Selepas memasukkan dua kotak bekal makan ke dalam tas gendong beserta beberapa sumpitnya, aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dapat terlihat dari ventilasi kecil keadaan kota yang masih sedikit gelap bercampur kabut tipis. Minggu pagi yang terasa melankolis.
Masih pukul enam, tapi aku memutuskan untuk berbenah lebih awal. Sebenarnya kemarin malam Jihoon mengajakku keluar. Dia bilang ingin menghirup udara segar dan mencari ketenangan. Biar ku tebak, pasti bukan mall atau taman hiburan yang ingin dia tuju.
Dengan percaya dirinya, aku menganggap ini adalah ajakan kencan. Ha-ha-ha... ya, ampun padahal kami hanya teman. Tidak lebih... dan mungkin tidak akan pernah lebih.
Aku mengambil pakaian yang bersinggung warna. Celana kulot hitam panjang dan blus putih sebagai atasan. Aku tidak terlalu suka dengan warna mencolok. Sederhana saja lebih nyaman. Memandang wajah sendiri di cermin meja rias, senyuman ku mengembang dan seketika meluruh. Suraiku yang tak terlalu panjang sengaja digerai. Itu mengingatkan ku kepada tipe gadis yang Jihoon sukai; adalah gadis yang seksi dan sedikit lebih tua. Mana mungkin dia akan tertarik pada ku yang seperti ini.
"Kau pacaran dengan tante-tante saja sekalian?!" Aku berteriak seolah Jihoon berdiri tepat dihadapan ku.
Ya, ampun. Apa yang ku lakukan, sih?
Mukaku berpaling dari cermin, kemudian menghela napas panjang. Memalukan. Aku merasa jijik dengan tingkah ku sendiri yang seperti orang terjangkit bipolar. Seharusnya aku tidak berharap lebih dan tidak pantas terlalu percaya diri.
Aku berlanjut merias wajah ku dengan makeup tipis, lalu mengambil sepatu kets putih di dalam rak. Persiapan selesai. Tinggal menunggu dia datang.
Pukul delapan tepat, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Membunyikan klakson satu kali.
Itu pasti Jihoon.
Aku segera keluar rumah dengan barang bawaan yang telah disiapkan. Dari kejauhan aku bisa melihat pemuda bermarga Park itu dari jendela mobil. Dia mengenakan masker putih, bola mata boba itu terus tertuju padaku.
"Kita hanya berdua?" Aku bertanya saat sudah duduk manis disampingnya.
"Junkyu tidak mau ikut. Dia bilang ingin menikmati liburan diatas ranjang." Jihoon menjawab sembari memasukkan persneling mobil.
"Lalu Yoshi, Dita? Haruka bagaimana?" Aku menimpal sekali lagi. Membuatnya berdecak, mungkin sedikit risih pertanyaan bertubi.
"Mereka pasti punya kegiatan lain, lagipula gadis Watanabe itu berisik!" Jihoon mulai menginjak pedal gas, menyisakan kepulan asap di depan pagar rumah.
"A--apa?! Kau bilang dia berisik? oke, biar ku sampaikan padanya. Agar kau mendapatkan hadiah sebagai bentuk apresiasi," goda ku. Berpura-pura memasang raut serius sembari menyentuh layar ponsel. Sebenarnya ingin sekali tertawa.
Jihoon nampak mengerlingkan bola mata. Sungguh, kalau saja Haruka ada disini bogem mentah pasti langsung mendarat di perutnya. Jujur aku juga gemas, ingin mencubit pipinya yang seperti bayi itu.
"Aku bicara soal kenyataan. Ayolah kau tidak seru!" Jihoon menyanggah, mencoba menghentikan niatku.
"Bercanda, kok. Heheh...." Aku cengengesan sembari menjauhkan ponsel dari pandangan. Menggaruk kepala yang tidak gatal, lagipula tidak mungkin aku membuat mereka bertengkar hanya karena hal sepele.
Detik setelah itu, hening melanda. Hanya aku yang sesekali mencuri pandang pada Jihoon yang fokus menyetir.
Mendadak iris ku terbelalak menyadari dia hanya memakai kaos putih polos dan celana panjang berwarna senada dengan ku. Bagaimana bisa? padahal kami tidak berencana memakai warna sama. Aku pikir dia akan memakai gaya sedikit serius. Tapi meskipun begitu tetap saja dia terlihat sangat memukau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowdrop || Park Jihoon✅
Fanfiction"Ini bunga snowdrop. Kau suka bunga, 'kan? aku tidak bisa merangkai kata indah. Jadi ini adalah bentuk dukungan dan luapan perasaan yang tidak bisa ku deskripsikan." Cerita dari Sweety Hawa° 3 Oktober 2023 - 27 Oktober 2023