Aku terbangun, terkena sinar cahaya matahari yang menyilaukan
"Selamat pagi, Monica!" Sapanya
"Pagi, Chocolate"
Ya, dia Chocolate. Temanku. Ralat, maksudku teman khayalan.
Ia datang saat aku melakukan psikoterapi, orang-orang disekitarku menganggapku gila karena sering berbicara sendiri.
Awalnya Ia hanya manusia tak berwujud yang datang ke mimpiku, kupikir itu Ibuku.
Aku menamainya Chocolate karna ia benar benar manis, sifatnya mirip dengan psikiaterku.
Sebelum aku melakukan psikoterapi, aku selalu dikatakan aneh karena cerita hidupku yang tidak penting.
Mereka bilang ceritaku hanyalah sampah, tidak pantas untuk diceritakan.
Tetapi, setelah aku mulai mengikuti psikoterapi aku menjadi lebih lega.
Psikiater ku sangat baik, Ia tak menganggap ceritaku sampah. Ia berkata bahwa ceritaku menarik, ia sangat suka mendengar ceritaku.
Ketika aku tidak mengikuti terapi, psikiaterku sangat khawatir akan keadaanku.
Begitu juga dengan Chocolate, Ia juga sangat mengkhawatirkan ku. Padahal Ia selalu berada disebelahku, sangat lucu bukan?
Sejak aku mengikuti psikoterapi dan Chocolate datang ke hidupku, aku merasa lebih tenang.
♡♡♡
"Monica, kamu udah makan?"
"Hm? Oh iya, aku belum makan siang"
"Aku dengar ada tempat makan baru di sekitar sini, ayo kita coba kunjungi!"
"Chocolate, kau tau kan kalau aku tidak suka keramaian?"
"Oh ayolah Monica! Sekali ini saja!"
"Bagaimana kalau kita beli, lalu bawa pulang?"
"Kurasa itu ide yang bagus. Ayo kita beli, Monica"
"Baiklah, Chocolate"
♤♤♤
Kami berjalan sekitar 300 meter dari rumah.
Inikah tempat makan yang disebut Chocolate? Kupikir tempat ini cukup seram karena terlalu banyak orang.
Aku mulai memasuki tempat itu, menghirup nafas panjang agar tetap tenang.
Aku berdiri selama 3 menit untuk menunggu giliranku, dan ini dia. Giliranku.
♧♧♧
"Selamat datang, ingin pesan sesuatu?" Ucapnya
"A-aku pesan paket 2" jawabku dengan kaki bergetar
"Baiklah, ingin langsung dimakan atau dibawa pulang?"
"Dibawa pulang saja.."
"Monica, tenang ya? Aku yakin mereka semua orang baik. Jangan terlalu takut, buka mata mu sayang" bisik Chocolate
Aku menahan untuk tidak menjawab bisikan Chocolate, aku tidak ingin dianggap gila oleh orang disekitar ku.
Aku mengambil nafas dalam dan mengingat perkataan psikiaterku.
"Saat kamu merasa panik, kamu bisa melupakan rasa panik itu dengan menarik nafas dalam dan menyanyilah lagu favoritmu dalam hati. Aku yakin itu akan membuat mu merasa lebih tenang"
KAMU SEDANG MEMBACA
"Chocolate Andrareva."
FantasíaAku terbangun, terkena sinar cahaya matahari yang menyilaukan "Selamat pagi, Monica!" Sapanya "Pagi, Chocolate" Ya, dia Chocolate. Temanku. Ralat, maksudku teman khayalan