[FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA CERITA INI!!]
Bagi seseorang yang susah ditebak dan gamau ribet macam Aksara, punya wanita idaman amatlah merepotkan. Namun siapa sangka, pertemuan tak mengenakkannya dengan seorang gadis maniak permen stroberi dan p...
Absen dulu dong!! Aksara udah sampai mana kira-kira?
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah menitipkan Audrey pada Sakha untuk diantarkan pulang, Aksara buru-buru kembali ke rumah atas perintah papanya. Di sinilah dia sekarang. Duduk termenung di balkon sembari menyesap rokok, menikmati hawa malam nan sedikit mendung.
Aktivitasnya terdistraksi oleh notifikasi beruntun yang tak kunjung berhenti sejak tadi. Dengan jengkel Aksara meraih benda pipih itu dan memeriksanya.
Alis tebalnya menukik geram. Berita busuk macam apa ini?!
"Ck! Nyusahin." Mengetik nama seseorang di kontaknya. "Lo sibuk, Sak?"
"Engga, Bos. Nape??"
"Buka link yang gue kirim, lo takedown beritanya," titah Aksara. "Nanti gue transfer sepuluh juta."
"SIAP BOS!!!"
Sambungan terputus. Helaan napas Aksara menandakan bahwa pikirannya lagi berat saat ini. Ketukan pintu bertempo teratur mengalihkan atensinya.
"Aden maaf mengganggu. Aden disuruh turun sama Tuan Besar."
"Aksa nyusul, Bi." Dirasa wanita itu telah menjauh dari kamarnya, Aksara menyelesaikan sisa tembakau di selipan jari telunjuk dan jari tengah, kemudian membuangnya ke asbak.
Aksara berdiam sejenak, mempersiapkan diri sebelum menemui kedua orang tuanya.
Ia menuruni satu persatu anak tangga yang mengarah langsung ke meja makan. Di sana kedua orang tuanya sudah duduk dan makan tanpa suara. Aksara bergabung. Para maid segera menyajikan makanan ke piring Tuan Muda mereka.
"Tidak ada yang ingin kamu jelaskan kepada Papa?" Romi memandang putranya datar. Untungnya Aksara telah mengatur emosinya sehingga tak gampang tersulut kali ini. "Apa yang perlu saya jelaskan?"
"Kamu yakin? Lalu bagaimana dengan berita tentang kamu bersama gadis asing itu? Papa tau meski berita itu baru saja diturunkan."
Gerakan Aksara terhenti. Bagaimana Romi tau? Ia lantas menoleh dan menatap Romi dingin. "Sekarang Anda gak punya kerjaan sampai membuang-buang waktu untuk berita nggak penting?"
"Aksara!!" bentak Romi menggebrak meja. Diana sontak melotot, merasa kedamaiannya terusik. "Mungkin berita itu tidak penting untuk kamu, tapi penting bagi Papa dan reputasi kita!"
"Papa perlu tau asal-usul gadis yang digosipkan dengan kamu. Agar Papa bisa memutuskan, apakah dia menguntungkan atau tidak."
Aksara tertawa sumbang. Tawa remeh penuh kebencian. Selain bersikap diktator, papanya ini jago melucu juga.
"Saya gak pernah ikut campur dan gak peduli tentang semua urusan Anda. Saya harap Anda pun begitu," putus Aksara mengakhiri percakapan antara keduanya pada malam itu.