[3]

58 38 1
                                    

"Elly, apa kau tahu mengapa aku memanggilmu kemari?" Marques meletakan beberapa kertas kehadapan Emy.

Alis wanita itu terangkat, ia mengambil beberapa kertas di hadapannya, seketika matanya membulat sempurna, apa ini?!

Emy masih terdiam dengan keterkejutannya, ia baru ingat jika beberapa bulan sekali Emelly harus pergi ke menara sihir untuk pengobatan khusus, seperti yang tertulis di dalam novel bahwa Emelly memiliki penyakit yang aneh, dia tidak bisa hidup jika tidak mengalir mana di tubuhnya.

Tapi di dalam kertas ini tertulis, Emelly sudah beberapa kali tidak pergi ke menara sihir, tapi kenapa Emelly masih hidup? Bukankah jika tidak pergi kemenara sihir maka mana di dalam tubuhnya akan habis?

Ini aneh, di dalam novel jelas tertulis bahwa Emelly akan mati jika dalam tubuhnya tidak mengalir mana, ada dua kemungkinan yang terjadi.

Pertama Emelly sudah sembuh, dan dugaan kedua, ada orang lain selain penyihir menara yang membantu Emelly mengisi mana di dalam tubuhnya. Tapi siapa?

"I-ini apa ayah?" Emy memasang wajah kebingungan.

Untuk saat ini ia akan tetap berpura-pura kehilangan ingatan.

Marques menghela nafas, "Sepertinya kau tidak mengingatnya."

"Biar aku perjelas, Elly. Tubuhmu itu begitu lemah, kau tidak bisa hidup jika tidak di bantu mana, dan sayangnya di dalam tubuhmu tidak mengalir mana sedikitpun ..."

"Karena itu, setiap bulannya kau selalu pergi ke menara sihir, para penyihir itu membantu mengalirkan mana mereka untukmu, dan sudah pasti mananya tidak akan bertahan lama!"

"Apa maksudnya?" Emy berpura-pura tak mengerti.

"Yah, mananya bisa habis, dan jika habis kau akan ..."

"Aku akan mati?" ucap Emy pelan.

Marques menatap sendu putrinya, "Tenanglah Elly, kau tidak akan mati semudah itu!"

"Aku tidak mengetahui bagaimana kau bisa bertahan dengan mana terbatas itu dalam beberapa bulan, aku harap kau bisa tegas pada dirimu sendiri Elly, ini menyangkut kesehatanmu sendiri, aku bersyukur kau masih hidup, untuk itu aku tidak ingin mendengar kau tidak pergi kemenara sihir lagi!"

Emy menatap sendu Marquess, hatinya merasa hangat juga sedih secara bersamaan. Entah mengapa merasa memiliki ikatan yang kuat dengan sosok dihadapannya, apakah ini perasaan Emelly asli? Atau murni perasaannya?

****

"Bantu aku!"

Seorang pengawal menggenggam erat tangan Emy membantunya menaiki kereta kuda, di ikuti Rozie di belakangnya.

Karena kejadian tadi, Marques menyuruh Emy pergi ke menara sihir, lelaki paruh baya itu terlihat sangat khawatir.

Emy duduk berhadapan dengan Rozie di dalam kereta kuda, sebelum menutup pintu, seorang kusir menghampiri Emy.

"Nona Amber, apa kita akan pergi ke tempat 'itu'?" ucapnya sedikit berbisik.

Emy menaikan sebelah alisnya, ia menatap Rozie yang hanya menunduk. Apa maksud dari tempat 'itu'? Mengapa gelagat kusir dam Rozie sangat mencurigakan?

Wajah bingungnya seketika berubah menjadi senyuman tipis, "Ya, cepatlah!"

Kusir itu segera mengangguk, kemudian menutup pintu kereta kuda dengan perlahan.

Rozie dengan cepat menatap Emy, wajahnya terlihat canggung.

Kereta kuda yang di tumpangi Emy berjalan, diikuti beberapa kesatria di belakangnya.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan, Rozie?" Emy tersenyum tipis saat kedua netra itu bertemu.

"Eh, hmm, anu nona ...." Rozie berdehem pelan, "apa ingatan nona sudah kembali? Nona yakin ingin pergi ke tempat itu lagi? Bagaimana jika Tuan Marques tau?"

Emy mencoba menetralkan wajahnya.

Sudah ia duga bahwa Rozie tau sesuatu tentang tempat yang sedang mereka tuju!

"Memangnya kenapa kalau ayah tau?" Ia terus memancing Rozie.

Pelayan itu meremas jarinya, "Sepertinya ingatan Nona belum kembali sepenuhnya, ya?"

"Maaf saya lancang Nona, tapi jika Marques tau atau orang lain tau anda bisa ..."

"Bisa apa?!" tanya Emy tak sabar.

****

"Nona, anda sudah sampai!"

Emy turun perlahan di bantu sang kusir. Ia melirik ke belakang, beberapa orang itu tak mengikuti langkahnya, bahkan Rozie hanya berdi diri di samping kereta kuda. Apa mungkin biasanya juga mereka seperti ini?

Emy melanjutkan langkahnya, ia menatap gua di hadapannya, terlihat begitu gelap dan menyeramkan.

Matanya hanya bisa melihat samar dinding-dinding gua yang lembab, hingga ia tiba di ujung Gua.

Tak ada siapapun disini, kosong!

"Hallo??"

Suara Emy berdengung di sepanjang lorong gua.

"Hihihi, jiwaa suci itu datang!"

"Ahhh, harum jiwanyaa manis sekali!"

"Tuan beruntung mendapatkan nya!"

"Suara itu!" Emy mengedarkan pandangannya, tak ada siapapun.

Iya mendengar jelas suara itu, suara yang sama saat pertama kali ia bertemu dengan Marquess.

"Selamat datang gadis kecil!"

Emy mematung!

Ia segera mebalikan tubuhnya, matanya membulat menatap sosok di hadapannya, sosok berjubah hitam itu lagi!

"Ka-kau ..."

"Kau memang benar-benar pelupa ya gadis kecil!"

"A-apa maksudmu?"

Emy berjalan mundur saat lelaki itu mendekatinya. Emy tak dapat melihat wajahnya.

Langkah kakinya terhenti saat tubuhnya menabrak tembok, ia sudah terpojok! Nafas Emy tersengal, ia menatap waspada ke sosok di hadapannya.

Sosok itu berhenti tepat di hadapan Emy, ia mencondongkan kepalanya ke depan. "Sebentar lagi, kau harus menepati janjimu Emy Nelsy ..."

Mata Emy membulat.

"Ah, aku salah, seharusnya Amber Emelly Nelson yang asli?"

EMy OR ELLyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang