari kota yang datang...