CHAPTER 24:
Fancy[Playlist: Lee So Ra - Sharry]
***
Karena Jaehyun membawanya pada rute yang salah, Rosé merasa setengah marah. Padahal, siang tadi sebelum berangkat selusur hutan, jelas-jelas Rosé mendengar Jaehyun mengatai Donghyuk agak pikun untuk urusan rute.
Cih, sendirinya tidak berkaca.
Dalam hati, sepanjang mengekori langkah kaki Jaehyun, Rosé tiada henti mengutuk. Ia tatap malas punggung lebar laki-laki di depannya, sama sekali tak memperhatikan langkah sendiri sehingga terkadang ia tertinggal dan mesti sedikit berlari manakala tersadar tiap kali pemilik punggung itu menengok.
Dan, Jaehyun akan kembali berjalan setelah Rosé dipastikan ada di sampingnya. Berulang-ulang begitu. Ada keinginan untuk menggandeng lengan Rosé agar langkah mereka selalu sejajar, agar ritmenya dipastikan sejalan, dan agar Rosé tak harus mengalami insiden cukup mengkhawatirkan, terperosok karena salah memijak tumpuan.
Medan yang terjal lagi licin karena semalaman hutan diguyur hujan mengakibatkan perempuan itu jatuh. Rintihannya kontan saja menyeret Jaehyun terburu-buru datang menghampiri dengan seraut wajah penuh cemas.
"Kau baik-baik saja?"
Tiada luka yang kasat mata sepanjang Jaehyun mengamati dengan mata. Anggukan Rosé menjadikannya yakin bahwa perempuan itu memang baik saja. Namun, rintih yang kembali terdengar selang sedetik Rosé mencoba menegakkan badan membuat Jaehyun menyalahi wewenang untuk tidak menyentuh bagian mana pun dari tubuh Rosé.
Dua lengan Rosé digapainya. Sang pemilik ia beri titah tegas, "Duduk dulu!"
Berjongkok, Jaehyun lepas sepasang sepatu kets warna putih berukuran kira-kira dua nomor lebih kecil dari miliknya. Masih tak ia temukan luka di mana-mana, tetapi ketika kaki kanan disentuh hati-hati, Rosé mengeluh.
"Ah, sakit."
Jaehyun kembali pada mode tak tenang yang disembunyikan. Ia tatap sepasang mata manusia yang sedang kesakitan juga ketakutan pasalnya mereka bukan sedang berada di tempat ramai sehingga mudah menjangkau klinik kesehatan atau sekedar mencari pertolongan.
Hei, ingat. Rosé dan Jaehyun ada di tengah hutan yang barangkali populasi manusia di sana tinggal mereka berdua mengingat hari mulai menyongsong petang.
"Ayo kugendong."
Jaehyun sudah tidak bisa memikirkan cara apa pun lagi untuk pulang dengan sesegera mungkin selain yang satu ini. Konyol memang, tapi bukankah mencoba menghubungi siapa pun ketika ponselnya mengatakan 'jaringan tidak ditemukan' jauh lebih konyol?
"Tidak mau."
Ekspresi enggan Rosé sudah terbaca duluan sebelum dua kata tersebut dilontarkan.
Perempuan itu palingkan wajah salah tingkahnya. Bukan apa-apa. Rosé hanya tidak bisa mengira-ngira akan semendebarkan apa ketika berada di gendongan Jaehyun nanti. Membayangkannya saja sudah membuat jantung memompa tak beraturan. Akan sangat memalukan jika itu terdengar sampai ke telinga sang pemicu detak.
"Lalu bagaimana kamu akan berjalan jika berdiri saja kesakitan?"
Dan, Jaehyun yang selamanya mungkin tak akan pernah tahu mengenai hal itu kontan saja meninggikan suara.
"Bagaimana kamu bisa pulang dengan keadaan kaki seperti ini? Kamu mau merangkak begitu? Atau memaksa berjalan sampai kakimu patah betulan?"
Dalam duduknya, Rosé mendongak. Terkejut sungguh sebab Ia tak menyangka akan disambut murka Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
Fanfictionkamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23