CHAPTER 24

773 102 2
                                    

CHAPTER DUA PULUH EMPAT

Beomgyu gugup.

Tidak peduli seberapa sering dia mengisi acara seminar (meski topik pembicaraannya sangat dia kuasai), dia tetap saja berkeringat dingin. Mungkin karena ruang auditorium yang luas, atau mahasiswa yang hadir penuh dengan antusiasme dan dosen-dosen lain yang menyimak dengan serius. Kombinasi semua itu berhasil membuat perut Beomgyu. Ditambah sebagai dosen senior, ada banyak dosen yang lebih muda dan hijau yang terus memperhatikan gerak-geriknya, atau cara dia memandu acara jadi tidak membosankan.

"Pak, ada yang mau bertemu denganmu."

Tersisa dua jam lagi dan Beomgyu berbalik dengan wajah kaku. "Siapa? Suruh masuk saja. Apakah mahasiswa?" tanyanya kemudian duduk menunggu di ruangan khusus di auditorium. Beomgyu membaca lagi lembar-lembar skripnya kemudian mengerang samar.

Ketika wajahnya terangkat naik karena mendengar derap langkah dan suara lembut itu, Beomgyu langsung berdiri. "Taehyun!" pekiknya tidak percaya.

Taehyun membungkuk pada asisten dosen tadi yang dengan sopan menutup pintu di belakangnya. Taehyun mulai berdiri di dekat Beomgyu dan menatap dengan matanya yang bulat. "Tuan."

"Kau kembali!" katanya heboh. "Kau... kau pergi..." Ia melewati meja, hampir tersandung hingga dia mengaduk berkali-kali. "Astaga." Ketika mereka benar-benar berhadapan, pria itu seperti syok di tempat. "Sejak kapan?"

"Kemarin."

Beomgyu terhenyak. "Dan? Kau mau memberikanku penjelasan?" katanya mendesak. Pria itu mengeryit kala Taehyun mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyodorkan ke hadapannya.

"Simpan ini."

"Apa..."

"Hei, jangan dibuka!" kata Taehyun dengan spontan. Beomgyu menatap bingung. "Surat untuk anakmu." Taehyun meremas tangannya dan wajah terlihat tenang. "Aku mungkin tidak punya kesempatan untuk bertemu dengannya setelah hari persalinan nanti, jadi pastikan saat dia mulai belajar membaca atau sedikit lebih besar, kau berikan itu. Isinya sebenarnya remeh, tapi aku mau dia membacanya." Taehyun menarik senyuman, hendak berbalik namun Beomgyu cepat menangkap tangannya. Dengan gerakan mulus, dia membawa tubuh Taehyun ke dekapannya. Dagu Beomgyu bertumpu di bahu Taehyun.

"Kau tahu, hatiku sangat berantakan tanpamu. Mengapa? Mengapa seperti ini?" bisiknya. Beomgyu meringis. "Maafkan Doyun."

Taehyun mendorong dada Beomgyu, menarik wajahnya. "Kurasa dia tidak salah. Itu reaksi yang wajar, dan sebaiknya kita tidak bertemu lagi. Aku hanya minta satu; kau jaga surat itu."

"Taehyun, aku sedih."

"Aku mengerti, tapi aku harus pergi."

Beomgyu menggeleng. Ekspresinya hancur, sedangkan dia tidak melepaskan tangannya dari lengan Taehyun. Semuanya di diri Taehyun, Beomgyu merindukannya sampai dadanya terasa terhimpit nyeri. "Kaulah yang aku cari selama ini. Jika ini bukan cinta, mengapa aku... aku tidak bisa melepaskanmu."

Taehyun menarik tangannya, kemudian bergerak mundur.

"Taehyun, tetap bersamaku."

Tatapan mereka terkunci satu sama lain. Jarak itu makin menganga lebar. Meski hati Taehyun menginginkan Beomgyu sebanyak Beomgyu inginkan, meski Taehyun merasa bisa saja langsung mendekap tubuh Beomgyu yang dia rindukan di malam-malam tanpa Beomgyu, tetap saja, tidak benar. Taehyun mengatupkan rahangnya seraya membungkuk. "Aku pamit."

*

*

Waktu mereka turun dari kereta, Taehyun memutuskan untuk tinggal di rumah lamanya. Bareum tentu saja senang dan menerima dengan baik. Taehyun memandangi dengan fokus rumah yang selama ini dia tempati sampai dia bertemu Beomgyu dan Doyun. Seperti pulang, meski Taehyun tidak yakin apa pulang dalam kamusnya. Ketika dia memandang foto ibunya, Taehyun tertegun.

SURROGATE OMEGA | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang