Lavender Haze

184 11 2
                                    

You handle it beautifully
All this shit is new to me

I just wanna   s t a y   in that Lavender Haze

I just wanna   s t a y   in that Lavender Haze

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalila Jingga

Masalah. Bisakah sesuatu ini aku sebut dengan masalah? Apakah menjalin hubungan dengan seorang Senja Pradipta adalah sebuah masalah? Siapapun tolong jawab pertanyaanku. Oh. Aku baru ingat pria itu tidak pernah memiliki hubungan serius dengan wanita manapun. Apalagi dengan wanita yang satu industri dengannya.

Namun, ini semua sama barunya bagiku. Aku pun belum pernah menjalin hubungan serius dengan pria manapun baik dari industri yang sama ataupun berbeda.

Ini agak melelahkan. Sebegini susahnya menjadi kekasih dari sosok yang diidolakan banyak orang. Sosok yang sangat digilai para penggemar wanitanya. Senja Pradipta. Vokalis dan gitaris band terkenal bernama The Sixth Day.

Egoku mengatakan bahwa kepopuleranku lebih luas di industri musik—maaf Senja aku tak bermaksud apa-apa. Awalnya aku pikir begitu namun tetap saja aku yang ditekan sampai rasanya tidak ada beda antara nasib ayam geprek dengan diriku.

"Kalila bisa tolong ceritakan sejak kapan Anda mulai menjalin hubungan dengan Senja Pradipta?"

"Mbak Kalila, tanggapannya mbak."

"Mas Senja gimana kabarnya, mbak?"

"Apakah benar kalian sudah tinggal bersama?"

"Orang tua Senja menolak. Lantas bagaimana kelanjutan hubungan kalian berdua?"

Shit! Aku benar-benar ingin mengumpat! Dan aku sudah melakukannya. Mereka mendapatkan kabar sampah itu darimana sih? Orang tua Senja menolakku? Yang benar saja! Mereka bahkan mengatakan sudah menandaiku untuk dijadikan menantu mereka sejak Senja dan aku masih SMA karena kedekatan kami berdua. Saat orang tua Senja mengatakan fakta tersebut, aku tahu bahwa tidak ada yang perlu aku khawatirkan mengenai hubunganku dengan Senja. Semua akan baik-baik saja.

"Kalila?" Sapa Theo saat aku dan timku berhasil masuk ke dalam mobil setelah melewati kerumunan orang-orang sok tahu yang dengan lancang menyodorkan kabar sampah kepadaku.

"Hmm. Ada apa?" Jawabku acuh dengan nada yang terdengar jangan-bicara-denganku-sekarang-karena-aku-sedang-kesal.

Setelah menangkap nada bicaraku yang sedang tak ramah, Theo terbatuk kecil yang sudah pasti dibuat-buat olehnya.

"Mau langsung pulang aja atau—"

Dengan tidak melanjutkan ucapannya, aku sudah tahu opsi lain yang sebenarnya ingin dia berikan.

"Apartnya Senja. Langsung kesana aja."

Setelah batuk dibuat-buatnya itu terdengar lagi, Theo hanya memberi anggukan lemah. Aku melihat dari kaca spion yang berada satu arah dengan kedua mataku. Tampak disana tubuhku lesu dan benar-benar menguarkan aura agar tidak ada satu orang pun yang berada di dekatku karena aku pasti akan memukul mereka untuk melampiaskan rasa kesalku.

the dayriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang