BAB 26 - Kesempatan di Balik Alkohol

5K 453 40
                                    

Seminggu telah berlalu, dan Iras sedang sibuk dengan tugasnya. Sejak saat itu, Iras tidak lagi menghubungi Erik, dan dia juga tidak mendapatkan kabar apa pun dari Erik, jadi dia pikir bahwa Erik mungkin sudah menerima uang itu dan menganggap semuanya lunas. Akhirnya, semua ini selesai.

Namun, ketenangannya itu tidak bertahan lama ketika melihat pesan seseorang di layar ponselnya, itu adalah Erik.

"Gue di depan."

Wajah Iras menjadi jelek seketika. Dia pikir bahwa semuanya sudah berakhir, lalu untuk apa Erik mendatanginya lagi? Bukankah dia sudah membayar semua utangnya?

Iras berdecak kesal, meninggalkan pena dan bukunya yang terbuka, lalu berlari kecil keluar rumah. Benar saja, Erik sedang bersandar santai di motornya, di depan pagar rumahnya, dengan seringaian yang dapat memancing kekesalan seseorang, hal itu sedang dirasakan oleh Iras.

Iras menghampiri Erik, tetapi tidak berniat untuk membuka pagar. Pagar rumah Iras hanya setinggi lehernya, jadi mereka berdua masih bisa bertatap muka tanpa dihalangi besi. "Ngapain kamu ke sini? Bukannya utang saya udah lunas ya?"

"Gue maunya lo traktir gue, bukannya minjem uang gue terus dibalikin."

"Salah sendiri kenapa langsung dibayar waktu di street food."

Erik hanya tertawa renyah, lalu mengambil uang Iras yang ada di dompetnya, menyodorkannya pada Iras. "Nih, ambil lagi duit lo."

Iras memandang uang itu sesaat. "Saya ga mau punya urusan lagi sama kamu."

Awalnya, Erik tidak peduli dengan tindakan Iras yang selalu menjauhinya, tetapi semakin lama, dia merasa semakin kesal. Orang seperti Erik, juga memiliki kesabaran. Erik memasukkan tangannya melewati sela-sela besi pagar, dan menarik tangan Iras keluar. Iras tidak memprediksi tindakan ini, sehingga dia tidak memiliki pertahanan untuk menolak. Erik berusaha meletakkan uang itu di tangan Iras, tetapi Iras berusaha keras untuk menolaknya. Erik semakin kesal, dia memperkuat genggamannya di tangan Iras hingga membuat Iras meringis. Rasa sakit itu menimbulkan kelemahan pada tangan Iras, hingga membuat telapak tangannya terbuka. Erik akhirnya bisa meletakkan uang itu di tangan Iras, lalu melepaskan tangan Iras.

Erik mendekatkan dirinya pada pagar, menyandarkan tangan dan kepalanya di atas pagar yang rata. "Besok gue jemput, lo harus traktir gue."

Iras tidak lagi berada di perasaan yang baik. Seramah apa pun seseorang, dia sangat menyebalkan jika punya sikap pemaksa.

Erik tersenyum licik, kembali ke motornya dan mengenakan helm, lalu pergi meninggalkan rumah Iras.

"Anjing." Kutuk Iras kesal.

Keesokan harinya, Erik benar-benar menjemput Iras jam setengah 8 malam, itu membuat Iras semakin berada dalam mood yang buruk. Dia sudah menunggu sejak siang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Erik akan menjemputnya semalam ini. Akan lebih mudah jika mentraktir nya ketika makan siang, maka semuanya selesai. Namun ketika malam tiba, dia yakin Erik akan mencari alasan lain untuk tidak menerima uangnya.

Iras juga tidak tahu apa motif Erik melakukan semua ini. Mereka tidak saling kenal, tidak pernah bertemu satu sama lain sebelumnya, dan tidak ada kondisi di mana dia harus menuruti semua keinginan Erik. Awalnya Iras tidak ingin terlalu kepikiran, tetapi semakin lama sikap memaksanya itu semakin menjengkelkan, hingga dia tidak memiliki pilihan lain selain merasa bahwa semua ini mungkin akan berakhir buruk.

Iras kembali diselimuti kebingungan setiap Erik membawanya ke suatu tempat. Iras tidak memiliki kesempatan untuk memilih tempat, karena sepertinya Erik sudah benar-benar memikirkan tujuan mereka, dia sama sekali tidak meminta pendapat Iras. Malam itu street food, dan sekarang mereka berada di sebuah tempat karoke. Iras mengerutkan keningnya. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan Erik? Tidak bisakah dia memilih tempat yang lebih normal untuk ditraktir makan?

My Sadist KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang